Mengambil semua manfaat yang baik dan Menebar semua kebaikan.
Karena Kita pernah Ada.
Karena Kita pernah Ada.
Semangatku untuk menulis lagi banyak dipengaruhi oleh seringnya aku membaca banyaknya catatan di facebook, senang bisa dapat banyak hikmah dan juga menjalin persahabatan, terlebih caranya mudah dan cuma-cuma. Apalagi ajakan menulis bersama yang menurutku sangat membantu orang-orang yang punya minat menulis tapi tak punya ilmu tentang kepenulisan sepertiku. Tapi berkat berbagi ilmu kepenulisan dan juga kesempatan untuk menulis bersama, puisi pertamaku masuk dalam buku antalogi “Selaksa Makna Cinta” yang digawangi group UNTUK SAHABAT. Selanjutnya saat beberapa tulisanku posting dicatatan facebook, ada adik tingkatku yang ikut membaca tulisanku bilang. |
“Mbak buat blog aja, lebih seru lho kalau nulis diblog”, kira-kira begitu katanya.
Dan akupun langsung minta diajari buat blog, tapi karena ia sedang sangat sibuk jadilah aku hanya diajari dasarnya saja. Yang penting bisa entri baru. Jujur itu saja sudah membuatku takjub, ternyata nulis diblog jauh lebih keren, begitu fikirku saat itu. Buka-buka (atau ngintip bahasaku) blog orang lain membuatku makin penasaran belajar membuat blog yang cantik, tapi aku ternyata masih si-blogger pemalu. Malu bertanya pada orang yang belum kukenal. Sementara mereka yang ada dilingkunganku ilmu nge-blognya sangat pas-pasan. Jadilah aku nge-blog dengan gayaku sendiri. Sampai saat aku awal nge-blog kira-kira setahun yang lalu, aku bahkan sudah pernah menemukan ajakan kontes blog yang juga diadakan Mbak Anazkia dan Denaihati dengan tema berbagi kisah sejati, ingin ikutan tapi bingung caranya. Cantumkan banner dan buat link, walah aku nggak ngerti apa maksudnya. Waktu mau belajar tanya-tanya dengan adik tingkatku yang mengerti, ternyata waktunya keburu habis. Yang kuingat ada follownya Mbak Anazkia di blogku, tapi maaf aku justru ngerti mem-follow baru-baru ini. Parah ya....
Blogwalking? Sejujurnya aku juga baru tahu caranya. Ayo ngaku yang sudah ngajarin aku. Walaupun blogwalking ternyata butuh waktu khusus ya....Tapi aku suka nuansa silaturrahimnya yang hangat, berbeda dengan gaya pertemanan di facebook. Akupun menikmati aktivitas ngeblogku, sedikit ada peningkatanlah. Dan soal semangat menulis diblogku justru sekarang sedang maniak, sampai akupun tidak pernah lagi memposting catatan di facebook, keasyikan nulis indah diblog menyisipkannya dengan foto-foto yang menurutku benar-benar bisa melengkapi isi tulisan. Sesekali mengirim tulisan keproyek antalogi, dan senangnya bila bisa lolos untuk dibukukan.
Adapun semangat menulisku makin meningkat dipicu oleh satu pertemukan dengan tokoh penulis wanita Negeri ini yang sudah go internasional, siapalagi kalau bukan Helvy Tiana Rosa, yang karyanya sudah menginspirasi banyak orang. Dan pertemuan dengan tokoh FLP inipun terjadi di tanah haram, Mekkah Al Mukarromah tanggal 02 Desember 2010 bertepatan dengan musim haji 1431 H yang lalu, saat aku menjalankan tugas sebagai dokter kloter atau dikenal dengan sebutan TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia). Pertemuan ini terjadi atas undangan seorang teman facebook yang juga pengurus FLP Saudi Arabia, karena mereka sedang mengadakan workshop kepenulisan yang menghadirkan Mbak HTR sebagai pembicara, memanfaatkan moment Mbak Helvy yang juga sedang naik haji.
