Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Soekarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 Waktu Indonesia Barat. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Soekarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 Waktu Indonesia Barat. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
(Sumber resmi dari Wikipedia).
MONAS yang di Jakarta ya? Terkenal dong... ya iya lah, mana ada anak Negeri ini yang belum pernah mendengar namanya. Tapi kalau masuk ke Monas atau bahkan sampai ke Puncak Monas. Banyak juga lho yang belum pernah. Ayooo ngaku? Ngaku aja, nggak dapat hadiah kok...
Sedangkan aku? Akupun baru pertama kali ke Monas ya setelah punya anak 2, baru-baru ini, bahkan belum sampai 2 bulan yang lalu. Tak tanggung-tanggung, bersama kedua orangtuaku, kedua anakku, lengkap dengan Mbak Endang, Mang Win (adik Mamaku) dan istrinya. Pertama kali ke Monas, langsung 3 generasi. Hari bersejarah itu terjadi pada 12 September 2011 yang lalu. Kok hari Senin? Apa ndak salah? Yups tidak salah lagi.
Baru juga masuk sudah diserbu PAPARAZZI. "Wajib foto megang MONAS" kata Jidah. Haiyaa, Akang dan Yundapun sigap pasang gaya. Kliiiik... |
Beliaulah paparazzi itu. Diantara gaya pejuang nafkah yang kami jumpai.
Foto ke-2 Jidah dan Datuk borong baju bertulis MONAS untuk para cucu. |
Memang tak salah lagi, ini hari kerja dan seharusnya juga hari pertamanya Yunda dan Akang masuk sekolah setelah libur Iedul Fitri. Tapi karena kami sekeluarga diminta menghadiri sepupu Ibuku (mertua) yang menikahkan anaknya di Lampung 10 September, lanjut dengan wajib hadir juga diacara sepupu Mamaku yang juga menikahkan anaknya tanggal 11 Septembernya di Masjid At-Tin, Jakarta, sekaligus aku juga mengurusi segala sesuatu terkait SK Mutasiku di Depkes*sampai hari ini belum jelas khabarnya, mohon do'a semuanya ya... jadilah kami baru bisa berangkat dari Lampung sore tanggal 10 September 2011. Kami sampai Jakarta sekitar jam 07.00 WIB pagi dan langsung ke daerah Djuanda, menginap di Apartement Djuanda. Pagi itu juga belum sempat istirahat kami langsung ke At-Tin. Sampai malam ada acara kumpul keluarga, sekaligus halal bi halal keluarga Mamaku di daerah sekitar Taman Mini juga. Maklum banyak keluarga yang sudah lama tak bertemu, bahkan ada yang sudah lebih 30 tahun. Ya, sejak Mamaku menikah jarang pulang kampung. Ditambah dengan banyaknya sepupu beliau yang sejak lama merantau. Kampung halaman Mamaku di kaki gunung Dempo, Empat Lawang daerah Lahat. Disinilah dulu aku dilahirkan, emang siapa yang nanya ya
Balik ke Monas. Aku memang belum pernah ke Monas, masa kecilku kami jarang sekali diajak berlibur oleh kedua orantuaku. Tak ada alasan lain, hanya masalah keterbatasan dana. Orangtuaku aslinya juga jarang ke Jakarta, Papaku hanya sesekali, itupun biasanya kalau ada urusan penting, bukan untuk jalan-jalan. Dulu awal menikah pernah sich saat berkesempatan ke Jakarta aku diajak suamiku ke Monas, tapi sama sekali tidak tertarik. Ngapain coba? fikirku saat itu, malah ada kesan gengsi, wong jalan-jalan kok ke Monas, heuheu... Waktu pertama kali mengajak anak-anak berlibur, saat Hamas berumur 3 tahunan, karena tujuan utamanya Jogja, ke Jakarta hanya mampir, maka kami lebih memilih ke Taman Mini saja. Monas tak masuk dalam daftar. Bukan prioritas tujuan wisata, kasian kan Kapan-kapan lah yaww...
