Kisah Seuntai Awan Kecil Oleh Subcomandante Marcos
Kutipan dari Kumpulan Tulisan Terpilih "Kata adalah Senjata"
(sengaja kusertakan, semoga menginspirasi)
Alkisah, hiduplah sebuah awan kecil.
Ia sangat kecil, nyaris tak sampai seuntai. Dan manakala awan-awan besar menjadikan diri mereka hujan dan mengecat hijau pengunungan, si awan kecil akan terbang mendekat untuk menawarkan jasanya. Tapi mereka mengoloknya, karena ia begitu kecil. Mereka mengoloknya menjadi-jadi.
...
Maka awan kecilpun pergi lebih jauh lagi dan sampailah ketempat yang sangat kering kerontang sampai tak ada satu dahanpun yang tumbuh. Awan kecil berkata:
"Ini lokasi yang sempurna untuk menjadikan diriku hujan, karena tak ada awan lain yang pernah datang kemari".
Si awan kecil mengerahkan semua kemampuan untuk menjadikan dirinya hujan, dan berhasil menelurkan satu tetes kecil.
Dan akhirnya tetes kecil itu menciprat sendiri. Maka karena padang itu begitu kering, tetesannya menimbulkan kebisingan hebat saat menciprat tepat diatas sebuah batu. Iapun membangunkan bumi. Dan bumipun bertanya:
"Ribut-ribut apa itu?"
"Tetes hujan jatuh" jawab batu.
"Tetes hujan? Artinya hujan bakal turun! Lekas bangun! "
Lalu bumi mengingatkan semua tetumbuhan yang sembunyi dibawah tanah dari terik matahari.
Maka tumbuh-tumbuhanpun bangun dan mengintip, dan untuk sesaat seisi padang gersang tersaput warna hijau. Awan-awan besarpun melihat hijau itu dari kejauhan dan berkata:
"Lihat ada banyak hijau disana. Ayo kita bikin hujan ditempat itu.
Kita tidak tahu disana begitu hijau !"
...
Tak seorangpun ingat, tapi si batu menyimpan rahasia tentang seuntai awan kecil. Waktu berlalu, awan-awan besar pertama itupun lenyap dan tanaman-tanaman pertamapun mati. Adapun batu yang tak pernah mati, memberitahu tanaman-tanaman baru yang terlahir dan awan-awan baru yang tiba, kisah tentang seuntai awan kecil yang mengucurkan setetes hujan.
Ini cuplikan dari tulisan : Para Wanita Pengukir Sejarah, 29 Januari 2011.
Yang melahirkan puisi berjudul Sang Diri, 05 Februari 2011 yang juga bersamaan dengan pergolakan rakyat Mesir menurunkan Rezim Mubarok. Demikian kutipannya...
Sang Diri
Diri memang tak semulia Khadijah.....yang dari rahimnya juga lahir seorang wanita penghulu syurga berikutnyaTak juga setegar Asma binti Abu Bakar.....yang keberaniannya mengambil andil peran pada hijrah Rosullulah bahkan disaat sedang hamil besar, Jabal Tsur menjadi saksi bahwa beliau memang tiada duanyaBahkan diri tak selayak Al Khansa'....yang menangisnya hanya karena rasa khawatir pada Baginda Nabi, tak ada air mata setelahnya, dan saat khabar syahid keempat putranya, tak ada setitik duka, hanya tersisa kerinduan tak ada lagi putra berikutnya yang akan menyusul syahid
Pada dekade selanjutnya...Diripun sungguh tak seperkasa Zainab Al-Ghazali.....yang dipenjara karena makna penanya, betapa katanya mampu menggetarkan penguasa, dan anjing-anjing dipenjarapun menjadi saksi jiwanya tak bisa dinista
Ya....setiap masa ada pengukir sejarahnyaDan semua kita bisa membuat ukiran seindah yang kita mau
Walau tak semulia Khadijah
Tak setegar Asma
Tak seagung Al-Khansa'
Juga tak seperkasa seorang Zainab dari MesirTapi kita bisa menjadi seuntai awan kecil yang selalu bercita membuat hujan,meski hanya mampu beri tetesan…namun inilah permulaan hijau disebuah gurun nan gersangyang mempunyai visi besar, visi peradaban
Semoga diri mampu menjadi seuntai awan kecil
Maka inilah aku, Sang Diri dalam 10 yang diminta oleh Bunda Loving:
Sebelumnya 8 tentangku sudah kubuat di Award Perdana, atas permintaan Tia.
