Minggu, 30 Oktober 2011

Antara Permainan dengan Sosok Ayah

Seketika Dodo berlari pulang saat melihat mobil Papanya memasuki mulut gang kompleks. Papa pulang artinya Dodo harus ada di rumah. Ya sejak masuk SD Dodo memang harus selalu belajar dan ikut privat ini dan itu. Ach... sebenarnya Dodo senang Papa pulang tapi bila ingat serunya permainan bersama kawan-kawannya yang belum selesai Dodo jadi kesal pada Papanya. 

Bobo anak laki-laki yang pemberani, diusianya yang belum 7 tahun sudah banyak yang bisa dilakukannya sendiri. Pergi sekolah sendiri, berangkat les juga sudah bisa dengan sepedanya sendiri. Kalaupun sesekali ia terjatuh maka bisa dipastikan ia tak akan menangis. Karena ia selalu ingat pesan Ayahnya bahwa anak laki-laki tak boleh menangis, ia harus kuat. Tapi walaupun begitu ia enggan bermain bola kaki bersama kawan lainnya. Ia sering ditertawakan karena tendangannya kurang macho, alhasil Bobo lebih nyaman bergaul dengan anak-anak perempuan yang selalu suka padanya, kata mereka Bobo anak yang pandai membetulkan mainan dan suka menolong. Lama-kelamaan suara dan tingkah laku Bobopun ikut kemayu.

Lain halnya dengan Maya dan Naya, dua kakak beradik ini senang sekali bermain sambil bercengkrama, riuh rendah suara tawa mereka bila senang bermain, apalagi bila sedang berebut mainan. Serunya lagi bila Ibupun turut serta, sedangkan Ayah? Ayah sibuk, kalau di rumah bawaannya capek melulu. Bunda sering bercerita betapa tugas Ayah di kantor sangatlah berat dan semua dilakukan Ayah demi membahagiakan mereka. Tapi apakah bahagia bila dalam setiap permainan tak pernah ada Ayah bersama mereka. Dan satu lagi yang kadang membuat mereka sedih, bila ada Ayah di rumah mereka harus bicara pelan-pelan, takut Ayah marah. Deheman Ayah sedikit saja dari kamar sudah membuat keduanya diam seribu bahasa.

Bermain sungguh sangat disukai semua anak. Bahkan banyak penelitian sudah membuktikan bahwa bermain dapat meningkatkan kecerdasan pada anak. Dangan bermain anak dapat meningkatkan keterampilan fisik dan motoriknya misal dengan permainan balok-balokan. Perkembangan kognitif juga bisa ditingkatkan dengan mainan serupa, melalu pengenalan bentuk, ukuran juga warna. Bermian juga dapat meningkatkan keterampilan sosial, memupuk perkembangan emosi dan mengasah daya imajinasi. 


Thomas G. Power dalam bukunya Play and Exploration in Childrend and Animal mengatakan: 
"Dalam bermain anak juga belajar bagaimana dan kapan mengekspresikan atau mengendalikan emosi mereka".
Adapun tentang imajinasi, si hebat Albert Enstein berpendapat: 
"Imajinasi lebih penting dari ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan memiliki batas, sedangkan imajinasi bisa terus melingkari dunia".
Jadi betapa dahsyatnya efek sebuah permainan bukan? LAntas mengapa masih ada orangtua yang melarang anaknya bermain? Lalu apakah dibiarkan bermain bebas lepas tampa batas? Bagaimana dengan konsep belajar sambil bermain, tentu menyenangkan, tapi bagaimana caranya?


Mari kita belajar dari 'Ali bin Abi Thalib tentang fase perkembangan pada anak. Beliau membaginya kedalam 3 tahapan perkembangan, yaitu: 
1. Tahap BERMAIN ( la-ibuhum/ ajaklah mereka bermain ), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2. Tahap PENANAMAN DISIPLIN ( addibuhum / ajarilah mereka adab ) dari kira-kira 7 – 14 tahun.
3. Tahap KEMITRAAN ( roofiquhum / jadikanlah mereka sebagai sahabat ) kira-kira mulai 14 tahun ke atas. 
Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Maka ada baiknya kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifat dan tahapan hidupnya.  