Aku yakin, siapapun yang punya mimpi jadi penulis, pasti senang bisa bertemu dengan Mbak HTR, tak terkecuali aku. Apalagi kalau itu di tanah haram, Mekkah. Senangnya tentu berlipat ganda. Terlebih bila tidak hanya sekedar ketemu, melainkan bisa menimba ilmu penulisan langsung darinya. Kebayangkan rasanya. Itu yang kualami. Pesan Mbak HTR tentang menulis, sangat singkat tapi langsung kuaplikasikan. Sederhana saja ternyata. Bahwasanya menulis itu hanya perlu satu kata, mulai, itu saja. Semua kemauan, semangat, bahkan bakat tak akan ada artinya, karena tidak akan pernah bisa menghasilkan sebuah tulisan. Sekali lagi menulis hanya butuh satu kata “mulai”. Selanjutnya beliau menyarankan untuk mempublikasikan tulisan agar kebaikan dari yang kita tulis bisa dirasakan banyak orang, jadi tulisan kita semakin berkah. Beliau memberikan tips, jangan ragu, publikasikan saja. Jangan khawatir tak ada yang membacanya.
Beliaupun mewanti-wanti bahwa menulis itu ibarat jurus kungfu, akan makin lihai bila sering dilatih, jadi menulislah terus. Usahakan tiap hari ada yang kita tulis, walau hanya satu kalimat, anggaplah kita sedang melenturkan otot-otot dalam berlatih kungfu. Atau dalam kata lain pena itu ibarat pedang, akan tajam sebuah pedang bila sering diasah. Begitu pesannya, singkat saja jadi memudahkan kita untuk melaksanakannya. Dan aku yakin sekali pertemuanku dengan Mbak HTR adalah skenario hebat dari Allah yang Maha Segala agar aku makin rajin menulis. Thanksfull to Mbak Helvy untuk ilmu dan semangat menulisnya. Walau aku hanya pertemu sesaat, bahkan tak sampai acara selesai, tapi nasehatmu telah mampu menggerakkanku. Menulis dan terus menulis.
Aku makin keranjingan menulis diblog karena bisa dihias-hias sesuka hatiku, menampilkan foto-foto yang berkesan bagiku. Aku menganggap menulis diblog sebagai ajang belajar mempublikasikan tulisan. Mumpung gratis. Belakangan mulai punya teman sesama blogger yang tulisannya sarat ilmu dan juga menghadirkan rasa persaudaraan yang makin hangat, membuatku makin suka nge-blog. Dan kemajuan pesatku sudah berani ikutan kontes giveaway yang diadakan oleh para sahabat sesama blogger. Biar bisa nyicipin hadiahnya, mengharap.com. Hallaahh, itu buatku nomor sekian karena yang paling penting buatku adalah latihan menulis, mengikuti sarannya Mbak HTR, rajin latihan kungfu, maksudnya banyak-banyak latihan nulis. Kedepan aku ingin juga menambah ilmu tentang dunia blogger, serba-serbi nge-blog ria. Agar blog-ku makin bergizi.
Bahwa menulis itu Universitasnya adalah membaca itu sudah kita ketahui, dan akupun mengakui kebenarannya. Semakin banyak kita membaca, makin kaya juga ide yang bisa kita tulis. Sejak kecil aku suka membaca, membaca apa saja. Karenanya aku sangat percaya, bahwa semua orang yang suka membaca sebenarnya bisa menulis. Tapi mengapa banyak orang yang belum juga mau menulis? Padahal bila keutamaan menulis sudah kita ketahui, maka tak ada alasan untuk tidak mulai menulis. Ingatkanlah pada diri kita bahwa tradisi membaca dan menulislah yang telah menghantarkan umat islam mencapai puncak kejayaannya. Tradisi membaca dan menulis terus mewarnai setiap aktivitas ulama dan intelektual muslim terdahulu sehingga mampu menghantarkan kejayaan sebuah peradaban yang diawali dengan mengikat ilmu dengan tulisan dan menyebarkannya. Sebagaimana dikatakan Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”, maka itulah sebabnya para ulama zaman awal tidak pernah melepaskan hari-harinya dari aktivitas menulis.