Jadi tinggal diulik dikit dan melengkapi, dan inilah aku:
- Anak sulung dari 5 bersaudara. Adikku 2 laki-laki dan 2 perempuan. Yang persis dibawahku laki-laki, sekarang menetap di Jogya dan menikah dengan putri Jogya sudah dikaruniai 2 anak. Yang selanjutnya perempuan, seorang ahli gizi bertugas di RSUD dan menetap di Way Kanan, kampung halaman kami dengan 3 orang anak, yang 2 orang kembar. Nomor 4 laki-laki sedang skripsi di Jogja, belum menikah. Adalah si bungsu, semester 4 di Kedokteran UNILA.
- Merantau sejak masuk SMP. Dulu awalnya karena di Kampungku tak ada SMP yang bagus menurut orangtuaku. Bersyukurnya aku punya orangtua yang begitu mengerti bahwa memberikan pendidikan pada anak-anaknya haruslah yang terbaik. Walaupun harus berpisah raga. Jadi SMP-SMA di Bandar Lampung dan menghabiskan masa kuliah di Fakultas Kedokteran UNSRI Palembang. Wajar bila suka duka jadi anak rantau tak akan habis sehari semalam bila kuceritakan, so nyicil aja ya kisahnya...
- Di Tanah Rantau juga aku ketemu jodoh, sehingga keterusan merantau. Suamiku seorang pengacara (pengacara beneran lho...) Silakan bila ada yang memerlukan jasa pengacara, bisa langsung kontak saja, promosi euy...
- Sekarang baru punya 2 orang anak yang multitalenta, sholeh dan sholeha. Alhamdulillah...dan semoga tahun ini Allah izinkan untuk punya anak lagi. Do'akan ya...
- Seperti diprofilku, aku seorang dokter fungsional yang bercita-cita bisa membuat kebijakan di bidang kesehatan, suatu saat kelak. Punya impian untuk mendirikan pusat rehabilitasi mental khusus buat anak dan remaja yang memadukannya dengan konsep spiritual, lebih konkret aku ingin punya tempat rehabilitasi yang sekaligus rumah tahsin dan tahfidz Al-Qur'an.
- Karena tahu beragam dan bahayanya efek samping obat, maka sejak setahun terakhir aku justru menjauhkan diri, keluarga dan orang-orang sekitar dari mengkonsumsi obat-obatan kimia. Jadi sekarang aku justru kembali kepada madu, habatussauda dan bekam. Selanjutnya bercita-cita punya klinik sehat Ath Tibbun Nabawi.
- Suka berkebun, ngakunya kalee...
- Suka menulis, yang ini ngaku-ngaku juga kayaknya. Tapi tetap berusaha untuk terus menulis, karena menulis itu mendamaikan jiwa dan lewat tulisan kitapun bisa menungkan damainya jiwa.
- Benci bahkan sangat benci ROKOK. Kasian dengan para perokok. Serta sangat ingin membantu bila ada perokok yang ingin STOP ROKOK.
- Seorang yang merasa sanguinis tapi sebenarnya pemalu ;)
Semoga ada manfaatnya, paling tidak ada sahabat yang sudi mendo'akan semua harapan, cita-cita dan impianku, so suuittt.
Dari Abu Ad-Darda’ t dia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)
Dalam riwayat lain dengan lafazh:
“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”
16 komentar:
"Kata adalah Senjata" sejata yang bermata dua klo kita tidak bisa menjada maka akan melukai diri kita sendiri.
oh itu 10 tetang ibu ya... jadi tau sekarang, tapi ane blum bisa nulis tantangan yg tlah diberikan ama sobat2 blogger.
saling mendoakan, saling ingat-mengingatkan.