Anak yang baru lahir dan yang baru masuk SD umumnya berusia 6-7 tahun, artinya masih dalam tahap 1, maka alangkah baiknya bila mereka diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk bermain. Anak keduaku masih dalam masa ini juga. Sementara si sulung sudah difase latihan berdisiplin. Unik dan seru kisah mempola mereka. Tapi yang kami rasakan disini adalah perlunya konsistensi. Yang terpenting dalam hal ini adalah keteladanan. Karena ini sebuah proses, tak bisa sekali jadi. 


***
Permainan favorite Anakku.


Ada masanya anak lebih suka melakukan permainan pribadi. Dalam permainan pribadi ini, ada jenis permainan tradisional yang dibuat sendiri atau permainan modern. Misalnya bermain puzzle atau games di komputer, sejauh itu didampingi dan ada aturan yang disepakati bersama, silakan saja. Untuk anak-anak kami, aku dan suami sepakat boleh main games pada hari libur dan maksimal hanya 2 jam saja. Itupun dengan pengawasan. Anak-anak memang selayaknya  dikenalkan pada kecanggihan tekhnologi, dan tekankan bahwa kita yang harus memegang kendalinya bukan sebaliknya, tekhnologi canggih yang mengendalikan kita alias kebablasan. Na'uzubillah... 


Untuk permainan tradisional jujur kami mungkin termasuk yang kurang optimal mengeksplorasinya, padahal aku dan suamiku amat lekat dengan tipe permainan ini. Hanya sesekali kami pernah membuatkan mainan dari pelepah pisang, atau daun ubi kayu, pernah juga aku membuatkan makhkota dari daun nangka atau rangkain rumput ilalang untuk si sulung saat mereka kecil dulu. Selebihnya kami berikan mainan balok-balokan bertuliskan angka dan huruf hijaiyah, atau rupa-rupa rangkaian bersusun dari bahan plastik. 
Yang kayak begini masuk mainan tradisional atau modern ya?*nach lho...

Tapi aku bersyukur sekali anak-anakku tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan kreatif, Hamas, anak keduaku malah sering menemukan mainan-mainan sendiri, misalnya bawa potongan-potongan bambu atau kayu sepulang bermain yang semuanya diberi nama sendiri. Mereka juga senang sekali membuat sendiri misalnya mainan dari adonan tepung dan pewarna yang diberi sabun lalu dicampur air, clay istimewa kata mereka. 


Permainan dan mainan favorit anak-anakku.
Dan ada kalanya juga anak lebih memilih bermain dengan teman sebaya atau bercengkrama dengan saudara termasuk orangtuanya. Jujur aku lebih menyukai tipe permainan berkelompok seperti ini. Orangtua bisa melibatkan diri dengan anak saat mereka bermain, antaralain dengan cara; meluangkan waktu untuk bermain bersama, membuat suasana yang menyenangkan di rumah agar anak-anak betah bermain bahkan mengajak kawan-kawannya untuk bermain bersama di rumah, memberikan kesempatan anak bermain bersama dengan teman sebayanya dan ikut terlibat bila dibutuhkan. Point terakhir menegaskan bahwa saat berlangsungnya permainan, bisa saja terjadi konflik, bila sudah mengarah pada menyakiti dan merusak maka orangtua harus ikut menengahi dengan bijak. Yang jelas, aku lebih suka mereka main di luar rumah bersama kawan sepermainan daripada seru main games atau nonton sendiri di rumah. 