Dan ternyata kapan-kapan tersebut sekarang saatnya, hari bersejarah itupun tiba, tidak sengaja awalnya, karena tak ada pilihan lain. Apa sebab? Suamiku tak bisa ditunda harus sidang ke Bangka hari Senin itu. Alhamdulillah dapat tiket PP, artinya Maghrib sudah di Jakarta lagi. Jadilah kami membuat acara sendiri, mengisi hari Senin agar tetap ceria. Yang serunya lagi, ternyata Mang Winku, tak bernyali bawa mobil di Jakarta, padahal beliau pernah jadi sopir truck dan angkot lho dulu di Lampung. Pokoknya sudah semalaman kami kondisikan, teuteup tak bergeming. Ini Jakarta, kilahnya. Beliau hanya berani mengantar suamiku sampai Stasiun Senen pagi itu, suamikupun mengejar DAMRI ke Bandara. Namun akhirnya kena juga kutodong, Senen dengan Monaskan berdampingan. Alhasil dari pada bengong nganggur kamipun meluncur ke Monas. Asli, karena bawaan ndak Pede sejak awal, dari Stasiun Djuanda ke Monas, sampai 4 kali bertanya. Daripada muter mending nanya, asli ndeso... Ya mau apalagi, satu rombongan kami memang belum pernah ke Monas. Sempat janjian juga mau kopdar dengan Tia, Bundanya Vania, tapi ndak jadi, hikksss
Di Monas tenyata menyenangkan ya...
Musholanya bersih, ada banyak mukena yang wangi disini. Inget posting Tia tentang Syndrome Mukena Buluk? Tidak berlaku di Monas. Pengunjung disuguhi dengan diorama sejarah perjuangan RI. Adem ber-AC. |
Sebenarnya suamiku sudah membekali cerita tentang Monas, tapi tak urung aku terkaget-kaget juga. Ternyata jauh dari bayanganku. Pintu masuknyapun tak kusangka harus keliling memutar, kukira didalamnya gerah, ternyata nyaman... pas beli tiket baru tahu tenyata 2 kali jika ingin sampai ke Puncak, syukurnya harga tiket sangat merakyat. Suamiku bilang, nanti ada suara Presiden Soekarno membaca Proklamasi, sempat clingak-clinguk juga kirain pertama masuk langsung terdengar, ternyata ada ruangan khususnya. Kami sengaja mampir dan berhasil menyaksikan tayangan bersejarah ini. Mumpung ke Monas, kapan lagi yack...
Lucunya lagi akupun tak pernah menonton tayangan tentang Monas, bahkan tak tahu kalau waktu penjualan tiket hanya sampai jam 13.00 WIB, tadinya kami mau sholat Dzuhur diluar dulu, tapi karena Yunda dan Akang sudah lari-lari duluan, kamipun hanya berharap ada mushola di dalam, rupanya memang ada dan layak. Coba kalau tadi sholat dan makan dulu, bisa-bisa keburu ditutup pintu tiketnya. Kiraian 24 jam Weleeeh, siapa yang tugas Bu, ada-ada aja... Syukurnya lagi kami sudah sarapan berat sebelum berangkat, jadi didepan pintu tiket hanya beli roti dan minuman saja. Tak bisa kubayangkan kalau tadi pagi tak makan nasi, bisa kelaparan abizzss dach...
Lucunya lagi akupun tak pernah menonton tayangan tentang Monas, bahkan tak tahu kalau waktu penjualan tiket hanya sampai jam 13.00 WIB, tadinya kami mau sholat Dzuhur diluar dulu, tapi karena Yunda dan Akang sudah lari-lari duluan, kamipun hanya berharap ada mushola di dalam, rupanya memang ada dan layak. Coba kalau tadi sholat dan makan dulu, bisa-bisa keburu ditutup pintu tiketnya. Kiraian 24 jam Weleeeh, siapa yang tugas Bu, ada-ada aja... Syukurnya lagi kami sudah sarapan berat sebelum berangkat, jadi didepan pintu tiket hanya beli roti dan minuman saja. Tak bisa kubayangkan kalau tadi pagi tak makan nasi, bisa kelaparan abizzss dach...
Masuk Monas sudah tiba waktu Dzuhur, langsung sholat dan bergegas menuju puncak. Entah ya seperti ada sensasi tersendiri saat mengajak anak-anakku naik ke puncak Monas, yang jelas aku sendiri penasaran, seperti apa ya diatas sana. Senangnya ada Datuk dan Nyai Win yang bergantian mengandeng Hamas, maklum biasanya ada Abi yang melayani lari-larinya si Akang. Kalau Yunda mach anteng, anak gadis euy...