Kalo bahasa puisi hrs bc ber xx untuk bs mengerti hikz
Beruntung se x mba pny keluarga yg mengutamakn pnddkn. Kalo sy lbh milih krj ga mau nyusahin ortu. (Maklum orang biasa2 aja) Hikz. Tp kalo ada niat n keinginan pasti bs, sprt adek. Meskipun di usia 24 br mulia kuliah (skrg 26). Ga ada kata terlambat hehe
Alhamdulillah, akhirnya aku jadi lebih tahu dg ayu' palembang ko...makasih ya buk,tugas dariku sudah dikerjakan...
Puisinya indah sekali...
Kata2 dan cerita pengantarnya bagus bgt Mba Keke...
Gak sekedar cerita ttg diri qta, tp jg sarat makna, membuat org lain berfikir bahwa sekecil apapun mereka, pasti punya andil besar utk sekitarnya...
Sama2 mendoakan Mba Keke...Amin :-)
Puisinya bagus sebgai pengantar inti,,,, wah berarti dah banyak makan garam dengan namanya merantau.....hehehe
Baha:
Saling mendo'akan, setuju ;)
Aamiin YRA
Tarry:
Betul sekali dinda, tak ada kata terlambat...
Tetap semangat, dan selalu optimis.
Semoga selalu sucses ya...
Bunda Luv:
Siip dech, Bunda luv dah langsung baca ya...
Semoga perkenalan yang membawa barokah ya Bun, Thanks ;)
Tia:
Aamiin YRA...
Semoga terkabul semua do'a dan harapan Tia dan keluarga ya ;)
Bayu:
Terima Kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan ini ;)
Pada hakikatnya kita semua adalah perantau didunia ini...
hehehe...makin banyak pengakuan blogger di dunia maya, hehe
wah hebat yach masih kecil udah merantau.....kalo aku ngga pernah jauh dr orangtua heheheh...
Puisinya bagus banget ... dalem maknanya.
Boleh tuh mbak berbagi cerita soal madu, habbat & bekam. Saya juga melakukan itu, meski tetap dibarengin obat dokter. Sebenernya udah cape minum obat dokter, pengen bener2 yg alami ..
awan kecil yang berguna besar... :)
Tunsa:
Iya nich...upaya membuka diri, membuat orang lain mengenal kita. Orang bijak bilang tak baik hanya ingin mengenal tampa usaha memperkenalkan diri, cie...
Mbak Nia:
Iya Mbak upaya memdapatkan pendidikan...
Tapi sejatinya kita semua adalah perantau di dunia fana ini ;)
Ibu Dey:
Terima Kasih Mbak...
Iya Mbak, obat kimia itukan punya efek samping. Biasanya awalnya memang dikombinasi dulu, selanjutnya baru bisa lepas obat kimianya. Terutama untuk penyakit-penyakit kronis/menahun seperti DM, Hipertensi.
Coba Mbak lihat di beberapa postingku, ada Madu, Habatussauda dan juga bekam. Terakhir aku rangkum dalam Naskah Lomba Ketika Buah Hati Sakit judulnya Kembali ke Madu dan Bekam atau tentang Promosi Buku di Bulan April yang judulnya Rasulullah is My Doctors.
Pri:
Thanks sudah baca dan berkunjung ke blog ini ;)
Mbak Yunda hebat sekali sejak kecil merantau. Pasti orang yang sangat mandiri.
puisinya bagus banget...kereeennn...
gara2 PR Bunda Loving... jadi lebih banyak tahu nih tentang Bu Dokter Yunda.
Mbak Susi:
Mbak bisa aja, kalu soal mandiri mach kudu dilakukan ya, merantau ataupun dekat ortu...
Mbak Yanti:
Iya ya Mbak, jadi saling kenal ;)
Puisi? Mbak mujinya bikin GR, hehe
Posting Komentar