Untuk permainan kelompok anak-anakku punya permainan unggulan, beli dengan kawan suamiku di Lampung, namanya permainan ZAKATI. Subhanallah, konsep permainan yang menstimulasi anak untuk berzakat, infaq dan shodaqoh sejak kecil. Mengajarkan anak untuk pandai berusaha sehingga mampu menjadi pengusaha, bahasa kerennya enterpreneur muslim yang sucses tapi tetap dermawan. Sangat bertolak belakang dengan permainan MONOPOLI yang sudah ada, dimana hanya mengajarkan anak untuk berjiwa monopolist saja. ZAKATI justru menekankan pada kemampuan bertransaksi, memiliki usaha, menyewakan, menjual dan bershodaqoh. Kelebihannya lagi, bermain ZAKATI ini tampa disadari membuat anak-anak kita bisa menghafal nama-nama surat dalam Al Qur'an lho... Walaupun permainan ini mengikuti pola musim mainan, tapi sampai sekarang masih kusimpan rapi. Biasanya anak-anakku paling betah main ZAKATI saat bulan Ramadhan. Menurutku cocok untuk anak usia sekolah. Dibuku panduannya untuk anak 11-18 tahun, tapi kami sudah mencobanya untuk anak-anak diatas 6 tahun sudah bisa main dengan bantuan, jadi mainnya memang sekalian bersama orangtua. 


Permainan ZAKATI ini diciptakan oleh seorang dosen Universitas Lampung, Bapak Ageng Sadnowo Repelianto. Harganya 2 tahun lalu sekitar Rp. 60.000,- sedangkan Ramadhan 1432 H yang lalu Rp. 75.000,- plus ongkos kirim. Untuk pembelian bisa menghubungi email: zakati@yahoo.com atau hubungi Cp langsung a.n Bapak Ageng 081540830736.

Saatnya mengubah dunia dengan ZAKATI... 

Pentingnya Sosok Ayah dalam Permainan.


Bila kita sudah sepakat bahwa bermain itu mencerdaskan, dan dunia anak adalah bermain. Maka ada satu kenyataan lagi yang penting untuk kita ketahui, keterlibatan orangtua dalam mencerdaskan anak-anak amatlah besar perannya. Orangtua bijak akan meluangkan waktu terbaiknya untuk mengajak anak bermain bersama disela tugasnya yang padat. Orangtua dalam hal ini adalah Ayah dan Ibu. Tidak cukup hanya Ibu saja. Sosok Ayah amat penting dalam menanaman aqidah. Ini adalah salah satu kewajiban utama seorang Ayah. Lalu bagaimana semua ini bisa terlaksana bila sosok Ayak tak dekat dengan keseharian anak. Apa yang akan mereka ingat kelak tentang sosok Ayah hebat, bila Ayah tak pernah bermain bersama mereka, tak ada cerita Ayah yang pernah memenangkan permainan bersama mereka. Bahwa Ayah adalah sosok yang menyeramkan, menakutkan yang justru mereka rekam. 


Ironis sekali, apabila saat pencarian jati dirinya, anak justru tak mendapatkannya dari sosok Ayah, maka mereka akan mencari sosok lain yang bisa jadi tak layak. Bila sudah begini apa yang akan kita katakan. Ayah tak pernah ada saat anak-anak butuh berbagi, Ayah tak jadi sosok yang menentramkan galau kanak-kanak mereka. Sejak kecil mereka hanya sering berinteraksi dengan Ibu dirumah, Ibu yang mengajari mereka sabar, kuat dan berani. Hanya Ibu yang bermain bersama mereka. Cukupkah? Ya mungkin lebih dari cukup. Terlebih sejak memasuki usia playgroup banyak sosok guru-guru karismatik yang juga mengajarkan anak kita banyak nilai termasuk tentang indahnya persahabatan. Guru-guru bijak yang juga lekat dihati anak sampai usia SD kebanyakan perempuan. Meski berjiwa perkasa tapi mereka kurang bisa mencontohkan bagaimana menendang bola seperti Maradona atau Pele sang legendaris, bahkan cara mereka mengepalkan tanganpun persis seperti Ibu di rumah, kurang macho. Lalu siapa yang salah bila kelak mereka mantap untuk menjadikan *lga S*p*tra atau Iv*n G*naw*n sebagai figur yang digugu dan layak ditiru? 