Meneropong sudut Jakarta dari puncak Monas. Datuk kenalan sama Bule dan menawari kripik Lampung. |
Puas berada di puncak, kamipun turun ke lantai 2, Cawan kalau tak salah namanya. Mengelar bontot, buat kopi dan makan roti. Yunda dan Akangpun seru sekali kejar-kejaran disini, Akang sampai tidur-tiduran menikmati terpaan AC alam, terpaan angin cepoi-cepoi *yang sebenarnya kencang, mampu menerbangkan jilbab...
Akang guling-guling di lantai, diajak turun belum mau... |
Sampai jam 14 lewat, Jidahpun sudah kelaparan dan sejak tadi ngajak turun. Sayang cucunya masih cuek saja. Setelah habis snack, Akang baru bersedia mengakhiri eksplorasinya di Cawan Monas siang itu.
Turun langsung naik kereta menuju ke gerbang. Mau pulang? Hoho... bukan, mau cari makan, namanya orang Indonesia, belum dapat nasi ya masih ngerasa belum makan, walau roti sudah habis berbungkus-bungkus.
Beneran turun ya, yo wis foto-foto dulu ya.... Usai acara narsis-narsisan baru dech turun. |
"Ni kereta gratis ya?", tanya Datuk, ihhh norak dech pokoknya. Tapi beneran baru tahu, kalau tahunya sedari tadi, pasti waktu masuk naik kereta juga... kasian kan Jidah sampai kepegelan.
Naik kereta gratis saat turun dari puncak Monas... |
Hari menjelang sore saat kami serombongan mengelar acara makan siang *makan sore ya jadinya... di bawah ribun pohon, menikmati senja yang indah, dengan hidangan nasi bungkus bersama orang-orang tercinta. Hmmm... berasa lezat sekalee
Kamipun melanjutkan berpetualang disekitar pekarangan Monas, karena sholat Ashar sudah kami jamak. Akang Yunda mandi dan ganti baju di Mushola parkiran yang ada di Monas. Sempat beli sovenir berbentuk gading Gajah dengan tulisan basmalah disini, kapan lagi? Sebenarnya penasaran juga dengan kerak telornya, agak mahal ya... 15 ribu rupiah harga satu porsinya, tapi alasan utamaku tak jadi beli karena ingat Hamas yang alergi makan telur. Demi anak, apalah artinya rasa penasaran. Apa ya rasanya? Ada yang tahu resepnya? *nach lho ketauan ternyata masih penasaran juga ya...
Menjelang Maghrib kamipun keluar menuju Stasiun Senen, menjemput suamiku yang sudah hampir tiba. Beliau sudah dari Bangka, kami cuma di Monas saja Tapi tak apalah, seuneng kok Selanjutnya kami semua sholat Maghrib jamak Isya di Mushola Senen, anak-anakpun makin bersuka cita karena sudah bersama Abinya lagi. Riuh mereka bercerita tentang Kak Bayu, si Bocah pemulung yang harus kerja dulu biar bisa sekolah. Ya Nak, dalam setiap kesempatan kitapun bisa banyak belajar dan memupuk rasa syukur.
Menjelang Maghrib kamipun keluar menuju Stasiun Senen, menjemput suamiku yang sudah hampir tiba. Beliau sudah dari Bangka, kami cuma di Monas saja Tapi tak apalah, seuneng kok Selanjutnya kami semua sholat Maghrib jamak Isya di Mushola Senen, anak-anakpun makin bersuka cita karena sudah bersama Abinya lagi. Riuh mereka bercerita tentang Kak Bayu, si Bocah pemulung yang harus kerja dulu biar bisa sekolah. Ya Nak, dalam setiap kesempatan kitapun bisa banyak belajar dan memupuk rasa syukur.
Suka cita saat menyongsong Abi yang turun dari DAMRI. |
Inilah pengalaman pertamaku ke Monas, dari Dzuhur sampai Maghrib, bersama orang-orang tercinta. Sudah lama ingin posting tulisan bersejarah ini, cie... tapi karena fotonya masih belum juga dipindah maka selalu tertunda. Terima kasih untuk Una yang sudah berhasil "memaksaku" menuliskan pengalaman pertama ke puncak Monas dengan giveaway ini
Ada hikmahnya juga ndak buru-buru posting. Walau lucu, ndeso bin katrok, tapi teuteup saja ada warna pelangi dan rasa nano-nano dihatiku setiap mengingat peristiwa ini. Dominan rasa bahagianya sich... *Ada kesan terpaksa membawa bahagia lebay.com. Datuk bahkan bertekad ingin mengajak semua cucunya ke Monas lagi, rame-rame biar makin seru. "Biar Datuk dech yang ntaktir tiket masuknya", katanya antusias.
