Senin, 12 Maret 2012

Segenap Rasa Buat si Bungsu

Setelah akhir bulan Februari lalu mengurai rindu dengan menuliskan tentang ketiga adikku, akhirnya malam ini kesampaian juga niatku untuk bercerita tentang segenap rasaku pada adik bungsuku. Sesungguhnya menuliskan tentang kebersamaanku dengan si bungsu, seolah membuka lembaran kisah yang sulit dituntaskan. Karena begitu banyak yang harus terlebih dahulu kuurai. Tapi mumpung ada Give Away bertema 'aku sayang saudaraku' dari Mbak Susindra jadilah aku memanfaatkan moment mengumpulkan kepingan memori mengungkap selaksa rasa pada adik bungsuku. 

Jarak umur kami belasan tahun. Saat aku kelas II SMP, adik bungsuku lahir. Jadi saat kelahirannya aku tak bisa langsung bertemu. Dan sejak saat si bungsu dilahirkan, Mamaku jadi jarang sekali bisa menengokku ke rantau. Tak ada lagi sidak mendadak Mama yang begitu aku nantikan, sebab beliau ternyata datang sebelum aku pulang sekolah. Tahukah apa yang terjadi? Lemari dan tempat tidurku jadi rapi, pakaian kotor termasuk mukenaku sudah wangi dicuci. Rasa senang yang begitu sulit kuungkapkan. Tapi meski rasa itu jadi hilang karena kehadiran si bunggu, herannya aku tak pernah protes. Yang ada akupun jadi sangat menantikan waktu liburan agar bisa menimang si bungsu.

Singkat cerita, karena jarak usia kami yang jauh, kami tak pernah melewati masa bertengkar khasnya saudara sekandung. Rebutan mainan jelas tak ada, beda generasi. Aku generasi 70-an sementara si bungsu sudah generasi 90-an. Rebutan makanan apalagi, yang ada kalau musim buah di kampung, si bungsu kecil akan sibuk mengingatkan untuk mengirimiku di rantau. Dan begitu usianya 1 tahunan ke atas, si bungsupun setia menengokku. Kebayangkan cerianya aku saat itu, kedatangan tamu cilik yang sedang lucu-lucunya. Waktu terus berlari, yang aku ingat sejak belajar jalan si bungsu sakit-sakitan. Tumbuh kembangnya seolah tak optimal. Secara rutin pengobatan padanyapun dilakukan, tak mengenal jeda. Syukurnya saat mulai masuk SD, serangkaian pengobatan menunjukkan hasil, tampak adik bungsuku mulai berotot.


Si bungsu di depan kampusnya.
Pinky, tak tampak jejak kurang gizi sewaktu bocah dulu.
.
Hari berganti, saat aku kuliah, semakin jarang aku bisa bertemu lama dengan si bungsu. Saat aku menikah, si bungsu baru kelas V SD. Dan ketika Yunda, sulungku lahir, si bungsu adalah orang yang paling pandai mengungkapkan rasa sayangnya. Seperti kebanyak emak-emak muda yang minim pengalaman, aku kerap minta didampingi Mama. Si bungsu yang saat itu baru kelas I SMP justru sangat mendukung, ia tak protes saat ditinggal Mama mengurusi cucu pertamanya. Demi ponakan tersayang ia rela belajar masak saat Mama tak ada di rumah. Itu kenangan manisku pada si bungsu. Ia minta dipanggil Ammahti. Ammahti selalu dinanti hadirnya oleh anak-anakku, walau kalau sudah bertemu mereka akan heboh, riuh rendah bercanda diwarnai dengan pertengkaran lucu. Ammahtinya suka jahil, memancing teriakan manja  mereka.



Narsis bersama Yunda dan Hamas.
Palembang, Februari 2012.

Kini, si bungsu sudah mahasiswa. Sudah bisa jadi teman curhat yang istimewa. Terutama tentang sakitnya Papa kami. Ya begitulah karena saat ini si bungsu yang Harum namanya tersebut memang sedang tercatat sebagai mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Lampung, semester ke VI. Cerdas, ceria dan sholeha. Muji adik sendiri *kapan lagi, hehe... Satu kebiasaanku yang ditiru dengan sucses hanya oleh si bungsu adalah mampu tidur dimana saja, bahkan dalam posisi duduk sekalipun, modal jaga saat di RS nanti, lumayan kan tak perlu sulit cari bantal. Tidur itu di mata, jadi bisa kapan dan di tempat apa saja, itu prinsip yang kami anut bersama. Merdekaaa !!!