Och... Ayah, mari hadirkan sosok perkasamu dihati anak-anak sebelum semuanya terlambat. Sebelum masa kanak-kanak mereka berlalu, sebelum keceriaan mereka tak terwarnai dengan hadirmu. Mari Ayah hebat, dampingi buah hati kita bermain, ajarkan jiwa kesatria berakhlak syuhada tak hanya sebatas menanamkan jargon:
 "Anak laki-laki tak boleh nangis". 

Ayah idola sepanjang masa.
Sosok Ayah juga tetap hadir pada diri Sang Idola, Rasulullah Muhammad, SAW yang yatim sejak masih dalam kandungan, sosok Ayah yang terwakili oleh Sang Kakek dan dilanjutkan oleh Pamanda Abu Thalib. Dan anak yatim disekitar kita, semoga juga ada sosok Ayah disamping mereka, bila belum maka mari ambil peran tersebut. Menjadi Ayah yang membanggakan sepanjang masa. Hingga saatnya kelak, mereka menjadi Ayah-ayah idola yang pertama mengajari anak-anaknya memakai sarung, berlari bersama untuk berangkat ke Surau, membenarkan bacaan Al Qur'an anak-anaknya karena dalam hatinya selalu hidup sosok Ayak yang serupa itu, yang dulu mengajarkan mereka persis seperti yang ingin mereka wariskan pada generasi penerus selanjutnya. 


Mari belajar dari Ibrahim, AS menjadi Ayah yang bijak bestari, hingga lahir generasi pilihan selayak Islmail, AS. Menjadi Ayah juara satu dihati anak. Menjadi Ayah siaga, Ayah yang menemani masa tumbuh mereka, membersamai anak-anaknya dalam banyak permainan. Ayah idola, bukan Ayah yang ditakuti atau yang tak diharapkan kehadirannnya di rumah, seperti ketiga ilustrasi diatas. 
Kututup tulisan ini dengan iringan lagu Semua Ayah adalah Bintang karya Neno Warisman di acara Pildacil.

***

“Artikel ini diikutsertakan pada Mainan Bocah Contest di Surau Inyiak”


 


Sabtu, 29 Oktober 2011

Endorsement for Abi Sabila



Menyusuri lembaran hikmah disini, kita seolah diajak lagi untuk semakin peka dalam membaca dan mengumpulkan serakan hikmah serupa yang sebenarnya banyak ditemukan dalam keseharian. 
Disajikan lewat bahasa yang sederhana lagi santun, dengan ulasan ringan namun tetap bergizi. 
Dan satu hal yang juga terasa nyata, jauh dari kesan menggurui.

(Artineke A. Muhir ~ Seorang ibu, dokter, herbalis dan blogger,  http://yundahamasah.blogspot.com)

Tulisan ini diikut sertakan pada Endorsement for Abi Sabila”.

***

Yang belum ikutan silakan ya...

Uniknya aku sendiri belum berhasil daftar ;) karena belum bisa buka disqusnya, baru dapat info juga dari puteriamirillis.blogspot.com, thank's Pu... 


Unik berikutnya, dalam posting singkat ini aku tampil dengan identitas asli, sebenarnya sejak dulu tak ada maksud menyembunyikan nama asli lho, ingin buat About Me seperti diblognya para sahabat tapi belum bisa :( maafkan ya... 


Dan satu lagi, maaf belum bisa silaturahim ke blog sahabat semua, semoga tak mengurangi rasa persaudaraan kita.