Ya ya... secara harga tiketnya memang terjangkau sekali. Dan menurutku ada bagusnya juga lho mengajak anak-anak kemari, mengenalkan sejarah dan menanamkan cinta Negeri, cie... *lebay kalee...
Tapi daripada ke Tanah Abang? Cuma kalau mau ambil barang dagangan ya bolehlah ke TA dengan catatan sebaiknya jangan membawa semua uang dan tak mengajak anak-anak ya *gue banget nggak sich?
Bagaimana menurut sahabat?
Ada hikmahnya juga ndak buru-buru posting. Walau lucu, ndeso bin katrok, tapi teuteup saja ada warna pelangi dan rasa nano-nano dihatiku setiap mengingat peristiwa ini. Dominan rasa bahagianya sich... *Ada kesan terpaksa membawa bahagia lebay.com. Datuk bahkan bertekad ingin mengajak semua cucunya ke Monas lagi, rame-rame biar makin seru. "Biar Datuk dech yang ntaktir tiket masuknya", katanya antusias.
Ya ya... secara harga tiketnya memang terjangkau sekali. Dan menurutku ada bagusnya juga lho mengajak anak-anak kemari, mengenalkan sejarah dan menanamkan cinta Negeri, cie... *lebay kalee...
Tapi daripada ke Tanah Abang? Cuma kalau mau ambil barang dagangan ya bolehlah ke TA dengan catatan sebaiknya jangan membawa semua uang dan tak mengajak anak-anak ya *gue banget nggak sich?
Bagaimana menurut sahabat?
Tulisan bernilai sejarah ini* Uuuhuuukkk... dibuat khusus untuk memeriahkan acara My First GiveAway - Pengalaman Pertama yang diadakan oleh si Cantik Una.
34 komentar:
Hahaha, berarti belum lama ini dong ya ke monas. Jadi malu ih dibilang si Cantik~ wkwkwk...
Terimakasih yaaa mbak, segera kucatat :)
Saya sampai sekarang belum pernah ke MONAS T_T
paling banter yaa yang ada di Makassar aja..hihi..monumen mandala, mirip2lah sama si monas~
eh tapi itupun gak pernah liat dalamnya, cuma dari luar aja ;D
saya belum pernah naik ke atas monas padahal dari kecil tinggal di jakarta -.-" ya ampun jadi merasa malu hueheee. pengen ah ke monas.
*acungin tangan* dhe juga belum pernah ke monas yuk, hahahahaa.. kapan2 lah gek gantian dhe yang mampir ke monas.. :p
OOT : bagi nope yuk e, kirim ke inbox FB be.. kemaren laa dhe teriaki di FB katek respon dr ayuk..
salut dech mbak emng sih dengan mengajarkan anak sedini mungkin akan sejarah yg di lihat langsung tugunya yaitu monas,,membuat kelak rasa kecintaan terhadap negri tercinta ini kelak kan terpupuk dalam..
wah, saya malah terakhir ke Monas pas SD :)
waah kok ga bilang2 kalo ke jakarta????
asyik banget deh liat foto2nya, seru banget. angin monas kan super duper ya mbak???
salam ya mbak yunda
Wuaaa seru. Saya dl udah sore ga bs naek hikz
Ahoy..monas..belum pernah kesana :(
Una yang cantik akang belum ikutan nih..ahahhahahaa #jitaks!
saya juga belum yun..hehheheh
Enak ya, jalan2 ke monas menikmati sejarahnya bersama 3 generasi..bener2 3 generasi yang tak terlupakan ya yun. Aku sempet ketawa bacanya..
Wow seru pastinya ya Ummi, 3 generasi berwisata ke Monas. baca cerita dan liat fotonya aja seruuuu
rame dan seru,,
dan saya termasuk orang yang belum ke monar,, eh, maksudnya masuk ke monasnya,,,
paling muter2 di luaran saja.. :D
waa seru 3 generasi ke monas, dulu waktu sampai puncak monas belum bergenerasi abis masih sma. anak2 juga belum nyampe puncak monas kalo dibawahnya saja sering, apalgi kalo lagi musim demo ^_*
sukses ya mba kontes nya
aku aja yg lama di jakarta-bekasi lom pernah naik ke monas mi....hehehe....
aku suka waktu di atas...anginnya kenceng yaaa
hehehee
wah..saya juga bisa dibilang telat loh mba masuk ke monas...
padahal dari kecil udah tinggal di Jakarta, baru masuk monas pas kelas 6 SD..hehehehe
salam...
saya sama sekali belum ke Monas sampe sekarang, sampe diketawain sama suami... hiks. Padahal masa kecil saya sempat di Jakarta selama beberapa tahun ... huhuhu, bener2 ndeso saya ini ..
saya sudah follow blog ini. :)
saya tunggu untuk follow blog saya yaa.
