Rabu, 05 Oktober 2011

Haji Bukan Perkara Antri

Tanggal  02 Oktober 2011 lalu Kloter pertama Sumatera Selatan telah berangkat. Dan sejak pekan lalu juga banyak sekali undangan untuk Walimatul Syafar yang sekarang mulai umum dilaksanakan bagi mereka yang mau berangkat ke Tanah Suci menunaikan ibadah haji. Dari keluarga juga jiran tetangga. Aku termasuk yang sangat antusias menghadiri acara semacam ini. Entahlah, ada gairah dan semangat tersendiri rasanya. Bertemu, bersilaturahim dan bermaaf-maafan dengan calon tamu Allah. 

Dokumentasi Pribadi.

Menunaikan ibadah haji itu adalah rukun islam yang kelima. Redaksi yang sudah kita hafal sejak SD adalah naik haji bila mampu. Mampu disini meliputi semua bidang, baik fisik maupun mental, baik financial terlebih niat. Dan jangan salah, haji diwajibkan atas kaum muslimin yang mememenuhi syarat satu kali seumur hidup. Maka aku sangat mendukung peraturan terbaru dari pemerintah yang mendahulukan calon jama’ah haji yang belum pernah berangkat haji dan sudah lanjut usia. Ada kesan membatasi mereka yang ingin berhaji berulang kali. Ya walaupun ini hak semua muslim yang mampu tapi fenomena antrian yang makin panjang dari tahun ke tahun seolah memaksa adanya pembatasan ini.


Adapun syarat wajib haji adalah sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seseorang sehingga dia diwajibkan untuk melaksanakan haji, dan barang siapa yang tidak memenuhi salah satu dari syarat-syarat tersebut, maka dia belum wajib menunaikan haji. Syarat-syarat tersebut ada lima perkara: Islam, berakal, baligh, merdeka dan mampu.


Ibnu Qudamah (dalam Al-Mughni 3/218 adn Nihayah Al-Muhtaj 2/375) berkata: “Kami tidak melihat adanya perbedaan pendapat mengenai lima perkara tersebut“.


Islam” dan “Berakal” adalah dua syarat sahnya haji, karena haji tidak sah jika dilakukan oleh orang kafir atau orang gila.


Baligh” dan “Merdeka” merupakan syarat yang dapat mencukupi pelaksanaan kewajiban tersebut, tetapi keduanya tidak termasuk syarat sahnya haji. Karena apabila anak kecil dan seorang budak melaksanakan haji, maka haji keduanya tetap sah sesuai dengan hadits dari seorang wanita yang -pada saat melaksanakan haji bersama Rasulullah shallallahu alayhi wasalam- mengangkat anak kecilnya kehadapan Nabi dan berkata: “Apakah ia mendapatkan (pahala) haji ?” beliau shallallahu alayhi wasalam menjawab: “Ya, dan kamu pun mendapatkan pahala“(Shahih HR Muslim 1336, Abu Dawud 1736, dan an-Nasa’i 5/120).


Akan tetapi haji yang dilakukan oleh anak kecil dan budak tidak menggugurkan kewajiban hajinya sebagai seorang Muslim, menurut pendapat yang lebih kuat, berdasarkan hadits:
Barang siapa (seorang budak) melaksanakan haji, kemudian ia dimerdekakan, maka ia berkewajiban untuk melaksanakan haji lagi, barang siapa yang melaksanakan haji pada usia anak-anak, kemudian mencapai usia baligh, maka ia wajib melaksanakan haji lagi“(Dishahihkan oleh Al-Albani HR Ibnu Khuzaimah 3050, Al-Hakim 1/481, Al-Baihaqi 5/179 dan lihat Al-Irwa’ 4/59).


Adapun “mampu” hanya merupakan syarat wajib haji. Apabila seorang yang “tidak mampu” berusaha keras dan menghadapi berbagai kesulitan hingga dapat menunaikan haji, maka hajinya dianggap sah dan mencukupi. Hal ini seperti shalat dan puasa yang dilakukan oleh orang yang kewajiban tersebut telah gugur darinya. Maka shalat dan puasanya tetap sah dan mencukupi. (Al-Mughni 3/214).


