Jumat, 28 September 2012

Di Sudut Nabawi

Catatan Perjalanan.

Langit Madinah begitu biru siang itu. Tinggal dua hari lagi waktu yang tersisa bagi kami untuk berada disini, di Kota Nabi. Sungguh terasa singkat enam hari yang telah berlalu. Luar biasa menggembirakannya keadaan jama'ah kloterku selama di Madinah. Semua tenang, sehat dan merasa nyaman. Sampai-sampai mereka enggan pulang, maunya minta tambahan hari untuk lebih lama berada di Madinah. Ini yang selalu mereka katakan saat berjumpa denganku, baik ketika hendak berangkat atau sepulang dari sholat di Nabawi. Situasi ini sangat berpengaruh baik pada kami sebagai petugas, kami yang sejak awal bersepakat untuk mengutamakan tugas, tak mau memaksakan diri untuk menunaikan arba'in seolah mendapat peluang berlimpah untuk bisa menjalankan ibadah sunnah di masjid nabi. Banyak keadaan yang justru sangat mendukung. Hotel yang teramat dekat dengan Nabawi, jama'ah  yang semuanya bahagia dan tak perlu pemantauan ekstra membuat kami bisa leluasa bolak-balik ke Nabawi kapan saja.

Bahkan untuk ke raudah, yang awalnya aku pesimis. Berharap bisa dua kali saja ke raudah selama delapan hari di Madinah adalah sebuah keberuntungan. Tak dinyana aku malah bisa dua kali dalam sehari ke raudah, walau tak setiap hari, sebab kadang kala hanya bisa sekali sehari. Biasanya bersama para jam'ah ibu-ibu aku berangkat sebelum subuh, menuju babbun nisa (pintu khusus wanita) meringsek ke shaff terdekat dengan pintu masuk (menuju) raudah. Pengalaman di hari pertama kedatangan, saat pertama kalinya diantar petugas maktab bersama rombongan se-kloter. Saat itu aku terkesima betapa berlikunya jalan menuju ke raudah. Dan karenanya ingin kuulangi lagi dan lagi. Alhamdulillah bisa kesampaian...

Jama'ah perempuan hanya punya tiga waktu untuk bisa masuk ke raudah, ba'da subuh sampai menjelang dzuhur, ini harus menunggu beberapa saat sebab biasanya baru menjelang jam tujuh pagi jama'ah perempuan boleh masuk raudah. Waktu yang lumayan panjang, aku suka sekali memanfaatkannya. Selanjutnya antara dzuhur-ashar. Waktu yang sangat sempit, aku bahkan belum mencobanya. Yang terakhir ba'da ishya sampai menjelang jam sebelas malam. Karena ada seorang petugas Indonesia yang mengajariku, makanya aku jadi tahu keunggulan masuk ke raudah di waktu ini. Caranya jangan datang sejak ba'da ishya, karena masih ramai dan antrianpun akan sangat lama. Tapi kata beliau datanglah diatas jam sepuluh malam, saat pintu raudah hampir ditutup, biasanya sepi dan kalau kita sudah masuk bisa lebih lama. Sebab kalau kita sudah di dalam, tak ada pengusiran lagi dijam-jam ini. Dan akupun sudah membuktikannya. Biasanya aku pergi bersama satu atau dua orang jama'ah perempuan yang memang ingin bisa ke raudah berulang kali, mumpung masih di Madinah.

Maka ketika secara mendadak aku tak bisa masuk Nabawi untuk sholat apalagi ke raudah di hari-hari terakhir, sungguh nestapa buatku. Aku sudah meminum pil penunda haid lebih dari sebulan, dan memang berhasil membuatku bisa mengikuti semua ritual wajib haji di Arafah-Musdhalifah-Mina juga di Mekkah, thawaf dan sa'i semuanya berjalan lancar. Keluhan mual, sakit sendi, pusing sebagai efek sampaing yang banyak dikeluhkan orang juga tak kualami. Alhamdulillah... Maka ketika dua hari terakhir pil itu tak ampuh lagi buatku, akupun merasa wajib untuk tetap membumbungkan syukur. Walau jujur aku sedih. Tinggal dua hari lagi, hikss... Tapi saat kusadari Allah sudah memberiku begitu banyak, bahkan lebih dari yang aku harapkan, maka aku tak boleh berkesah, rasa syukur itu tak boleh berkurang semikronpun.

Dan saat semua jama'ah berangkat untuk menunaikan sholat dzuhur yang ke tujuh di Nabawi, aku tak mau ketinggalan. Aku tetap bergegas, walau harus puas sampai di pelataran teras masjid saja. Jeda antara iqomah dan adzan yang mulai kuhafal, cukup panjang, aku masih berbaur dengan banyak jama'ah, karena memang banyak dari jama'ah yang tak muat lagi sholat di dalam masjid, bisa sholat di teras Nabawi sudah suatu kebahagiaan. Dan saat takbir dimulainya sholat dzuhur terlaksana, aku baru menyadari ternyata bukan aku saja yang tak sholat di sudut Nabawi siang itu. Ada beberapa perempuan/ibu dengan pakaian khas daerah atau negara masing-masing.

Aku menghampiri salah satu dari mereka, mencoba membuka percakapan dengan bahasa tarzan. Intinya aku menanyakan, apakah mereka juga sedang berhalangan sehingga tak ikut sholat berjama'ah? Dan tanpa kata, Ibu yang ternyata dari Pakistan tersebut membuka jubahnya. Mengeluarkan seorang bayi. Apa? Mataku terbelalak. Itu bayi merah. Artinya bayi itu lahir baru beberapa hari yang lalu? Dan si Ibu mengiyakan. Bayi itu di lahirkannya di sebuah RS yang ada di Mekkah seminggu setelah wukuf di Arafah, dan kini masuk dua minggu umurnya. Allahu Akbar!!! Aku tak bisa menguntai kata, karena memang aku juga tak tahu apa yang harus aku ucapkan dalam bahasa yang dimengertinya. English katanya dia tak faham, aku juga. Arab apalagi, makin jauh.

Bayi Pakistan dalam dekapan :D

Akhirnya aku minta izin pinjam bayinya, aku timang, lalu minta difotokan. Dan selanjutnya sibuk berdialog dalam hati. Ooocchhh jama'ah haji Indonesia mana ada yang boleh berangkat kalau ketahuan hamil? Hamil muda saja, langsung di minta mundur. Apalagi hamil tua yang jelas-jelas terlihat. Sementara hamil sebenarnya bukan halangan dalam beribadah bukan? Takut merepotkan petugas medis? Kurasa tak beralasan, ada banyak ibu hamil justru kuat dan tak banyak keluhan, mereka sehat dan sangat termotivasi dalam beribadah. Lalu? Acch, kalaulah diperkenankan, aku iri pada ibu Pakistan ini, yang bisa melahirkan di Mekkah, setelah menunaikan rukun islam kelimanya. Tapi kita tak boleh iri kan yaaa... Semoga kebijakan haji Indonesia bagi jama'ah perempuan kelak akan berubah, dan wanita hamil boleh naik haji asal sehat dan kuat.

Selasa, 25 September 2012

Belajar Nyamuk

Seruangan sama entomolog ternyata mengasyikkan ya, aku jadi bisa belajar tentang nyamuk. Aku bahkan baru tahu ternyata untuk bertahan hidup itu nyamuk hanya perlu mengisap sari bunga dan buah. Jadi saat nyamuk menggigit manusia dan menghisap darah itu untuk berkembang-biaknya, meneruskan generasi. Berguna untuk mematangkan sel-sel telurnya. Artinya yang menggigit manusia itu memang hanya nyamuk betina. 

