Jum'at lalu anak sepupuku menikah.
Anak sepupu? Ya anak sepupuku, sepupu yang dulu menjadi induk semangku saat awal menginjakkan kaki di Bumi Sriwijaya untuk kuliah.
Sepupu tertuaku dari pihak Papa, anak Ayuknya Papaku.
Sepupu tertuaku dari pihak Papa, anak Ayuknya Papaku.
Sepupuku ini seorang perawat yang bertugas di RS Ernaldi Bahar (dulunya Rumah Sakit Jiwa). Ia adalah seorang perempuan tangguh yang membesarkan kedua anaknya sendiri sejak mereka masih SD, karena bercerai dengan suaminya.
Sepupuku ini piatu sejak kecil, sejak ia masih berumur sekitar 2 tahun, Ibunya yang sekaligus Ayuk (saudara perempuan tertua Papaku) meninggal karena sakit.
Aku memanggil sepupuku ini, Abang Farida, entah mengapa walau perempuan tutur sapaan kami padanya adalah Abang. Dan meski sama-sama di Palembang, kami jarang bertemu. Tapi khusus akhir pekan ini sengaja kuluangkan waktu untuk mensucseskan hajatnya. Hajat pernikahan anak tertua Abang, Novaria Sandina, atau kami sekeluarga biasa memanggilnya Ria.
Aku memanggil sepupuku ini, Abang Farida, entah mengapa walau perempuan tutur sapaan kami padanya adalah Abang. Dan meski sama-sama di Palembang, kami jarang bertemu. Tapi khusus akhir pekan ini sengaja kuluangkan waktu untuk mensucseskan hajatnya. Hajat pernikahan anak tertua Abang, Novaria Sandina, atau kami sekeluarga biasa memanggilnya Ria.
Abang Farida adalah sosok yang sangat rajin menyambung silaturrahim, bila ada acara keluarga di Lampung, ia selalu berusaha hadir. O ya, saat Abang ditinggal Ibu kandungnya Abang hanya 2 bersaudara, si adik saat itu baru berumur 6 bulanan, (sekarang adiknya Abang adalah seorang guru di Lampung dengan 2 anak juga). Selanjutnya atas saran dan pilihan keluarga setelah Abang masuk SD, Ayahnya Abang menikah lagi dengan perempuan yang masih terhitung keluarga kami. Dan dari penikahan tersebut Abang punya 5 orang adik, 2 laki-laki dan 3 perempuan. Ibu baru Abang ini termasuk tipe Ibu tiri yang baik, bahkan keluarga besar Papaku sudah menganggapnya sebagai pengganti Ayuknya yang telah tiada. Wak Hani aku memanggilnya. Sekarang masih hidup, adapun Ayahnya Abang sudah meninggal sejak 3 tahun silam. Maka dalam acaranya Ria ini, Papaku adalah sosok yang paling dituakan.
Untuk banyak alasan itulah orangtuaku dan banyak lagi saudaraku dari Lampung bela-belain menghadiri acara pernikahan Ria dan Denny. Bahkan ada 3 orang sepupuku mempersembahkan tari Siger Pengantin di acara Walimatul Ursy-nya. Sebuah tarian khas adat Lampung, simbol penghormatan.
Akad nikah sucses digelar Jum'at siang lalu di rumah kediaman Abang, Komplek Mega Asri Km 14, sederhana dan hikmat. Yang menjadi walinya adalah mantan suami Abang.
Ya bukankah tak ada mantan Ayah bagi Ria?
Tapi kami semua salut pada Abang, ia yang sangat terampil sendirian me-manage semua prosesi dan keruwetan acara, selalu terlihat berusaha menutupi konflik masa lalu dengan si mantan suami demi kebahagiaan sulungnya. Dimataku Abang benar-benar luar biasa.
Akad nikah sucses digelar Jum'at siang lalu di rumah kediaman Abang, Komplek Mega Asri Km 14, sederhana dan hikmat. Yang menjadi walinya adalah mantan suami Abang.
Ya bukankah tak ada mantan Ayah bagi Ria?
Tapi kami semua salut pada Abang, ia yang sangat terampil sendirian me-manage semua prosesi dan keruwetan acara, selalu terlihat berusaha menutupi konflik masa lalu dengan si mantan suami demi kebahagiaan sulungnya. Dimataku Abang benar-benar luar biasa.
Adapun Walimatul Ursy, Ahad tanggal 15 Mei di Aula Museum Bala Putra Dewa, Km 5 yang letaknya justru lebih dekat dengan rumahku. Tentulah sejak hari Kamis sampai Ahad tadi kami sekeluarga wara-wiri ke rumahnya Abang. Bahkan selain Papa dan Mamaku, ada tante dan beberapa sepupu yang menginap di Pakjo, rumah kami. Karena memang rumah Abang sudah penuh sesak oleh banyaknya keluarga yang datang dari Lampung. Maka akupun ikutan jadi tuan rumah serepan, bertanggungjawab secara moral menjadi pemandu wisata untuk sebagian keluarga yang juga ingin jalan-jalan. Dan syukurlah semua berjalan lancar, aman dan terkendali. Sabtu bahkan Ahad sore hingga malam ini rombongan kecil kami sudah menjelajahi sebagian kota Palembang, mencicipi aneka kudapan khas dan foto-foto di sekitar jembatan AMPERA, walau sebagian besar hanya lewat saja. Sayangnya image dari kamera belum bisa dipindah, entar dech nyusul :)
Ragam kudapan khas Palembang, murah meriah tapi lezat bermartabat, di Kampung 26 Ilir.
Dari pempek sampai otak-otak, semua serba ikan.
Pempek Adaan. |
Pempek Kulit. |
Kapal Selam. |
Otak-otak. |
Senangnya mengakhiri pekan ini dengan kumpul keluarga bernuansa silaturrahim yang full ceria dan bahagia, semoga barokah.....Besok, senin pagi rombongan keluarga dari Lampung termasuk Papa dan Mamaku bertolak pulang, ada yang naik kereta dan sebagian naik mobil.
Akhirulkalam, Spesial untuk Ria dan Denny:
Barokallahu laka wabaroka 'alaika wajama'a bainakum fi khoir
(Do'a Rasulullah pada pernikahan Ali bun Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra)
Semoga menjadi keluarga SAMARA ya....
" Terasa semakin jauh perjalanan, saat ada kemenakan yang sudah menikah, bentar lagi punya cucu dong...."
6 komentar:
selamat ya semoga anak sepupu yunda menjadi keluarga yang sakinah mawadah waromah amin
semoga menjadi ke;luarga yang penuh berkah...amin.... maaf bun baru bisa kesini...hehehehe
Wasito:
Aamiin, makasih ya sudah ikut mendo'akan :)
Bayu:
Aamiin, thanks ya....
Selamat ya untuk anak sepupumu...moga jadi keluarga Sakinah.....
Untuk saudaranya Mba keke, Ria dan Denny, selamat menempuh hidup baru yah... mudah2an bahagia dunia akhirat...
dan utk pempek nya hmmm...
Pempek asli Palembang emang yg paling uenaaak! D jkt gak ada yg ngalahin! hihihi...
Thanks ya Bunda Luv dan Thia yang sudah ikut mendo'akan :)
Tapi ini pempek yang di 26 Ilir lho....yang murah meriah :)
Ayoo apa dah pernah nyobain? Kalu menurut para sepupuku yang datang dari Lampung tempo hari, rasanya ndak kalah saing dengan pempek Pak Raden yang harganya hampir 4x lipat, hoho....
Cobain ya kapan-kapan :)
Posting Komentar