Setelah tahu keutamaan menulis, selanjutnya semangati diri kita bahwa dengan menulis, kita bisa mengabadikan fananya hidup ini. Bukankah dengan meninggalkan tulisan maka nama kita akan terus ada? Kata seorang adikku, “Dengan menulis aku akan membuat dunia mengingatku, bahwa aku pernah ada”. Atau dalam bahasa yang lain, tulisan yang kita buat akan menjadi rekam jejak atau dokumentasi yang bisa kita tinggalkan untuk anak-anak kita, generasi penerus kita. Meminjam kata seorang teman blogger (dari blog-nya Thia), “Ini kutulis sebagai dokumentasi untuk sang penerus mimpi.” Hmm....makin terasa nyata manfaat baik nge-blog.
Aku sebenarnya suka menulis sejak dulu, biasanya untuk mengungkapkan rasa hati yang menurutku paling aman bila diluapkan lewat goresan jemari, aktivitas menulis yang hanya kunikmati sendiri. Lega rasanya bila sudah menumpahkan rasa yang mengganjal atau harapan yang bertumpuk lewat berlembar tulisan, seolah sebagian bebanku hilang. Saat itu aku suka sekali dengan ungkapan bahwa menulis bisa jadi keranjang sampah yang sehat buat diri. Pada tahap berikutnya aku terinspirasi dengan ulasan seseorang, “Sebenarnya sampah yang diolah justru akan semakin banyak manfaatnya.”
Maka selanjutnya tulisanku sampai ketangan orang-orang terdekat, walau hanya sesekali alias jarang sekali. Dulu zaman kuliah pernah ikut menulis di mading dan majalah fakultas, tapi hanya sesekali. Faktornya tak lain karena malu :) Iya malu, entah karena apa, akupun gagal menemukan penyebabnya. Jadi malu, karena pernah menaruh malu justru tidak pada tempatnya. Selain itu juga aku tak punya ilmu yang cukup tentang kepenulisan, sering diajak ikut acara latihan kepenulisan oleh banyak temanku, tapi waktunya selalu tak tepat. Jadilah aku hanya sebatas semangat dan minat saja.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula aku belajar. Belajar dari lingkungan sekitar dan beragam peristiwa, aktivitas menulisku diilhami oleh para tokoh yang telah berhasil berjuang dengan tulisannya, dengan karya-karyanya. Terutama sosok Zainab Al Ghazali, beliau yang terlahir di wilayah Al-Bihira, Mesir pada 1917, dan merupakan keturunan dari kalifah kedua Islam, Umar bin Khattab dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Zainab Al-Ghazali adalah satu dari banyak pejuang wanita yang mengukirkan sejarahnya dengan menulis. Pena telah menjadi alat perlawanannya untuk menentang kezaliman melawan rezim Mesir pada saat itu, Presiden Gamal Abdul Naser. Hingga ia harus mengalami hidup yang penuh siksaan dalam tahanan. Tapi semua itu tidak membuatnya gentar, penjara dan siksaan tidak pernah mematahkan tekadnya bahkan membuatnya lebih kuat. Zainab Al-Ghazali meninggalkan jejak perjuangannya, ia telah mengukirkan sejarah dirinya.
Demikianlah, dengan pena, seorang tokoh bisa menombak penguasa yang telah berlaku sewenang-wenang. Pena di tangan seorang tokoh kerap bersuara meskipun harus pula berbuah penjara dan siksaan. Ya, menulis memang mampu menghadirkan banyak fenomena. Begitu banyak tokoh mencipta karya, begitu banyak fenomena tercipta. Satu fenomena yang seakan-akan mengguratkan heroisme adalah perlawanan pena seorang tokoh.