Bukan kumbang saja, yang menghisap bunga.

Nyamuk jantan? Tak pernah menggigit kita, sebab ia akan mati segera sesaat setelah mengawini pasangannya, kurang dari seminggu bahkan *alangkah setianya nyamuk jantan pada pasangannya ya, komment tak penting... 

Itu yang baru aku ketahui dari si nyamuk, kalau jenis nyamuk itu bermacam-macam sudah lama aku tahu :D Ada Aedes yang terbagi menjadi Aedes Albofiktus dan Aedes Agipty si penular DBD. Ada Anopheles yang jadi vektor penyakit malaria. Ada Culex dan Mansonia pembawa vektor filariaris. Hanya Armigeres dan Toxorhyncities yang baru aku kenal hari ini. Dan penulisan namanyapun, aku tak yakin benar, maaf yaaa...

Belum lagi ciri-cirinya, yang aku ingat luar kepala hanya bahwa Aedes Agipty itu tubuhnya belang, hitam putih, menggigit di pagi sampai sore hari. Semua juga tahu kan ya :D Ini dia penampakannya.

Hitam putihnya jelas terlihat.

Semetara ciri lainnya yang bisa dilihat dari sayap, antenanya, mengenali jantan betina. Khasnya saat menggigit itu semua ternyata ada ilmunya. Ho ohh... ternyata ya ilmu yang aku punya masih sangat sedikit. Hanya separoh titik, mungkin malah tak sampai. Jadi tak ada gunanya merasa sombong. Yang ada adalah mari kita terus belajar. Dan belajar itu tak mesti di bangku sekolah bukan? tapi bisa di Universitas kebanggaan kita. Meski maya, disini banyak kelebihannya, dan inilah yang selalu membuat aku rindu membuka blog ini, meski tak berkelas. Aku terlanjur cinta.

Gambar kedua nyamuk di atas aku copy dari materi pelatihan entomologi :D

Senin, 24 September 2012

Kepungan Kabut Asap

Palembang dikepung kabut asap sejak pertengahan September lalu. Media cetak dan elektronik sudah gencar mengangkat pemberitaan seputar kabut asap ini, tampaknya sudah menjadi berita nasional. Pemerintah daerah bekerja sama dengan jajaran terkait termasuk kantor kami juga sudah melakukan serangkaian tindakan guna mengukur kwalitas udara di Palembang dan berusaha mengatasinya. 

Dan hasilnya memang ada kandungan zat di dalam udara yang meningkat dari biasanya. Namun masih dibawah ambang pagu. Artinya masih terkategori aman. Aman untuk siapa?  Tak tahu ya...

Yang pasti angka kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di Palembang dalam 2 minggu terakhir ini mengalami peningkatan sekitar 5 %. Angka ini akan terus meningkat bila kabut asap masih tak bisa dijinakkan :D Alhamdulillahnya kami sekeluarga dalam keadaan sehat wal'afiat. Mohon do'anya ya, agar kabut asap ini segera sirna dan mentari segera pancarkan sinar cerianya lagi...

Kabut Asap Kepung Palembang
Kabut Asap di Kotaku, Sumber Gambar.
Aku tahu, berbagai upaya sudah dilakukan Pemerintah Propinsi maupun Kota untuk mengantisipasi dampak kabut asap ini. Diantaranya dengan membagikan masker kepada warga, tercatat sampai 5.000 lebih masker yang sudah disebar. Efektifitasnya masih harus diuji, sebab dari sekian banyak yang sudah dibagikan berapa pula masker tersebut yang digunakan. Apa harus ada razia masker? *wong helm saja yang sudah lama sosialisasinya masih sering dilanggar kok... Belum lagi soal ketidaknyamanan menggunakan masker bila belum terbiasa. Hamas dan Yundapun ogah, padahal sudah kuterangkan manfaatnya dan maskernya juga sudah sengaja beli sesuai gambar yang mereka minati. Beli? Iya, belakangan ini jual beli masker jadi marak di Palembang. Memanfaatkan situasi untuk berbisnis, boleh dong ya...

Dan guna menghindari warga Palembang Raya dari dampak buruk kabut asap yang saat ini terus menebal, mulai hari ini, Senin (24/09/2012), Pemerintah Kota membuat kebijakan perubahan jadwal masuk kerja dan sekolah. Jika sebelumnya jam kerja pegawai pukul 07.00 s/d 16.00, mulai Senin (24/09/2012) ditetapkan pukul 08.00 s/d 16.30. Sementara sekolah, yang biasanya pukul 07.00 diubah menjadi pukul 08.00. Semua ini dilakukan untuk menghindari risiko dampak buruk dari kabut asap yang cenderung pekat pada saat pagi dan sore hari. Ini kata Pak Sekda di Sripo kemarin. Bisa? Masalahnya kabut asap saat ini pekat sepanjang hari, tak hanya pada pagi dan sore saja Pak :(  Huuuaaa... 

Lucunya saat ditanya asal kabut asap ini, banyak pihak yang mengatakan berasal dari kebakaran lahan gambut. Ada juga yang bilang dari kebakaran hutan di daerah Lahat, Pagar Alam, Muara Enim. Bahkan banyak juga yang lantang mengatakan ini asap kiriman dari Jambi dan Riau. Sementara yang masuk kasus nasional justru Palembang dan Palangkaraya. Jambi, Riau dan lainnya apa khabar ya? Jadi Palembang asapnya dari mana? Entah... Tak penting juga ya mencari kambing hitam, yang jelas dibutuhkan sekarang adalah solusi. Setuju?

Belum lagi terkait jadwal penerbangan yang jadi kacau-balau akibat serangan kabut asap yang mengganas ini. Jangan bilang tunda saja terbangnya, kan beres! Tak usah berpergian dulu selama kabut asap masih tebal? Sampai kapan? Masalahnya lagi saat ini tepat bersamaan dengan keberangkatan CJHI asal Palembang. Kasian kan :(  Para CJHI jadi was-was. Keluarganya juga jadi ikutan khawatir. Semoga badai asap ini segera pergi dari Kota kami. Husss....husss... 

Ada yang bisa bantu mengusir monster ehhh asap ini? Atau ada yang punya pengalaman menjinakkannya segera, GPL gictu...

Sabtu, 22 September 2012

Batik Palembang Tebar Pesona

Sekedar mengobati rindu...

Mau pamer foto baju batik yang di pakai sebagai seragam kantor kami, motif tenun songket yang paling sederhana *ndak tega nyebutnya yang paling murah, hehe...

Masih di zona Batik Palembang.

Kali ini modelnya Vera dan Wida. Ada yang mau kenalan?
Kali ini tampak belakang, masih terlihat menawan bukan?
Saat tahu mau numpang tenar di blog, Arnipun minta dijebret.
Tak masalah kala sedang antri makan :D
Bagaimana, apakah sudah terpesona dengan penampilan batik Palembang kali ini? #jika belum, tunggu edisi selanjutnya ya....

Kamis, 20 September 2012

Proses Memantaskan Diri

Hari ini orang-orang penting KEMENKES dan MENPAN datang ke BTKL PP Palembang, dalam rangka menilai apakah kantor kami tercinta layak untuk tetap ada. Atau karena funggsinya yang dianggap tumpang tindih dengan BBLK (Balai Besar Laboratorium Kesehatran) jadi harus digabung dalam rangka perampingan. Reformasi biroksari katanya, intinya dalam rangka penghematan anggaran sich sebenarnya.