Rabu, 26 Oktober 2011

Jeda Kuliner: Donat Kentang

SEA GAMES makin dekat, tinggal hitungan hari lagi. Palembang sebagai salah satu tuan rumahnya mengalami kemacetan dimana-mana, Jl. Demang Lebar Daun yang biasanya lancar sekarang parah. Jangan tanya di Jl. Sudirman atau Jl. Veteran asli bikin gagap gaya (maksudnya tak sampai mati gaya). Entah ada hubungan atau tidak, yang jelas sekarang jaringan internet di seantero Palembang mengalami keleletan. Weleehh pokoknya jadi sulit berselanjar dirumah maya para sahabat, maafkan ya... *semoga ini bukan alasan pembenaran <img style='border: 0; padding:0'  src='http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/101.gif'/>

Ditengah situasi inilah, aku mencoba mencari hiburan hati, cie... maksudnya menyenangkan diri dengan mencoba resep-resep kolosal, kuno alias asal. Tapi ternyata disuka para penghuni rumah, akhirnya dalam tempo kurang dari seminggu sudah 2 kali praktek resep ini. Euuunaakkk juga ternyata, mana mudah dan murah meriah. Mau coba? Monggo silakan melihat gratiss...

Hasil Uji ke-2.
Produk Uji ke-1.
Resepnya udah pada hafal pastinya kan?
Tapi ternyata ada banyak versi ya, nach kalau aku pakai resep yang ini:
1. Kentang 1/2 Kg
2. Tepung protein tinggi, tapi aku kemaren pake yang ada saja, Segi3 Biru 350 mg
3.Vernifan 1/2 Bungkus
4. Telur 1 Butir
5. Blue Band 200 mg

Caraku membuatnya:
Pertama, kentang yang sudah dikupas, dikukus dan dihaluskan.
Lalu, campurkan semua bahan. Uleni sampai kalis, ya sebisanya saja. Diamkan 1 jam. 
Setelahnya bentuk sesuai selera, aku kemarin ya suka-suka, ada yang bentuk kepala boneka, ada yang bentuk kincir patah mematah, biasalah hasil kreasi Yunda dan Hamas. Sayangnya tak sempat difoto, keburu dimaem. 
Setelah dibentuk rupa-rupa, diamkan lagi 15-30 menit.
Baru digoreng. Sebenarnya lebih enak yang dipanggang lho, tapi akukan belum punya oven, hehe...
Dan hasilnya sungguh membuatku takjub, cepat sekali ludesnya. Laris manis. 
Pada uji ke-2 aku sampai buat untuk takaran 1 kg kentang, pas anak-anak lagi pada kumpul. Aku candain, "Bayar ya, 1 harganya 1000 aja".
Apa kata Hamas, "Jangan Mi, ini lebih enak dari yang pernah kita beli, rugi kalau segitu". Lebih enak dari DD, wech asli tersanjung lah daku <img style='border: 0; padding:0'  src='http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/8.gif'alt=':X'/> <img style='border: 0; padding:0'  src='http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/8.gif'alt=':X'/>

Bisa sering-sering ni dibuat, huhhhhuuuuyyy
Tapi kata satah seorang saudaraku, ada penyebab ia malas membuat donat. Coba tebak? Yuuuppss betul, lama buatnya (pake didiemin segala) tapi cepat habizznya. Iyaa ya benar juga. So?

Selasa, 25 Oktober 2011

Yunda di 8 Tahun




Nama lengkap
Khodijah Auliya Tsabitta
Kelahiran 
25 Oktober 2003 
di Klinik Mama Palembang



Khodijah panggilan spesial Abi, dari nama yang memang disematkannya.
Wanita Penghulu Syurga, 
istri yang selalu dikenang dan teramat dicintai Sang Idola.
Yang dari rahimnya lahir wanita penghulu Syurga berikutnya, Fatimah Az Zahra.
Aku dan keluarga lain awalnya memanggilnya Tsabitta, berasal dari kata Tsabatt ~Teguh, kokoh

Tapi sejak mempersiapkannya untuk punya adik, diusianya yang belum genap 2 tahun
Kami menganugerahkannya panggilan sayang Yunda.
Yunda  artinya sama dengan  Ayunda ~ Ayuk ~ Kakak Perempuan
Dan semua keluarga ‘dekat’ pun ikut memenggilnya Yunda, juga sejak di TK ada banyak kawan dan Bunda gurunya yang ’nyaman’ ikut memenggilnya Yunda (mungkin karena mudah dilafadzkan ya...)