Aku tak bermaksud membahas tentang fiqih haji secara lengkap disini, kutulis lebih jelas tentang syarat wajib haji ini untuk menekankan, bahwa memang ukuran “mampu” saat ini sangatlah relatif. Ada yang berjuang sampai titik darah penghabisan untuk memampukan dirinya agar bisa berangkat haji dan ada juga yang sebenarnya mampu tapi belum juga mau berangkat. Padahal dengan adanya fasilitas "dana talangan haji" yang menjamur sekarang ini maka otomatis antrian untuk berangkat haji semakin panjang. 


Dulu, kalau mau berangkat haji harus setor sejumlah dana (mencapai puluhan juta) baru bisa dapat kursi atau kepastian berangkat haji. Tapi sekarang dana talangan haji membuat seorang hanya perlu setor dana 2-5 juta dan langsung bisa dapat kursi. Asalkan bisa melunasi sisanya dalam masa 2 tahun. Ini sitem dana talangan haji yang tersebar sekarang ini. Terlepas ini masih kontroversi tapi jelas inilah yang menyebabkan antrian haji makin paaaanjang dan laaaama * kayak iklan ya :D


Bayangkan di Palembang kalau kita daftar (dana talangan atau bukan) beberapa bulan lalu itu antriannya sudah sampai tahun 2017 lho… Menyikapi situasi dan kondisi ini akupun menemukan fenomena beragam, ada yang mengambil kesempatan. Langsung buru-buru daftar sebelum antrian makin panjang, aku temui beberapa orang kerabat yang seperti ini. Ada juga yang justru lesu, kok lama banget ya… Akhirnya mundur dan berharap bisa ikut yang ONH-plus. Nach mana yang bagus? Menurutku semuanya bagus. Tergantung niat dan disesuaikan dengan kemampuan. Kalau sekiranya ONH-plus yang 2x lipat (bahkan lebih) ONH biasa bakal ngos-ngosan alias tak kuat, ya mending ikut sistem antrian dulu kan? 


Dan jangan takut, ketika kita sudah berniat haji dan sudah mengusahakannya dengan seluruh upaya dan segenap kemampuan kita sebagai manusia, maka hanya Allah yang kuasa, membuat seseorang berangkat haji atau belum. Tak peduli dapat antrian tahun berapa, kalau Allah sudah menghendaki maka tahun inilah seseorang bisa berangakt naik haji. Ada banyak contoh dilapangan. Seperti yang kutemui dan kudengar kisahnya, maka sekarang akan kubagi disini :P jadi jangan kemana-mana ya, hehe...


***


Kampung kelahiran suamiku.
Adalah Nenek Salma, masih bibi sepupu jauh Ayah mertuaku, kalau orang Palembang bilang tuturannya mentelu. Kami cukup akrab karena ada anak Nenek Salma yang pernah ikut tinggal di rumah kami, bahkan ikut momong Yunda waktu bayi. Mardiana namanya, anak-anakku memenggilnya Cik Mar, alumni Fakultas Pertanian UNSRI. Kisah tentang Cik Mar akan kutulis dikesempatan yang lain, Insya Allah;)

Aku sudah lama mendengar Nenek Salma dapat antrian haji tahun 2016. Maka saat Cik Mar mengabariku pada jum’at (30/09) bahwa Nenek Salma akan berangakat haji tanggal 02 Oktober 2011, sungguh aku sangat surprise. Kok bisa ya? Ternyata itulah kehendak Allah, Nenek Salma yang memang sudah daftar haji diusia senja, memgetahui antrian hajinya masih 2016 sering berdo’a pada Allah agar diberi umur supaya bisa menunaikan ibadah haji, bahkan saat kutemui, sambil berkaca-kaca beliau menuturkan bahwa do’anya untuk bisa segera berangkat haji sampai terbawa mimpi. Bahagia aku dan suami bisa menjumpainya dirumahnya, 5 Ulu yang sekaligus juga merupakan tanah kelahiran suamiku. Sebuah kelurahan yang letaknya dipinggir sungai Musi di Kecamatan Kertapati yang padat penduduknya, sehingga bisa dikategorikan kawasan kumuh di Kota Palembang. 