Jadi untuk sebuah eksistensi bahwa kami memang perlu ada, maka sejak berhari-hari lalu kami bahu membahu untuk memantaskan diri. Walau sebenarnya sebagai orang baru aku ya hanya ikut -ikutan membantu saja. Semua sisi kantor dipoles dan dibenahi. Meski harus pulang sore tapi kami semua menikmatinya, sebuah proses untuk memantaskan diri. Kami memang layak ada, bahwa kami berdaya guna, dan kami punya TUPOKSI yang jelas. Yach begitulah...

Dan meski orang baru akupun merasakan alangkah banyaknya kerja-kerja di BTKL PP ini yang memang belum bisa digantikan oleh instansi lain. Lucunya 9 BTKL PP yang lain tersebar diseantero negeri nasibnya tergantung dari penilaian tim pusat tadi kepada kantor kami. Maka wajarlah para pejabat kantor kemarin sempat ketar-ketir. Dan siang ini setelah prosesnya selesai, kami sudah bisa tersenyum lagi. Walaupun hasilnya belum langsung diketahui, sebab masih harus (katanya) dianalisa lagi. Tapi bagi kami yang penting sudah berusaha, kami sudah melewati sebuah proses untuk menjadi pantas. Pantas untuk tetap ada.

Ahaaa, ini curhatan apa namanya ya...
Entah, yang pasti aku senang karena hari ini bisa menulis lagi, walau tak sepenuh jiwa, jadi maaf kalau tulisan ini jadi terasa hambar.

Dan sehubungan dengan yang namanya proses memantaskan diri dalam keseharian aku sering merasakan langsung. Kemarin saat memberi kuliah perdana pada mahasiswa-mahasiswi baru di STIK, aku sampai bahas hal ini panjang lebar. Saat sering kudapati ada dari mereka yang asyik ngobrol, kutegur berhenti. Tak lama kemudian mulai lagi. Akhirnys aku mengubah bahasan, dari mata kuliah Anatomi jadi berpetuah, bukannya mau sok bijak. Tapi aku mau mereka sepenuh hati, bersungguh-sungguh, menjalani proses memantasksn diri untuk menjadi sarjana kesehatan. Sarjana yang pantas karena memiliki ilmu.

Akupun sangat setuju saat mendengar seorang kerabat yang belum menikah, dengan bahagia menjalani harinya tampa harus menyalahkan takdir. Bahkan saat ada yang bertanya "mana usahamu untuk mencari pacar?" Dengan lantang dijawabnya "aku percaya Allah sudah mengatur jodohku, dan yang harus kulakukan adalah memantaskan diri untuk menjadi istri yang sholeha" Proses memantaskan diri ini tentu berlaku juga pada calon suami, walau dalam kapasitas yang berbeda, karena mereka bisa lebih aktif sebagai pengambil keputusan.

Juga berlaku buatku pribadi, sampai saat ini aku (kita) terus menjalani proses memantaskan diri sebagai sebagai istri, sebagai Ibu sekaligus sebagai anak. Bahkan yang utama dalam berproses memantaskan diri sebagai pengikut Muhammad, SAW. Semoga kelak kita pantas mendapat syafaatnya di hari akhir. Sepenuh pengharapan agar kelak kita dikenali oleh Sang Nabi  dari bekas wudhu ini. Mari berjuang sahabat untuk memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik sebagai hamba-Nya. Mari memantaskan diri untuk bisa hidup bahagia, mulia, berdaya guna dan kelak khusnul khotimah!

Rabu, 19 September 2012

Seperti Ditimpa Kotak

Judul awalnya, seperti ditimpa kotak-kotak, tapi khawatir memancing kerusuhan, maka kusingkat saja. Bukan sekedar curhatan galau, tapi lebih kepada sebentuk pengharapan... Mestinya aku tak harus merasa terpuruk, huaaaa *tapi mengapa aku malah ingin nangis sejadi-jadinya...

Pertamanya aku memang bingung mau menerima pinangan yang mana. Sebab sebenarnya pujaan hatiku sudah mundur. Mau nguling-nguling juga tak mungkin bisa lagi. Maka kini aku mencoba untuk bersikap realistis. Diantara 2 yang tersisa, siapa yang lebih layak menemaniku mendulang keridhoan-Nya. Apakah si Kumis yang ganteng? Dan jelas didukung oleh kedua orangtua, sesepuh adat dan agama. Ataukah si Kotak-kotak yang sudah banyak mempesona banyak pihak, terutama mereka yang ada di pasar-pasar.

Kalau mau jujur aku sebenarnya sudah punya kecendrungan, tapi aku juga butuh penguatan jiwa. Istikharoh sudah lama kulakukan, aku sudah mantap. Tapi tetap ada rasa khawatir dalam diriku, apakah sanggup kulawan arus dukungan yang sedemikian deras pada si Kotak-kotak. Semua seolah kompak menutup mata pada latar belakang si Kotak-kotak dan orang terdekatnya. Mereka bahkan menggunakan berbagai cara merayu sekitarku. Apa dayaku sebagai manusia? Walau sejumlah fakta kupaparkan, apakah masih ada gunanya buat mereka yang seolah sudah terhipnotis. Ooohhhh....

Sakit rasanya, seperti ditimpa kotak besar. Menghimpit dada, raga dan jiwaku. Namun aku harus kuat. Betapapun berat resiko yang kutanggung nantinya atas pilihanku. Besok aku akan menyatakan suaraku dan tetap berharap ada keajaiban. Semoga Allah menjatuhkan pilihan pada dia yang akan memimpinku.

Bukan soal kelak aku dibilang begini dan begitu, bagiku masalah aqidah adalah hal yang prinsip. Duhai sahabat, bukan sebatas isu SARA atau etnis disini, tapi masalah kepedulian. Masih adakah iman didadaku? Dan apakah masih pantas aku disebut beriman? 

Saat khouf dan roja’ membumbung, aku tahu hanya Allah tempatku bersandar.


***

Aku disini tokoh fiktif, sebab aku yang nyata tak bisa ikut bersuara besok. Semoga masih ada waktu untukmu merenung Sahabat,

Ini berita baru, tahukah para Pengagum Kotak-kotak?

Solopos.com/2012/09/09/LAPSUS Kemacetan belum Teratasi 5 Tahun lagi Solo Lumpuh.

Solopos.com/2012/07/04/ Sampah Meluber PEMKOT Solo pusing atasi TPS Sampah Pasar Kliwon.

Berita8.com/read/2012/04/07/3/Saban Tahun Penduduk Miskin di Solo Meningkat

News.detik.com/read/2012/01/02/Banjir di Solo masih Tinggi.

Belum lagi tentang kesaksian seorang sahabatku yang baru-baru ini berkunjung ke Solo, tentang Masjid Agungnya yang ada di Pusat Kota, sangat tak membuat betah. Kotor katanya, kalah jauh dengan Masjid Agung Palembang. Ini baru satu masjidnya, bagaimana pula nasib masjid-masjid yang lain?

Sedangkan Jakarta bukanlah Solo. Bahkan luas Solo hanya menyamai Kodya Jakarta Pusat.

Mari dipikirkan lagi, apakah JOKOHOK cukup pantas memimpin DKI Jakarta, tanah tumpah darahnya si Doel yang berbudaya, yang kerjaannya sembahyang mengaji. Jangan cuma bisa bilang "sakit hati" dan menyesal nantinya ya...