Adalah aku, aku baru mulai menulis lagi, walaupun dengan segala keterbatasan. Alasan utama aku mulai menulis, bukan karena ranah bicaraku kehabisan kata, akau dibungkam penguasa. Bukan. Bukan pula karena medan gerakku disekap atau dikebiri, sungguh bukan karena itu semua. Aku (mulai) menulis karena aku makin meyakini bahwa hanya dengan menulislah aku akan terus hidup. Bahwa hanya dengan menulis, jejakku akan bisa direkam.
Menulis dan menulis adalah kegiatan utamaku diblog. Aku akan berjuang untuk bisa terus nulis, termasuk menulis diblog, mengambil manfaat baik sebanyak-banyaknya dari kegiatan nge-blog ini dan juga semampuku menebar segala kebaikan. Merekam jejak diri untuk sang penerus mimpi, semoga bermanfaat minimal untuk orang-orang terdekat. Karena kita pernah ada. Semoga abadi, mampu memberi warna sekitar, menghusung cerah semesta.
Tulisan ini aku sertakan untuk ikut memeriahkan Blogger Return Contest yang diadakan Mbak Anazkia dan Denaihati dengan tema Blogger nggak cuma Ngeblog.
9 komentar:
semoga menang kontesnya mba yunda
nice post
Mba Keke.... dari kmrn pengen komen tapi netbook lg error...
Horee! Mba keke ikutan...!Semoga sukses kontesnya...
semangat menulisnya aku kutip utk tulisanku jg yah Mba *ijin*
hehehe...
Warsito:
Thanks untuk semoganya Pak....
Menang kalah bukan masalah :)
Tia:
Iya nich akhirnya ikutan, ada yang ngojokin suruh ikutan sich....anggap saja uji nyali, haaikk....
Gpp seneng kok, aku malah gak pake ijin, hihi....mari terus menulis :)
Pagi-pagi gini dah bisa ngebog Tiaaa....apa Vania belum bangun yak?
Dan ... blog semakin bertambah manfaatnya setelah memenangkan Blogger Return Contest. Selamat ya ... ^_^
Asslm Mba Keke... Horeee!
Mba Keke jd salah satu pemenang! Selamat yah Mbaaa... Semoga makin semangat nge-blog dan ngontesnya :-D
Bang Aswi;
Wach maksih ya Bang dah mau berkunjung...
Abang juga dapat buku ya di kontes ini, senangnya...
Selamat ya Bang.
Tia:
Wass...
Iya ni Tia, bersyukur banget aku diojokin suruh ikutan kontesnya Mbak Anaz kemari, thanks ya...
Dan ternyata berhasil dapat buku, wach senangnya...Tia boleh pinjem bukunya, hiiihii
selamat ya mbak,..dah jadi salah satu pemenang..
maaf baru kasih koment, padahal dah beberapa kali main kesini..ngintiip:D
salam kenal ya mbak..
bagaimana kalo bagi tulisanmu di www.bincangedukasi.com..
berbagi kejujuran disana untuk mendukung baangkitnya moral indonesia..:)
Selamat, tulisan ini terpilih sebagai pemenang blogger return contest. Mari kita jadikan blog sebagai sarana untuk saling mengingatkan dan menguatkan melalui tulisan ( Insya Allah ) Sekali lagi, selamat!
Kenia:
Salam kenal juga Mbak, semoga silaturahim yang membawa barokah ya...
Ternyata tulisan Mbak juga dapat predikat dikontes yang sama, selamat ya Mbak...
Wach boleh tuch Mbak, oke dech ntar kucoba, semoga masih sempat ya waktunya ;)
Abi:
Terima kasih banyak dukungan dan motivasinya sangat berarti.
Eeh ternyata tulisannya Abi juga berhasil dapetin kaos dikontes yang sama kan, selamat juga ya...
Posting Komentar