Nenek Salma dan Perlengkapan hajinya. 
Foto ke-4 Cik Mar dan anaknya, Azzam.
Tak ada yang dilakukannya selain berdo'a seperti itu. Mau lobby minta maju antrian tapi kemana, tak tahu  tempatnya. Takut juga merebut antrian orang, bisa dzolim kan? Tapi Allah sebaik-baiknya tempat melobby. Sebulan yang lalu, Nenek Salma dipanggil pihak Bank tempatnya menyetor ONH, ditanya kalau berangkat tahun ini bagaimana, apa siap? Sebab ada jama’ah yang batal berangkat. Allahu Akbar!!! Tergugu Nenek Salma menangis, sungguh ini sesuai do’anya. Dan akhirnya beliau jadi berangkat kemarin, sayang kami tak bisa ikut mengantar sampai Asrama Haji.

*** 


Satu kisah lagi, kudapat lewat percakapan telfon. Bu Hasna atau aku lebih akrab menyapanya dengan Bu Zarkasih. Mengabari kami para petugas sekloternya bahwa beliau berangkat haji lagi tahun ini. Haaaa, kok bisa? Tanyaku tak bisa menyembunyikan keheranan. Bu Zarkasih adalah satu dari sekian banyak sosok jama’ah kloter 31 JKG yang akrab denganku. Tahun 1431 H yang lalu Bu Zarkasih dan suaminya (Alm.) berangkat haji dalam kondisi suami beliau yang sakit gagal ginjal, aku pernah cerita singkat tentang ini di Sebuah Organ Bernama Ginjal. 

Pak Zarkasih (Alm.) didampingi istri,
saat wukuf Arafah 1431 H.
Bu Zarkasih sosok istri yang full sabarnya, beliau mendampingi suami yang sakit dengan sepenuh cinta dan keikhlasan, walau harus ketinggalan ibadah sunnah selama di Tanah Suci. Aku ingat Bu Zarkasih jadi jarang, hampir tak pernah bisa lama di Masjidil Haram, bahkan saat di Madinah beliau lebih banyak berada di RS daripada di Masjid Nabawi, bahkan ke Raudhah cuma sekali. Aku salut dengan semua yang beliau lakukan untuk mendampingi sang suami, bahkan air mukanya selalu ceria walau letih semalaman begadang karena sakitnya sang suami. Dan pada Februari 2011 selang 2 bulan setelah pulang haji Pak Zakasih meninggal dunia. 

Sosok Bu Zarkasih luar biasa tabahnya, sambil mengabari via telfon beliau minta maaf sudah banyak merepotkan kami petugas kloter dulu (padahalkan itu memang tugas kami ya :D) dan beliau minta dido’akan bisa berangkat haji lagi, beliau bahkan baru mendaftar lagi dan dapat antrian tahun 2016. Aku salut habis pokoknya pada beliau ini. “Ibu ingin ke Raudah lagi”, begitu suara paraunya. 

Dan ternyata Allah justru memajukan antriannya dengan tak disangka-sangka. Selang sebulan setelah beliau mendaftar, beliau dipanggil oleh Bank tempatnya menyetor ONH, ditanya “Bu, kalau Ibu bisa melunasi ONH dalam waktu sebulan ini, Ibu bisa berangkat haji tahun ini. Sebab ada calon jama’ah haji yang meninggal dan kami sudah menelfon beberapa orang tapi mereka tidak siap berangkat tahun ini”

Subhanallah Jadi karena kesabarannya mendampingi sang suami yang sakit dulu saat berhaji, Allah beri balasan spesial ini. Naik haji tak pakai antri.


Oleh dari itu sahabat, siapa bilang naik haji tergantung antrian? Naik haji itu tergantung panggilan-Nya semata. Labaik Allahumma labaik, labaik la sharika laka labaik in al-hamd wa al-ni'amatu laka wal-mulk, la sharika laka... Maka tanamkanlah niat berhaji, lakukan semua usaha yang bisa kita lakukan sebagai manusia. Termasuk mendaftar. Kalau soal berangkatnya tahun berapa itu tergantung do’a kita. Bukan soal antrian yang semata dibuat manusia. Allah sebaik-baiknya pemilik antrian, Sang Pembuat Keputusan.