Senin, 17 September 2012

Membidik Filariasis

Di Kantor kami sedang ada program Survey darah jari untuk pemeriksaan filariasis. Atau yang secara umum dikenal masyarakat dengan sebutan Kaki Gajah, karena mungkin sering ditemukan ada perbesaran pada kaki. Padahal secara umum filariasis bisa menyebabkan pembesaran pada tangan, mamae, dan juga pada scrotum. Penyakit ini pernah menjadi momok di ASEAN. Karena meski penyebabnya adalah cacing filariasis tapi dalam penularannya melibatkan nyamuk. Orang jadi membayangkan DHF yang mematikan itu. 

Maka agar tak keliru mari kita sejenak berkenalan dengan filariasis. 
Filariasis atau penyakit kaki gajah (elephantiasis) adalah penyakit menular yang mengenai saluran kelenjar limfe (getah bening) disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini menyerang semua golongan umur dan bersifat menahun. Jika seorang terkena penyakit ini dan tidak mendapatkan pengobatan sedini mungkin dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, buah dada dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki

Dsinyalir, penyakit ini ditemukan hampir pada seluruh Propinsi di Indonesia. Bahkan ada kasusnya di Kota Depok, yang dilaporkan pada tahun 2001 di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo sebanyak 1 orang. Dan setelah dilakukan survey lanjutan sampai awal tahun 2008 di Kota Depok telah dilaporkan sebanyak 14 kasus kronis filariasis dan 23 orang mengandung mikro filarial positif dengan rata-rata mikro filarial rate ≥ 1%.

Filariasis memang mudah menular, meski tak sama dengan DHF. Adapun kriteria penularan penyakit ini adalah jika ditemukan mikro filarial rate ≥ 1% pada sample darah penduduk di sekitar kasus elephantiasis, atau adanya 2 atau lebih kasus elephantiasis di suatu wilayah pada jarak terbang nyamuk yang mempunyai riwayat menetap bersama/berdekatan pada suatu wilayah selama lebih dari satu tahun. Berdasarkan ketentuan WHO, jika ditemukan mikro filarial rate ≥ 1% pada satu wilayah maka daerah tersebut dinyatakan endemis dan harus segera diberikan pengobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turut.


Jadi artinya survey sangat dibutuhkan untuk penanggulangan penyakit ini, sebab dengan demikian bisa ditemukan kasus yang positif filariasis diobati. Insya Allah bisa sembuh. Tapi kalau sudah keburu bengkak ya tak bisa dikempeskan lagi, hanya bisa dirawat. 

Sumber gambar dari www.health-healths.com 
filariasi...
Gambar ada disini
Di Sumatera Selatan sendiri kasus filariasis terbanyak ditemukan di daerah Banyu Asin. Sementara di Kota Palembang sendiri 2 tahun lalu pernah ada 1 orang, itupun warga pindahan dari Banyu Asin. Namun namanya kemungkinan penularan bisa saja terjadi. Sehingga tetap diputuskan untu dilakukan survey di dalam kota. Dan pada survey filariasis kemarin aku masuk Tim yang diturunkan di Palembang. Lumayan, daripada harus ke Bengkulu, #jauuhhhh.... Survey kali ini belum melibatkan Bangka Belitung, kalau kapan-kapan diadakan, aku ya mau ikutan :)

Syukurnya tim kami di Palembang kemarin sangat solid, pihak DINAS Kesehatan Kota Palembang yang mendampingipun sangat antusias. Puskesmas yang dilibatkanpun sangat mendukung, mereka menurunkan petugas dan kader-kader terbaiknya. Pihak kelurahan juga tak kalah gesit, mereka mengumpulkan warga dengan mengumumkan ke masjid dan rumah-rumah. Sehingga tak heran warga yang datangpun berbondong-bondong. Tak ada kejadian seperti tim lainnya yang harus door to door tengah malam. 

Masuk koran Sumatra Ekspres 16 September 2012.
Uniknya survey filariasis ini memang harus dilakukan malam hari antara jam 20.00-04.00 subuh. Sebab kalau siang hari cacing filariarisnya bersembunyi di kelenjar limpe sehingga sulit untuk diperiksa. Hanya pada malam hari saja cacing tersebut turun ke darah, maka bisa diperiksa di ujung jari. Di tusuk sekali saja, seperti kalau mau memeriksa golongan darah, diteteskan 3 tetes pada deckglass dan dibuat sediaan memanjang. Selanjutnya 1x24 jam dilisiskan, dan langsung difiksasi dengan methanol. Baru siap diperiksa dibawah mikroskop. Begitu panduan terbaru dari WHO. Pada 1 kali survey kami ditargetkan harus mendapat 250-300 sediaan, tak heran kalau harus gedor menggedor warga tengah malamnya, sebab tak semua warga tahu pentingnya pemeriksaan ini, apalagi kalau dari Puskesmas belum pernah melakukan penyuluhan. 

Sampai hari ini, sediaan apusan darah yang terkumpul sudah hampir 2 ribuan. Dan belum selesai pemeriksaan mikroskopisnya. Jadi belum ketahuan berapa yang positf. Sedang ngantri minta dikelarkan. Banyak ya, lumayan juga kerjanya. Belum lagi kegiatan belajar mengajar di STIK tempatku mengajar di luar sana sudah mulai aktif, jadi maafkan kalau aku belum bisa aktif berselanjar ke rumah para sahabat. Rindu ngeblog, silaturahim ke rumah maya sahabat juga sedang terkendala oleh modem yang error, tolong do'akan Sapidy kami segera bisa beroprasi yaaa...

Rabu, 12 September 2012

Keliling Dunia dari Rumah Saja

Dulu saat mendengar percakapan Ibu-ibu yang anaknya kelas IV-VI SD, jujur mampu membuatku berkernyit. Masa sich? Seingatku zaman aku SD dulu, belajarnya saat EBTANAS sudah dekat saja, tapi ya itukan era tahun 80-an... Katanya kalau sudah kelas IV keatas PR juga tugasnya banyak dan makin sulit. Maka saat Yunda masuk kelas IV kemarin aku yang sudah berjaga-jaga sempat bengong juga.

Bagaimana tidak? Pekan pertama di Sekolah Yunda dapat tugas IPS menggambar peta Sumatera Selatan, yang artinya sukses membuat kami beredar ke Toko Buku mencari ATLAS yang cocok. Belum lagi jangka dan perlengkapan lainnya. Yang membuat lama, Yunda termasuk perfeksionis *ada turunan Emaknya juga... ingin yang benar-benar pas tapi tak mau dibantu saat membuatnya. Jadilah waktu 3 hari yang diberikan lumayan mepet untuknya menentukan skala dan memoles warna. Syukurnya semua dinikmatinya dengan baik, saat tugas sudah dikumpulpun, ATLAS yang terlanjur membuatnya jatuh hati itu masih setia dibolak-baliknya. 