Dan baru saat si bungsu tamat SMA, aku ketahui dengan nyata bahwa ia ternyata nge-fans berat padaku, hoho *mendramatisir banget yak... Sampai berusaha giat belajar untuk bisa masuk kedokteran. Walau ternyata saat ini kuliah di kedokteran, di Universita Negeri sekalipun,  biayanya tergolong mahal. Jauh beda dengan saat aku kuliah dulu. Imbas otonomi kampus khabarnya. Walhasil, hal ini nyaris menggagalkan cita-cita si bungsu untuk jadi dokter. Tapi semua kembali kepada skenario-Nya semata, saat si bungsu sudah bersiap mengubah haluan citanya, Allah berkenan menghadirkan solusi lewat adik ketigaku. Indahnya bersaudara, bila kita saling menyayangi.


Nama lengkap si bungsu sengaja kurahasiakan * maafkan ya... Salah satu sebabnya karena si bungsu saat ini masih jomblomania *uhhuuuuk, tak ada yang menanyakan hal ini  kukira, hehe... Dan saat pertemuan kami pada awal Februari lalu, untuk mengawal pengobatan komprehensif pada jantung Papa kami, tepat bersamaan dengan libur semesternya. Sang Ammahti sempat minta ajari ngeblog, setelah sebelumnya berhasil membujukku minta tambahi  tabungannya agar bisa membeli modem. Nama blog yang direncanakannya membuatku ngakak terhenyak. Ya ya, meski banyak kesamaan dan lahir dari rahim yang sama kami tetaplah pribadi yang jauh berbeda. 


Sulung dan bungsu, yang saling menyayangi.
Kata orang, sulung mirip Mama. Bungsu mirip Papa.


Bersama si bungsu mendampingi Papa ke SpPD-KKV.
Graha RSMH, Februari 2012.


Si bungsupun pernah menunjukkan foto-foto bersama para sahabatnya di kost. Uuuhh geli aku melihat aksinya, paling ceria. Dan menurut pengakuannya semua temannya itu pemikir serius persis seperti aku, si sulung yang dipanggilnya Ayuk ini. Aaacchhh, ternyata begitu ya penilaian si bungsu padaku. Tak mengapa, tak mengurangi rasa sayangku padanya.  Selanjutnya katanya lagi, ia ingin belajar menulis padaku. Ooohhh No, aku bukan guru yang baik untuk itu, tapi aku tetap menghargai keinginannya untuk mulai intens menulis. Memang aku melihat bakat menulis si bungsu yang aduhai, terbukti saat ia menulis status atau catatan di facebook, bahasanya penuh makna bersayap-sayap *burung kaleee... 


Demikianlah paparan selaksa rasa pada adik bungsuku. 
Segenap do'a terangkum untuk adinda.  


"Semoga lancar kuliahmu. Teruslah ceria dan menceriakan. Bila suatu saat dikau membaca tulisan ini, percayalah ini keluar dari lubuk hatiku yang terdalam, betapa aku menyayangimu. Akupun bangga padamu dan selalu berharap mampu mendukung semua cita-cita luhurmu, termasuk untuk  menjadi dokter SpPD-KKV lantaran dendam positifmu pada sakitnya Papa. Lebih dari itu akupun sangat berharap blog 'Tawa Tiwi'mu segera terbit. Niatkan untuk berbagi, jangan takut tak bisa mengatur waktu, justru ngeblog bisa jadi sarana untuk refresing hati dan fikiran ditengah jadwal kuliahmu yang padat dan berat itu". 





Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY : Aku Sayang Saudaraku 
yang diselenggarakan oleh Susindra

22 komentar:

ESSIP mengatakan...

wah ora seru.. pakai dirahasiakan sih nama lengkapnya.. hahahaha

oke deh saya tunggu blog tawa-tiwinya.. nanti saya nanya sendiri deh nama si Bungsu hihihi.

sukses GA-nya mbak

Nurmayanti Zain mengatakan...

masyaALLAH
manisnyaaaa~ ternyata beda usianya belasan tahun ya mbak..
hehehe beda sekali denganku dan adik-adikku XD

Mami Zidane mengatakan...

beda usia belasan tahun justru mengakrabkan mbak yunda dan si bungsu ya....kalo saya malah kebalikan lho mbak...saya punya kakak yang 10 tahun lebih tua dari saya dan saya malah nggak bisa terlalu akrab sama dia, meskipun begitu kami sebenarnya saling menyayangi kok mbak.

Unknown mengatakan...

hiihi.. seru ya sama sodara, meski sering berantem tapi berkesan saat dah dewasa, seperti aku :D
salam

Ummi Nabil & Nadia mengatakan...

wah, jadi pingin kenal sama si bungsu. seumuran kali ya sama saya, hehehe
akhirnya ikutan giveaway ini juga. sukses ya mba.

Jiah Al Jafara mengatakan...

kayaknya pipinya sama mb' :D
cabiii~

sukses buat GAnya

EYSurbakti mengatakan...

hehehe. asik deh bu ..
sukses ya buat GA nya ..
amin :D

Mulyani Adini mengatakan...