Adapun Yunda sendiri? Sebenarnya aku sangat yakin sulungku menyukai nama lengkapnya tapi karena nama sapaannya tersebut sudah terlanjur melekat, maka sampai kelas 2 SD, Yunda selalu menuliskan namanya hanya dengan Y U N D A saja, bahkan disemua kertas ujian semester juga. Oaaalaa....nak, nak....tak kusangka sejauh itu :D 
Tapi menurutku, bukan karena ia tak menyukai nama aslinya lho... Mungkin fikirnya kala itu, mengapa mesti menuliskan yang panjang, kalau nama Yunda saja dapat mewakili.
Dan sekarang seiring bertambahnya waktu, sudah diubahnya dengan menulis K H O D I J A H. Yunda saat ini kelas 3 SD di SDIT Bina Ilmi, Palembang. "Sekolah Para Bintang, Cinta Al Qu'an, Berakhlak Mulia"

Sekilas tentang Yunda 

Yunda dulu pernah suka kartun Srowberry dan Upin Ipin.
Cakap berjalan umur 11 bulan. 
Hobby renang dan manjat-manjat, motorik sejak dulu menonjol.

Tamat Iqro di Usia 5 tahun lebih 7 bulan, akhir TK B.
Bisa lancar membaca awal TK B, usia 5 tahun 1 bulan. Sekarang sedang senang banget baca KKPK (Kecil-kecil Punya Karya), sebulan jatah beli 1 KKPK, sampai rela mengumpulkan uang sakunya. Kata banyak orang pemalu, tapi menurutku Yunda tipe pengamat Ulung.

Cucu pertama dari Datuk dan Jidah. A N D A L adalah nama panggilan dari Datuk *Orang Lampung punya nama sendiri untuk cucunya. Cucu keempat dari Nyai Yai, yang punya mata istimewa menurut Yai, siratkan bakat cerdas lagi cemerlang. Aamiin YRA...

Cita-Cita Yunda

Seusai wisuda Ammah Evi*adiknya Abi,
saat umur hampir 3 tahun.
Cita-cita Yunda masih suka berubah-ubah, dulu pernah bercita-cita jadi dokter, pernah juga pengacara, pernah juga ilmuwan. Biasalah namanya lihat orang-orang terdekat. 

Tapi belakangan Yunda selalu sebut G U R U sebagai cita-citanya, bahkan ditulis pada saat isi formulir dari Sekolah.

Aku sempat pernah membayangkan Yunda kalau jadi Guru, kira-kira seperti siapa ya? *akupun bahkan sibuk membayangkan sosok para guru yang kukenal, dari guruku TK sampai para dosen saat kuliah, hingga sadarku mengungkap bukankah hakikatnya kita semua adalah guru. Guru Peradaban.
 
Melebur segenap do'a...

                       Semoga Yunda jadi guru yang handal
                       Guru yang mengajarkan cinta
                       Guru yang mewariskan kebaikan
                       Guru yang menapaki jejak kemuliaan

                       Guru yang mendidik
                       Guru yang menempa Generasi Robbani
                       Guru yang mencerahkan
                       Guru sebuah peradaban Agung


Yunda shalihat, anak Ummi dan Abi.
Penyejuk mata, abadi dalam do'a.
Hari ini tepat 8 tahun yang lalu dirimu lahir...

Sabtu, 22 Oktober 2011

Serahkan Penjagaan pada-Nya

Aku sedang di ruang UGD Puskesmas pagi itu. Dan selang tak berapa lama, datanglah serombongan orang dengan kegaduhan yang nyata. Ada tangis melengking, disusul isak tagisan ibu yang memilukan, ada langkah kaki panik yang memburu dan suara-suara ribut yang sahut-menyahut. Semua mata tertuju ke satu fokus, kami siaga dan segera memberikan pertolongan. 