Jatuh hati pada ATLAS? Bisa ya... Iya, sebab aku punya caranya bersahabat dengan buku PETA itu *emang Dora? :P Hari-hari pertama saat si -ATLAS ada di rumah kami, dengan melibatkan Hamas aku bercerita tentang belahan dunia yang bisa kami sambangi lewat lembaran petanya. Rupanya hal itu menarik minat anak-anakku. Mereka tertarik melihat peta Lampung, dimana letak Kabupaten Way Kanan, dimana posisi rumah Datuk mereka *gleekkk... Adakah Blambangan Umpu juga disebutkan? Sampai ke halaman-halaman akhir saat mata mereka tertuju pada istilah 7 keajaiban dunia. Pendeknya hingga hari ini ATLAS itu sudah berhasil membuai mereka lewat satu istilah "Keliling Dunia Bisa dari Rumah Saja"

Sampai-sampai suatu hari saat aku pulang kantor, Yunda dan Hamas sedang duduk di depan pagar, bahkan Hamas sambil makan pisang coklat, karena khusyuknya mereka tak menyadari kehadiranku. Dan jadilah foto 'colongan' berikut ini.

Hamas dan Yunda sedang keliling dunia  :)
Ada yang mau ikut?
Selain tugas IPS yang fenomenal itu *lebay... Beberapa hari yang lalu Yunda juga dapat tugas IPA menggambar tulang kepala manusia, iya tulang tengkorak. Huuuaaaaa... aku ya langsung terbelalak lantaran terkejut. Itukan tugasku zaman kuliah dulu, hanya bisa berguman dalam hati, takut menyurutkan semangat Yunda. Alhasil, tugas ajaib itu selesai juga sebelum dikumpul, ada seminggu waktu yang disediakan. Yunda menyelesaikannya nyicil, maklum tipe Yunda kan tak mau asal jadi.

Lain Yunda maka berbeda pula Hamasku. Malam yang sama saat Yunda mengerjakan tugas IPA, Hamas dengan bangga mengumumkan bahwa diapun ada tugas IPA. Menggambar seekor burung dilengkapi dengan tulisan bagian-bagian tubuhnya. "Ada contohnya kok Mi!" Serunya seantusias biasanya. Aku yang penasaran langsung mencari di buku IPA kelas II milik Hamas. Dan memang ada, elok pula rupanya. Sempat pula aku membatin, butuh waktu berapa lamakah Hamas meniru gambar burung ini? 

Dan ternyata, hanya beberapa menit saja gambar burung itu rampung dengan gemilang, beserta nama-nama bagian tubuhnya. Burung yang dicontoh menghadap ke kanan, sementara gambar Hamas menghadap ke kiri. Asli kalau tak kutahan, meledaklah tawaku. Wong penampakannya sama sekali tak mirip contoh kok :oops: Tapi yang membuatku senang karena Hamas tetap PeDe, inilah burung hasil karyaku, yang penting ada badan, ada kepala, ada paruh, ada mata dan 2 kaki, tak harus menyerupai contoh bukan? Kira-kira demikian yang aku tangkap dari gelagatnya.

Anakku sayang teruslah berjuang, tuntutlah ilmu sepanjang usia, dimanapun dan kapan saja, Ummi akan selalu mendo'akanmu...

Senin, 10 September 2012

Menguak Cerita Belitong Timur

Koran Republika, tertanggal 4 September 2012 itu tak sengaja kubaca *Iya, ngaku, sudah sekian lama aku tak baca koran. Sejak bisa buka yang online, (sok) gaya banget yak... Bagaimana tidak memancing rasa ingin tahuku saat di kolom DINAMIKA tertulis judul "BKKBN Puji Keberhasilan KB Pria di Beltim" Dan coba simak cuplikan isinya:
...Pada tahun 2006 peserta KB Pria di Beltim hanya 5.000 orang. Sementara pada 2011 jumlahnya meningkat menjadi 25 ribu... Berdecaklah aku, sebuah hal yang patut disebut sebagai  peningkatan, hingga wajar bila menuai pujian.

Aku tak hendak membahas tentang apa itu KB Pria, ragam serta hukumnya. Karena bisa leluasa membacanya disini, dimari dan disana. Tapi yang membuatku tertegun adalah ternyata kesuksesan proram KB Pria di Beltim itu berkat ide kreatif Pemerintah setempat yang melibatkan keberadaan Warung Kopi. Ya, memang Warung Kopi adalah icon daerah ini. Dan tanpa bisa kutahan, melayanglah kenangan akan sebuah perjalanan dinas antara Tanjong Pandan - Manggar - Gantong, penghujung April lalu. Meski banyak yang tak sesuai harapan, sehingga aku belum berkesempatan mencicipi aroma dan rasa Kopi Manggar. Juga belum bisa mengunjungi sekolahnya Bu Mus, SD Muhammadiyah di Gantong, tapi tetap saja berkesan.

Gerbang Kota:
"Selamat Datang di Kota Wisata 1001 Warung Kopi"
Letak geografis Manggar sebagai Ibukota Kabupaten Beltim yang dipinggir laut *silakan lihat PETA ya... dan sejak dulu terdapat sebuah pelabuhan, sangat potensial membuat daerah ini selalu disinggahi oleh kapal-kapal besar dari berbagai belahan dunia. Dan seperti umumnya gaya hidup kota pelabuhan, Manggar sangat lekat dengan itu semua. Ingat kisahnya Ikal cs dalam Laskar Pelangi? Ya seperti itulah. 

Manggar dan Gantong yang memang penghasil komoditi Timah terbaik *dulunya berjaya dikelola pihak asing oleh PT. Timah, sekarang hanya dikelola secara perorangan... banyak sekali menyedot tenaga kerja dari luar daerah. Seringkali mereka (para pekerja) tak membawa serta keluarga, dan disinilah celah hadirnya 'lokalisasi'. Sebuah fenomena. Dan apakah karena ini pula program KB Pria di Beltim banyak pesertanya? Wallahu'alam. Perlu penelurusan lebih jauh.

Hanya sebatas inilah aku berhasil menguaknya, tak sampai mengungkap banyak fakta. Maaf buat  semua yang kecewa membaca tulisan ini *sebagai gantinya aku kasih bonus ceritaku saja ya... Selama di Belitong, baik di Tanjung Pandan ataupun Manggar kami disuguhi kuliner yang khas, sepertinya yang pernah ketulis di Kuliner Belitong. Nama rumah makannyapun sama "BERAGE" kalau dibahasa Indonesiakan artinya "Menghidangkan", hanya nuansa RM yang berbeda. Yang di Manggar lebih asri, lengkap dengan gelayutan Markisa.

Ini RM Berage di Manggar.
Makanan khasnya juga Gangan.
Selain ke Manggar aku kebagian tugas ke Gantong dapat di SMAN Gatong dan SMA PERGIB 3 Gantong. Dua SMA yang teramat berbeda dari segi prestasi. Dan karena lama di SMA inilah aku tak bisa menyambangi Replika SD Laskar Pelangi, waktu dipacu karena aku harus segera tiba lagi di Manggar. Tak bisa juga kukunjungi SMA tempat Ikal cs syuting *ingat saat dihukum membersihkan WC, pokoknya banyak tempat yang masih membuatku penasaran karena belum bisa aku lihat langsung saat ke Beltim *semoga ini satu pertanda, suatu saat aku bakal diutus ke Belitong lagi...

SMAN Gantu/ong.
PERGIB=Perguruan Islam Belitong.
Masih ingat Bapak Yusril Iza? Tokoh nasional yang katanya berasal dari Belitong itu, ternyata orantuanya ada di desa Lalang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Rumah kediaman orangtuanya aku lewati saat menuju Pantai Lalang. Aku bahkan sempat-sempatnya minta berhenti untuk memoto gerbangnya, ya hanya gerbangnya, takut disangka menyatroni rumah orang kalau sampai berlama-lama, hehe...
Rumah Bapak Yusril Iza Mahendare di Lalang, Manggar.
Apa yang bisa kuliput dari Pantai Lalang? Jujur aku penasaran, karena foto Pantai Lalang ini terpajang di Kantor Dinas Kesehatan Beltim, cukup mempesonaku. Dan rasa penasaranku itulah yang mengantarkan aku sampai ke Pantai Lalang.