12 komentar:

Lidya Fitrian mengatakan...

tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah ya mbak. tetangga saya seharusnya berangkat 2 tahun lagi tapi nyatanya sudah bisa berangkat tahun ini

Damar mengatakan...

betul sekli langkah yang dilakukan npemerintah saat ini dengan mengketatkan mereka yang 'pernah' haji dengan memberikan kesempatan itu pada yang sudah lanjut.
saya ndak bisa mbyangkan di blitar kalo daftar sekarang berangkat th 2020, bagaimana kalo yang bersangkutan sudah berusia 80 tahun ke atas ?

tapi tidak ada yang tidak mungkin jika Alloh sudah berkehendak.
Bagi yang berkali-kali haji, alangkah baiknya jika uang itu digunakan untuk menghajikan orang-orang di sekitarnya, Insya Alloh pahalanya juga sangat luar biasa, setiap dinar dilipatkan 700 kali

Lyliana Thia mengatakan...

Terharuuu banget mbak, baca dua kisah diatas... sungguh rezeki Allah tak terduga ya..

Subhanallah banyaknya calon jamaah haji... mnrt Discovery Channel.. Islam is the fastest growing religion on earth... Subhanallah...

Kakaakin mengatakan...

Subhanallah...
Bila Allah telah berkehendak, apapun bisa terjadi ya, Mbak :)
Insya Allah ibu saya akan berangkat haji tahun ini dengan rombongan kloter 19 dari Balikpapan. Beliau mendaftar sudah sejak tahun 2006.
Mohon do'anya juga untuk beliau ya, Mbak :D

hilsya mengatakan...

merinding bacanya.. entah kenapa selalu merinding kalo denger orang akan pergi ke tanah suci..

Sarah mengatakan...

semua kembali lagi ke niat ya mbak. asal niatnya bener, Allah pasti tahu kok mana hamba-Nya yg bersungguh2....

Bunda Kanaya mengatakan...

selalu gerimis di hati setiap membaca postingan tentang haji... hiks...

al kahfi mengatakan...

assalamualaikum:
peraturan terbaru dari pemerintah yang mendahulukan calon jama’ah haji yang belum pernah berangkat haji dan sudah lanjut usia<---mendukung dgn pemerintah tuk yg ini,,krn seperti tdk etis y kalo yg di beri kesempatan hanya yg berduid sj,,salam sahabat mbak minta izin folllow kalo berkenan di follow balik y..wassalam

Arr Rian mengatakan...

Assalamualaikum....
Tidak ada yang tidak mungkin...
Kedekatan kepada Allah dan doa yang terus mengalir akan berbuah juga....

Saya juga request kayak kang kahfi...
Izin follow, bila suka blog saya...silahkan folback
terima kasih..
Wassalam

Orin mengatakan...

Ummmiiii...aku jd panas dingin ginih, subhanalloh, betul2 ya Allah Sang Maha Segala. Semoga suatu saat saya juga bisa berhaji, Aamiin..

Mulyani Adini mengatakan...

Itulah rahsia allah yang kita tidak ketahui...bila kata ia pergi makan pergilah, bila kata ia tidak bila kita sudah mantap pun kita tidak mendapatkan kesempatan itu.

Membaca tulisan ini mb sambil dengerin lagu Opik - Rapuh, jadi apa yang dirasakan oleh mereka terasa sekali dalam hati ini.

Hmmm sempet ngelus dada...., moga ibu Salma dan Ibu Zakarsih diberi kesehatan hingga bisa menunaikan haji dengan lancar dan kembali ketanah air dgn selamat dan sehat.Amin

Artineke A. Muhir mengatakan...

All:
Semua niat, semua do'a yang diperjuangkan dengan usaha maksimal untuk menjadi tamu Allah di Baitullah semoga dilancarkan dan dimudahkan Allah ya...

Terima Kasih sudah berkunjung ;)