Seorang anak laki-laki umur 5 tahun dengan luka bakar disebagian tubuhnya, mulai dari dada sampai ke kaki tapi hanya sebelah kanan. Aku tak hendak membahas soal therapynya disini. Lebih kepada berbagi rasa dari pengalamanku ini. Luka bakar pada anak tersebut, siapa yang layak disalahkan?

Dari seruntun pertanyaan sembari memberikan penanganan, informasi yang kami dapatkan adalah si anak tersiram air panas seukurang gelas besar yang diletakkan Ibunya diatas meja. Air panas yang baru mendidih untuk membuat kopi Ayahnya. Ditinggal sebentar saja, hanya beberapa detik saat si Ibu hendak mencuci tangan ke kamar mandi, anaknya datang mendekati meja dan entah seperti apa persisnya tiba-tiba gelas sudah menggelinding ke lantai dan tangis si anak langsung pecah. Separuh  tubuh itu masih merah dan sebagian sudah mengembung, bahkan ada sedikit yang mengelupas. Mungkin saat si anak meronta atau saat melepaskan baju celananya. 

Semua rekan kerjaku yang sudah hadir seperti kompak menyalahkan si Ibu, tak ketinggalan Ayahnyapun jadi kambing hitam*entah mengapa mesti hitam ya, kan banyak juga yang warnanya coklat atau belang-belang, semuanya bisa dijadikan hewan qurban lho… Maaf, mari kembali ke topik :D Si Ibu yang sudah sembab dan masih menangis pilu makin terpojok. Ayahnya? Tentu merasa tak nyaman, sampai ia hanya diam seribu bahasa dengan mata merah menyimpan lara. Aku? Aku memilih diam. Apa sebabnya? Apa karena aku mengenal mereka jadi tak enak hati ikut ngomel-ngomel, atau karena aku sibuk memberikan penanganan hingga tak sempat ikut menyahut, bukan pula aku sok jaim. Semuanya bukan, tapi karena aku pernah merasakan kejadian ini sebelumnya. Mungkin karena itu aku lebih mudah berempati.

Dan inilah kisahku. 
Beberapa bulan sebelumnya, kala itu Hamas baru berumur 11 bulan, 30 Mei 2006. Aku bahkan mencatat hari itu. Saat aku hendak mengajaknya mandi pagi, aku letakkan termos berisi air panas di samping pintu kamar mandi. Abinya pun sedang mengoda Hamas yang baru bisa jalan, mengol-mengol lucu sekali. Tawa canda keduanya mendekati kamar mandi, aku sedang mengisikan air ke ember. Selanjutnya air itu akan dicampur dengan air termos agar terasa hangat. Memang cuaca pagi itu dingin sekali. Saat tiba-tiba Hamas sudah mendorong termos itu, tak mengertilah ia bila itu berbahaya. Seperti akupun tak mengerti alangkah cepatnya kejadian itu, didepan mataku dan Abinya. Termos tertutup itu pecah dengan sedikit bunyi ledakan. Huaaaaa… tangisnya melengking menyayat hatiku. Langsung kugendong, kupeluk ia. Maafkan Nak… Tak sanggup aku untuk langsung melihat lukanya. 

Suara tangisan itu berbaur dengan suara Mamaku, Jidahnya Hamas yang menyalahkan kami. Aku dan suamiku habis dimarahinya. Kira-kira begini inti kalimat beliau: “Didepan mata sendiri anak bisa kena air panas, makanya dijagain”  Tahukan namanya Nenek paling sewot kalau ada apa-apa dengan cucunya. Apa artinya sang anak, pasti cucu lebih dibelanya. Akupun maklum, beliau tentu dalam kondisi panik dan sedih. Tak ada maksud memojokkan. Hamaspun beralih kegendongan Jidah, dan saat itulah aku baru bisa melihat jelas lukanya. Sebesar uang logam seratus rupiah *yang lama.Ternyata percikan air panas meyembur dari termos yang setengah meledak tadi dan mengenai punggung kaki Hamas. 