Wah keren ya, semoga menang giveawaynya..
aku belum pernah ke monas mungkin suatu saat nanti ya..
aku malah belum pernah ke MOnas. lewatin aja sih sering .hehhee.
waduh, kerjaanku kan dekat banget dengan Monas
belum jodoh ketemu ya umi yunda
hmm, kapan ya bisa ke mONAS.. asyik memank kayaknya thu..
singgah, mari
Aku ke Monas kalau gak salah th 2009 yg lalu. Gak direncanakan sih sebenarnya. Ceritanya aku dinas ke Jakarta, tapi dah beli tiket PP Madiun-Jakarta. Biasanya, urusan di Jakarta kelar sore, shg aku bisa langsung balik ke Jakarta pakai kereta api yg jam 5 sore. Tapi, saat itu urusan di Jakarta kelar jam 10 pagi! Nah, bingung kan aku mau ngapain selama 7 jam menunggu? Akhirnya, aku putuskan aja jalan2 ke Monas dan ternyata itu adalah pilihan yg salah! Karena aku pakai high heels. Akibatnya, aku yg gak terbiasa jalan jauh pakai high heels jadi lecet2 deh kakiku :( hehehe
Seru juga ya mbak kalau pergi berombongan spt itu. Apa saat mbak ke Monas saat itu, antrinya utk naik ke puncak monas juga lama banget?
Saat aku ke Monas (hari kerja, bukan hari libur) antrinya bikin kaki mau copot. Aku jadi kepikiran, gimana antrinya kalau pas hari libur ya?
Semoga sukses dg giveaway-nya mbak... :)
loh komentar sy yang kemaren kok gak ada ya. pake dimoderasi ternyata
walaupun dari kecil bolak balik ke jakarta n monas karena mes pertamina berseberangan dengan monas, tapi kalau ayuk sampe sekarang belum pernah naek (masuk kedalam monas ) hiks.. kacian deh...
yang paling teringat disana, adalah nasi tim ayamnya mmmmmmm enak bener... cobain deh..
seru memangg..
tapi pas dulu aku kesana masih ada part yang sedang perbaikan, jadi ga bisa lihat pintu emas :(
moga menang kontesnya yaaaaaa
hiks saya juga belum pernah kemonas... :(
asyik ni ceritanya,,serasa ikut gabung *lebay deh gue...
hemmm kapan ya aku ke monas...hehe :D
moga kontesnya menang ya mbak...
ceritanya menarik lho....
hiks hiks aku juga belum pernah ke monas...
eh tapi ternyata bukan aku aja yg belum ke monas...xixixi
Mbak.. Ntar klo keJakarta lg kopdar yak, jalan2 lagi,insya Allah hehehe..
Aku lebih ndeso lg nih mbak.. Aku belum pernah naik ke Monas.. Abis takut tinggi banget..! Hihihi.. Tapi kayaknya bagus bgt ya mbak dari atas monas... Jd penasaran jg :-P
All:
Nach kan ketahuan, banyak juga yang belum sampai ke MONAS. Thanks to Una yang udah kasih kesempatan nulis kisah ini, biar Tia dll pada penasaran dach, jadi naik ke MONAS dech...
Pisstt, kok ndak ada yang kasih resep kerak telor ya? Jangan2 banyak yang nggak tahu juga, hehe...
Saya sudah pernah masuk Monas
Kantor saya berdekatan dengan Monas
Hampir tiap hari saya dulu jalan kaki mengitari Monas sekitar satu jam.
Ada lagu dongdhut Pergi Ke Monas kalau gak salah karya Rhoma Irama.
Setelah di pagar, Monas semakin rapi. Dulu banyak sampah berserakan hasil karya orang yang berMonas Ria pada malam hari. Sekarang sudah bersih.
Salam hangat dari Surabaya
Posting Komentar