Anak Pantai diterpa terik Mentari.
*kayak judul film ya...
Lihat pasir pantainya yang tak begitu bersih.
Berbeda dengan Pantai Tanjong Tinggi, Lokasi syuting Laskar Pelangi.
Foto yang sangat mirip dengan yang aku lihat di DINKES Beltim.
Entah mengapa sebelum ke Pantai Lalang, foto ini membuatku penasaran. Kamu? :D

Dan memang Pantai Lalang adalah pantai rakyat yang dekat dengan perkampungan, dimana perahu nelayanpun berserakan dibibir pantainya. Meski pasirnya tak begitu putih, pantainya tak kumuh. Banyak anak-anak pantai yang bermain dibawah terik matahari, menikmati alam dengan segala kepolosannya. Aku juga sempat berkenalan, meski tak banyak informasi yang berhasil kugali.  Pulang dari Pantai Lalang, aku melewat perumahan dinas PT. Timah yang tak ditempati lagi, *nelangsa lihatnya,sayang tak ada fotonya... terbengkalai tak bertuan. Lalu kamipun melanjutkan perjalanan ke Tanjong Pandan, Kabupaten Belitong, tempat kami menginap. Di Pulau Belitong, ada 2 Kabupaten, yaitu Belitong beribukota Tanjung Pandan dan Belitong Timur dengan Manggar sebagai pusat kotanya. Meski sejenak, namun Belitong Timur memang telah menorehkan cerita tersendiri buatku.

Jumat, 07 September 2012

Jum'at Semangat

Judul tersebut tak hendak mengatakan bahwa selain Jum'at boleh tidak semangat lho ya :D Aku memang sengaja menjadikannya 'pokok' karena ada kejadian penting yang ingin kurekam *Sssstttss, maksudnya penting menurutku... Ya, ba'da Ramadhan kemarin, baru hari Jum'at ini (7/9) Hamas mau berangkat sholat subuh dengan berjalan kaki. Biasanya ritual sholat subuh dilewatinya seperti yang kuceritakan beberapa hari lalu. Yang paling bersyukur akan kemajuan ini tentu saja Abinya Hamas, "Jadi bisa sholat subuh tampa terengah-engah lagi," katanya. "Bukannya jadi ndak dapat pahala tambahan lagi?" gurauku. "Cari pahala tambahan lain saja" jawabnya yakin.

Dan ada satu lagi kejadian Jum'at lalu (31/8) yang membuat kami tergelak, masih tentang Hamas. Kali ini seputar sholat Jum'atnya. Jadi ceritanya berawal karena Abinya tak bisa menjemput Yunda dan Hamas ke Sekolah, terhalang oleh satu pekerjaan dadakan. Biasanya sich bisa dan mereka akan langsung pulang, sholat Jum'at di Masjid Al Ikhlas yang dekat rumah kami, atau kadang kala sholat di Masjid As Shaff yang ada di Kompleks Sekolah mereka, SIT Bina Ilmi. Dan Jum'at itu Yunda dan Hamas dititipkan pada Wak Taufik, kakak sulung Abinya Hamas. 

Sebenarnya hal yang biasa titip-menitip seperti itu, kadangpun sebaliknya. Anak-anaknya Wak Taufik yang ikut Abinya Hamas. Tapi ternyata kejadian Jum'at lalu menjadi berbeda, karena Kakak Zaky, sepupunya Hamas kini sudah SMP dan pulang sore. Artinya yang dijemput hanya bertiga, yaitu Hamas, Yunda dan Aisyah (anak kedua Wak Taufik, yang sebaya Yunda, sama-sama kelas IV) dan dibawa ke rumahnya dulu. Rencananya nanti ba'da sholat Jum'at baru dijemput Abinya Hamas. Kami lupa mewanti-wanti Wak Taufik untuk mengajak Hamas sholat Jum'at. Sehingga setelah menurunkan mereka bertiga, Wak Taufik langsung bergegas ke Masjid yang memang jauh dari rumahnya. Hamas yang juga lupa, ngoyor saja ikutan Yunda dan Aisyah masuk rumah.

Setelah beberapa saat Hamas baru ingat bahwa itu hari Jum'at dan iapun bergegas siap-siap hendak berangkat ke Masjid. Ada dibeberapa kesempatan sholat Jum'at Hamas pergi sendiri ke Masjid dekat rumah kami. Bahkan saat aku dan Abinya tak ada di rumah, dia tetap semangat, bergegas wudhu dan sebelum pergi ke Masjid ganti baju koko dulu.Tapi sekarangkan di rumah Wak Taufik. Sempat bingunglah Hamas. Hamaspun meminta Yunda mengantarkannya sholat Jum'at. Yunda dan Aisyahpun langsung 'ragap', bawa mukena dan mereka berangkat bertiga. Ke mana? Ke mushola yang dekat rumah Wak Taufik. Sampai disana sudah bisa ditebak dong... Ya, Musholanya kosong, tak ada jama'ah sholat Jum'at disana. Ya iya lah... Mereka bertigapun sempat rembukan, mau ke Masjid kok ya jauh, mana sudah adzan pula. 

Dan balada sholat Jum'at itupun harus terjadi. Mereka sholat bertiga saja. 

Aku yang mendengar penuturan Yunda pertama kali dengan nada yang penuh pembelaan kepada adiknya, nyaris tak bisa menyembunyikan tawa. Geli aku. Kenapa Yunda merasa harus melakukan hal itu, kata Yunda "Ummi, Akang tetap sholat Jum'at kok Mi. Kami lupa ngomong sama Wak Taufik untuk ngajak Akang. Wak Taufik juga lupa dan buru-buru perginya. Akang minta temani ke Masjid, tapi jauh Mi. Jadi ndak sempat mana kata Aisyah dia juga belum pernah ke Masjid itu" Pada Abinya Yunda berlaku sama. Hamas? Tenang-tenang saja, baginya yang penting dia tetap sholat Jum'at. Itu yang baru dimengertinya, tentang rukun dan adab rupanya belum setarap Yunda ilmunya.

Achh Nak, Abi dan Ummi tak akan marah kok  :D Justru kami bangga, kalian sudah berusaha.

Rabu, 05 September 2012

Peduli Yayasan Jantung Indonesia

Kemarin aku ke ICCU RSMH menengok adik iparnya Ayuk Susan (sahabatku di Kantor) yang di rawat disana karena serangan jantung mendadak. Yang dirasakannya adalah nyeri dada kiri sampai pada derajat tak tertahankan, alias nyeri sangat. Sampai hari ini masih belum stabil, direncanakan pasang 'cincin' tapi harus menunggu kondisinya membaik. Serangan yang begitu tiba-tiba, jelas membuat keluarga panik. Dan setelah ditangani dokter Spesialis Jantung, ternyata (sebenarnya) ini bukan serangan yang pertama. Sudah yang kesekian, hanya kali ini tak mampu ditahannya lagi, harus menyerah. Dan dari pengakuannya belakangan, ternyata beliau sudah sering nyeri dada kiri, tapi diabaikannya. Dari umurnya yang masih dewasa muda (awal 40 tahun) maka jelas penyakit jantungnya berbeda dengan gangguan jantung yang dialami Papaku.  