Rasanya jadi ngak terasa ya bun...waktu berlalu begitu cepat hingga si bungsu udah bisa di ajak curhat.
Padahal kalau di nget dulunya masih kecil.

Bunda Kanaya mengatakan...

adiknya ummi mirip sama temenku, tadinya aku kaget kukira si dia ternyata bukan.. salam buat adikknya ya ummi...

DewiFatma mengatakan...

Hooh, kliatan kok; si bungsu mirip papa dan sulung mirip mama :D

sukses buat si bungsu dengan kuliahnya. Sukses juga buat si sulung dengan kontesnya. :D

the-netwerk mengatakan...

nice :)
saya senang mengikuti postingan anda
postingan yang menarik .

salam kenal yya dan sempatkan mampir ke
website kami.

HP Yitno mengatakan...

Emang jarak yang terpaut jauh. Nggak bisa menikmati masa-masa bertengkar. Entah itu rebutan makanan atau hanya remote tv. Seru banget lho sob bisa bertengkar sama adik sendiri. Tentunya masih anak-anak ya. Kalau sudah pada gede, jangan sampai deh. Justri harus saling menyayangi.

fakultas kedokteran kan tempatnya para orang pinter sob. Kok nggak disebutin nama aslinya. Kalau masalah jomblo kan soal biasa sob. Oh iya emang nama blog yang ingin dibuat adiknya apa sob. Sekalian diajarin ngeblog aja sob si bungsu. Kan bisa bercengkrama dengan kita kita.

mimi RaDiAl mengatakan...

owh maaf...yunda itu nama anknya ya mba ??? haddddooooh...jd mba namanya siapa ??? ;)

btw si bungsu anaknya ceria ya...bisa di liat dr foto2nya
hayoo bungsu nnt invite mimi yaaa :D

Lidya Fitrian mengatakan...

sama-sama berkacamata ya mbak. semoga sukses dgn kontesnya

dhenok habibie mengatakan...

beda usia dhe sama adik bungsu dhe, 19 tahun yundo.. hahahaha, jadi serasa punya anak kalo lagi jalan berdua.. #lebay :D

kompak euy, sama2 dokter, sama2 pake kacamata, sama2 cantik dan sama2 soleha.. salam untuk adiknya yundo

nicamperenique mengatakan...

iya mbak, tak perhatiken, persis kata mba Keke, emang Ammahtinya Yunda itu mirip Ibu hehehe jadi para pria yg melamar nanti suruh liat Ibu aja kalau pengen tau sosok Ammahtinya Yunda klo tua hehehe tetep cantik, pastii!

Senang membaca tulisan ini, berasa bener kalau mba Keke emang sayang sama si bungsu :) lucu yah punya adek beda usia yang banget2.

sukses ya mbak, di kontesnya Mbak Susi :)

the others mengatakan...

Wah, adiknya mbak Keke calon dokter juga ya? Seneng ya jika dalam keluarga ada yg berprofesi dokter.. jadi gak bingung kalau mau konsultasi kesehatan hehehe.
Emang bener.. foto paling bawah tuh jelas banget menunjukkan siapa mirip siapa. :)

Goodluck utk kontesnya ya mbak.. Aku belum sempat ikutan nih, mbak.

catatan kecilku mengatakan...

Seneng deh baca tulisan di atas, keliatan banget mbak Keke sayang banget sama si bungsu.
Suatu saat nanti si bungsu pasti akan sehebat si sulung deh (sebagai dokter sekaligus sebagai blogger) :)

Mbak, aku ada pesan di inbox buat mbak lho.

Susi Susindra mengatakan...

Beda usia mbak Keke dan Ammahti cukup jauh ya mbak. sama seperti beda usiaku dan mbak termuda. Dengan kakak tertua, saya malah seperti anaknya, karena beda usia saya dan keponakan pertama hanya 2 tahun.
Saya yakin, setiap adik tentu mengidolakan kakaknya. Dia mengambil beberapa karakter favorit dan menirunya. Sukses selalu untuk mbak Keke dan semua saudara. Juga semoga sang Papa segera diberi kesembuhan. Amin.

Salam hangat dari Jepara, mbak.
Susindra

Pakde Cholik mengatakan...

Sebuah keluarga yang sukses ya jeng.
Ikut bangga melihatnya
semoga berjaya di kontes jeng Susindra
Salam hangat dari Surabaya

Bintang mengatakan...

Ah, mungkin gini juga rasanya kalau saya punya adik perempuan, Yunda...kebayang hangatnya, kebayang akrabnya...
Titip doa juga deh, smoga adik Yunda sukses dan bahagia.
Amin.

HA Peduli mengatakan...

postingan yang sangat menarik :)
sangat bermanfaat.. ^_^
keep posting yaa..

ingin barang bekas lebih bermanfaat ?
kunjungi website kami, dan mari kita beramal bersama.. :)