Gangguan jantung memang beragam. Bahkan tak mengenal umur. Penah dengar anak yang sudah membawa kelainan jantung saat ia dilahirkan? Ada yang katubnya tak menutup sempurna atau sering dibilang jantungnya bocor sehingga harus segera dioperasi, atau cerita-cerita seputar jantung yang memilukan lainnya. Ini bisa mengenai siapa saja, tak pandang usia, tak pilih kaya atau miskin. Dan itu artinya, ada banyak orang dengan masalah jantung yang membutuhkan uluran tangan agar hidupnya tetap terus berlangsung. Karena masalah pada jantung akan sangat berbeda dengan masalah pada kaki atau kulit. Masalah jantung sangat terkait dengan hidup dan mati.

Awal tahun lalu, atas skenario-Nya aku berkenalan dengan Yayasan Jantung Indonesia (YJI), sebuah cara yang unik mereka lakukan dengan menjaring donatur dengan turun ke sebuah Pusat Perbelanjaan. Mendengar penjelasannya yang runut dan menggugah terpanggillah aku menyisihkan dana tiap bulannya yang aku tahu itu tak seberapa. Waktu itu aku dapat stiker dan brosur seputar YJI. Juga dapat bonus lego, mainan anak.

Selamat Hari Raya Idulfitri
Yayasan Jantung Indonesia
Kartu lebaran dari YJI.

Selanjutnya setiap bulannya aku mendapat sejenis laporan atau semacam ucapan terima kasih resmi. Pendeknya, yang ada dibenakku adalah YJI ini sebuah yayasan yang dikelola dengan baik, oleh orang-orang yang profesional tentunya. Yang terbaru aku bahkan dapat kiriman kartu lebaran via email yang baru saja kubuka, karena selama ini tak tampak di kotak masuk melainkan nyasar ke spam. So, jika ada sahabat yang ingin berkenalan dan juga mewujudkan kepedulian silakan kunjungi Yayasan Jantung Indonesia. 


Selasa, 04 September 2012

Bolehkah Donor ASI?

Pekan ASI sedunia sudah lewat, tapi aku hanya ingin mengenang salah satu moment indah saat penyuluhan di Sukabumi. Menuliskan ulang hal ini setelah membaca tulisannya Mbak Niar seputar ASI di Yakinilah bisa, Maka pasti bisa. Meski tak bisa untuk dilombakan, karena aku tak masuk 3 kategori yang diminta.

Ini salah satu materi penyuluhan andalanku : 

Zat dalam ASI sangat spesifik, disiapkan Allah Yang Maha Tahu untuk memenuhi semua kebutuhan bayi sesuai tahapan usia sejak 0-2 tahun. Jauh sebelum penelitian membuktikan Al-Qur'an 2: 233 t'lah menegaskan.

Para Ahli yang concern terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak bersama WHO dan UNICEF pada tahun 1990, di Innocenti, Italia mendeklarasikan ASI sebagai makanan tunggal yang mampu memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan pertama dalam kehidupannya.

ASI mempunyai nilai gizi yang sempurna, yang tak tergantikan oleh susu formula apapun. Memang zat serupa ASI seperti DHA, AA dst kini dicampur dalam susu formula, tapi belum tidak bisa sepenuhnya diserap, jadi tidak cocok buat bayi.

Adanya enzim lipase untuk penyerapan yang ada dalam ASI, belum bisa ditiru oleh susu formula manapun karena enzim akan rusak dengan pemanasan. ASI juga mengandung berbagai zat kekebalan seperti Imunoglobulin, lisosim, factor bifiduz dan zat lain yang dapat membuat kekebalan pasif terhadap banyak penyakit. Ibu yang sakit tetap dapat memberikan ASI karena ASI punya antibodi untuk melawan penyakit tersebut, hanya Ibu dengan HIV positif yang tidak dianjurkan menyusui.

Tahukah Ibu?
Bahwa ASI dapat meningkatkan IQ anak,ini sudah dibuktikan dalam banyak penelitian. Salahsatunya penelitian di Eropa anak-anak usia 9,5 tahun yang mendapat ASI Ekslusif mempunyai IQ 12,9 point lebih tinggi dari anak seusia yang tidak mendapat ASI. Meningkatkan EQ? Jelas, karena kedekatan Ibu saat memberikan ASI membuat anak nyaman, aman, percaya, berani karena terbiasa menjangkau Ibu dan juga merasa disayang, inilah yang akan melejitkan EQ anak yang mendapatkan ASI.

Lalu mengapa Ibu tega mengganti ASI dengan yang lain. Jawabnya ternyata ada 2 alasan pokok, yaitu:

Pertama
Karena kurangnya informasi yang tepat tentang menyusui yang benar. Tenaga kesehatan sekalipun masih banyak yang minim informasi tentang cara menyusui yang benar. Tentang keutamaan ASI mungkin sudah banyak yang tau, tapi ketika informasi tentang menyusui yang benar tidak difahami, disinilah awal kegagalan pemberian ASI, terlebih ASI Ekslusif.

Bagaimana tidak, Ibu yang sudah semangat menyusui, memberikan ASI, akan menyerah ketika ASI lambat keluar, bayi nangis melulu seolah lapar, bayi seolah menolak disusui, putting susunya lecet parah, bisa juga saat payudaranya bengkak sangat, atau saat Ibu bekerja selesai massa cuti. Di Indonesia umumnya masa cuti Ibu setelah melahirkan hanya 3 bulan, inginnya kedepan massa cutinya jadi 6 bulan ya, agar lewat massa ASI Ekslusif. Semoga ya, nanti suatu saat, kalau Menteri Kesehatan dan Menteri Pemberdayaan Wanitanya berpihak pada kita, Aamiin YRA...

Tapi ibu yang tahu informasi dengan benar akan pantang mundur, karena tahu solusinya. Info ini sebaiknya diketahui para Ibu sejak hamil. Tahu cara memyiapkan ASI perah, tahu ilmu tentang menyimpan ASI, tahu mengatasi payudara bermasalah, tahu bahwa bayi menangis bukan karena lapar dan tidak ada istilah ASI Kurang (sudah direka, dirancang yang terbaik oleh Sang Perancang Terhebat, tidak akan kurang ), pokoknya tahu cara mengatasi problem untuk tidak stop ASI.

Jadi dapatkan Info dengan lengkap dan benar, baca selengkapnya ya….

Kedua
Informasi yang gencar bahkan menarik tentang susu formula. Terlebih oleh para Bidan dan Dokter. Berapa banyak yang promosi bahkan menjual langsung susu formula merk tertentu, berlomba mengejar target penjualan susu formula demi hadiah Umroh. Brainwash mentah-mentah dan sangat kejam.  Duch….celaka, betapa celaka !!! Semoga hanya segelintir dan itupun segera tobat.

Sementara di Scandinavia, tidak ada susu formula. 99% Ibu disana menyusui.
Jadi bagaimana dengan kita, orang Indonesia bisa merasa lebih baik, mereka pakai ASI jelas lebih sehat, IQ lebih tinggi, EQ lebih baik. Oh…oh, kalau begitu mengapa tidak ASI saja, jangan ada alternatif. Memberi bayi susu formula padahal ada ASI dan kita sudah tahu, sama dengan mendzolimi titipan Allah.

Faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI juga banyak sekali, diantaranya adalah:

Peran Ayah.
Ada satu penelitian di Barat pada sebuah Clinical Pediatric yang dipublikasikan tahun 1994, didapatkan kenyataan bahwa keberhasilan ASI dari Ayah yang tahu ASI mencapai 98,1 %. Bandingkan dengan Ayah yang tak tahu, hanya 26,9%. Waaw…selisih 50% lebih, sangat bermakna. Maka Ayah, ambil peranmu, dampingi dan support Ibu dalam pemberian ASI. Buat Ibu selalu happy selama massa pemberian ASI, hindari dari hal-hal yang membuatnya stress. Ingat Ayah, yang perlu dibelikan susu adalah Ibunya.

Buka Mata, ini Fakta
Seorang bayi Normal yang sehat selama 48 jam pertama tidak memerlukan makanan karena sudah dibekali Ibu. Ada bayi menangis pada masa ini, sungguh bukan karena lapar, bisa jadi trauma pemisahan, selama 9 bulan lebih menyatu dirahim Ibu dan sekarang berada didunia yang masih asing baginya. Solusinya, dekatkan bayi pada Ibu, bahkan usahakan paling lambat di 0,5 jam pertama kenalkan pada putting susu Ibu (ada di Inisiasi Menyusu Dini), bayi butuh ASI bukan karena lapar tapi bayi perlu Colostrum.

Colostrum mempunyai sifat melebur didinding usus bayi yang masih belum kuat dan bolong-bolong. Bayi dengan colostrum sebagai makanan pertamanya bolong-bolong tersebut akan ditutup dan mempercepat pertumbuhan sel. Bayi jadi tidak gampang terserang penyakit atau bakteri jahat. Karena colostrum pada hari-hari pertama kehidupan adalah sebagai obat bukan makanan.

Mengapa ASI Ekslusif sampai usia 6 bulan?
Faktanya adalah bahwa enzim-enzim pencernaan baru benar-benar siap menerima makanan selain ASI pada usia 6 bulan. Kok dulu katanya hanya sampai 4 bulan? Ternyata sejak dulu dunia sudah tahu ASI Ekslusif hendaknya sampai 6 bulan, tapi belum sepakat. Pada Deklarasi Innocenti 1990 negara-negara dunia terbagi 3 kelompok,yaitu ada yang sampai 6 bulan, ada yang 4-6 bulan dan selebihnya tidak ikut sama sekali. Dan Indonesia mengikuti 4-6 bulan. Hingga sekitar tahun 1999 UNICEF merilis angka 6 bulan untuk ASI Ekslusif, dan dunia menyepakatinya, termasuk Indonesia.

Samakan suara, ASI Ekslusif artinya hanya ASI saja.
Tanpa makanan dan minuman apapun, air putih sekalipun.

***
Penyuluhan selesai. Saat dimana, para Ibu di Kota, sangat mudah mendapatkan informasi tentang apasaja, termasuk serba-serbi ASI. Para Ibu di desa, masih membutuhkan penerangan tentang ASI lewat penyuluhan tenaga kesehatan, atau siapa saja yang peduli. 

***
Yang belum kusepakati adalah pernyataan ini:
ASI mu hanya cocok untuk anakmu. Pernyataan ini sering kubaca. Masih penasaran ketika dulu sekali pernah baca, ada seorang Ibu, Bidan profesinya, ia tidak pernah melahirkan, tapi mempunyai 4 anak adopsi yang disusui langsung sendiri. Wallahu'alam

Argumenku yang lain,Muhammad bin Abdullah, Rosulullah,SAW bahkan punya Ibu Susu. Ingat Sirohnya? Halimatus sa'diyah nama Ibu susu Sang Junjungan. Kalaulah kalimatnya adalah ASImu adalah yang paling cocok untuk anakmu, tentu aku sepakat. Beda 'kan ya kata "hanya cocok" dengan kata "paling cocok". Artinya, boleh saya menyusukan anak kepada orang lain, asal jelas kepada siapa, jadi ada Ibu sesusuannya. Boleh tidak setuju denganku untuk yang satu ini.

Tapi yang jelas, aku tak sangat tak setuju dengan sistem donor ASI yang seperti mendonorkan darah itu. Aku pernah dengar ada seorang ibu yang membagi-bagikan ASI miliknya kepada siapa saja yang membutuhkan. Mungkin tujuannya baik tapi ini terkait masalah masa depan, soal 'status mahram'. Bukankan saudara sepersusuan tak boleh menikah ya? Jadi kalau tak ketahuan saudara sepersusuan, bagaimana melacak siapa saja yang boleh/tak boleh dinikahi. Bagaimana pendapatmu?

Referensi:
  • Buku Mengenal ASI Eksklusif, Dr. Utami Roesli, SpA., MBA., CIMI. (Trubus Agriwidya, 2000)
  • Bahan Penyuluhan KIA DEPKES RI
  • Tulisan-tulisan di http://mommiesdaily.com  tentang breastfeeding.

Senin, 03 September 2012

Menggelorakan Semangat Ramadhan

Sudah September ya? Artinya sudah ganti bulan sejak usai Ramadhan yang bertepatan dengan bulan Agustus. Tapi meski sudah September, ini masih bulan Syawal kok. Jadi masih ada waktu untuk mengejar keutamaan puasa enam hari di bulan Syawal. Sudah tamat kah puasa Syawal sahabat semua?

Selain puasa enam hari yang pahalanya teramat menggiurkan, Syawal juga menjadi satu waktu yang bisa kita gunakan untuk mengevaluasi kesinambungan amalan Ramadhan. Sudah berhasilkah kita mempertahankan semangat Ramadhan lalu yang menggebu? Semua kembali kepada kita untuk menjawabnya.

Di rumah kami, satu yang bisa dijadikan bahan cerita ketika ada yang menyinggung tentang semangat Ramadhan yang sampai sekarang masih dalam perjuangan untuk melaksanakannya. Apakah itu? Tentang sholat subuhnya Hamas. Dulu sebelum Ramadhan, Hamas terbiasa kubangunkan jam setengah enaman. Sholat Subuh langsung siap-siap Sekolah. 

Saat Ramadhan, Hamas yang memang sudah 7 tahun kami targetkan untuk ikut Abinya sholat subuh ke Masjid. Maka aku siasati dengan mengakhirkan makan sahur, sehingga selesai sahur langsung bisa Sholat Subuh ke Masjid, aman, relatif tak ada kendala. Apalagi ada Omar-MNCTV yang menemani.

Usai Iedul Fitri, bagaimana mengajak Hamas ke Masjid? Inilah inti ceritaku, kami berjibaku membangunkannya saat Adzan Subuh berkumandang. Dan sampai kisah ini kutulis, Hamas masih sulit sekali dibangunkan, merem-melek. Jalan ke kamar mandi dengan mata setengah terpejam. Mestinya setelah wudhu jadi segar, eeh tapi ternyata tak berlaku buat Hamas. Yang sering kali terjadi Hamas nelongsor lagi ingin tidur. Jadinya ya bisa dibayangkan. Semuanya berujung pada digendongnya Hamas ke Masjid oleh Abinya. Syukurnya Masjid dekat dengan rumah kami, syukurnya BB Hamas standart cenderung kurus malah, syukurnya pulangnya Hamas sudah mau jalan sendiri, syukurnya bla, blaaa...

Ya Ramadhan memang telah usai, tapi semoga tidak dengan SEMANGAT-nya, karena masih ada 11 bulan lagi yang menunggu untuk kita isi. Ayooo, mumpung masih Syawal!!!