Leganya hatiku, tapi luka bakar itu lama baru mengering, berhari-hari. Dan setiap Hamas tertidur, selalu kupandangi luka itu. Pasti pedih sekali, akupun seolah ikut merasakannya. Bahkan malam pertama setelah kejadian itu aku sampai tak bisa tidur, mengipasi lukanya, mengolesinya dengan madu, menjaga agar lukanya tak tersenggol apapun. Dan yang ada aku juga masih didera rasa bersalah. Suamiku bolak-balik mengingatkan. “Ikhlaskan, ini musibah”  Ya, akupun sebenarnya hanya butuh waktu. Dan bersyukur setelah itu aku menemukan banyak sekali pelajaran didalamnya. Dan yang paling membekas, aku jadi faham benar bila ada kejadian serupa itu bukan karena si anak tak dijaga dengan baik oleh orangtuanya. 

Orangtua mana yang tak sedih bila dihadapkan pada keadaan seperti ini, semua pasti tak menginginkan kejadian ini menimpa anaknya. Begitu pula aku, atau siapapun. Ini murni musibah, mungkin ada faktor kelalaian, tapi dalam situasi ini skenario Allah yang paling menentukan. Secermat atau seketat apapun kita menjaga anak-anak kita, ada tangan lain yang lebih kuasa memberikan penjagaan terbaik.

Jadi sahabat, libatkanlah Allah selalu dalam menjaga dan mengasuh anak-anak kita. Sehebat apapun cara kita menjaga dan mendampingi ananda, jauh lebih hebat bila Allah yang menjaganya. 

Satu kisah lain. 
Ada seorang tetangga yang sudah kuanggap saudara sendiri, ia wanita karir yang sholeha, Ibu dari 4 orang anak. Bukan maunya bila raga kerap tak bisa mendampingi ananda. Tapi subhanallah, anak-anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang sholeh dan membanggakan. Apa rahasianya? Ternyata beliau selalu mendampingi ananda dengan do’a-do’a ma’tsurnya. Saat tak bersama ananda, saat menatap anak-anaknya tidur, diusai sholatnya,  dalam sujud-sujud panjangnya, dan juga disepertiga malamnya. Beliau minta Allah menjaga anak-anaknya, dari semua kejahatan makhluk yang nyata ataupun ghaib, dari teman dan lingkungan yang tak baik, dari pergaulan bebas, dari pornografi dan pornoaksi dan dari semua yang tak mampu dilakukannya sebagai Ibu. 

Suatu kali bahkan beliau bercerita, saat suaminya ke luar kota dan anak-anaknya harus pergi sekolah dengan naik ojek. Didepan matanya ojek itu melaju sangat kencang. Ada sulungnya yang kala itu baru kelas 4 SD diboncengan belakang. 
Sang Ibupun spontan berteriak; “Nak, pegang yang kuat yaaa…”
Cemas sempat menggodanya, “Achh… harusnya aku dekap mereka erat-erat, bagaimana kalau mereka sampai kenapa-napa? Mengapa si ojek tak memperhitungkan bahayanya :(” *dan masih banyak lagi ragam kecemasan lainnya… Tapi syukurnya ia segera tersadar, bisikan hatinya mengingatkan; “Tak berguna rasa ini”, dan beliaupun segera berdo’a. Seketika itu pula tenanglah hatinya. Karena sudah diserahkannya penjagaan ananda pada Allah Sang Maha Penjaga, pada Allah semata. Karena memang Allah sajalah sebaik-baik penjaga dan pelindung. 

Dan akupun meyakini hal yang sama. Apalagi saat ananda sudah mulai sekolah, saat mereka punya lingkungan selain rumah. Kita tak mungkin bisa mengawasi dan menjaga mereka setiap saat.

Ya, sejak aku mulai mengenal aktivitas berdo’a, singatku sekitar masuk SD, aku sudah diajarkan orangtuaku untuk rajin membaca ayat kursi. Rutinkan, paling tidak saat mau tidur, baca bersama do'a tidur. Pernah kutanya mengapa harus baca ini? Aku masih ingat jawaban singkat Mamaku, agar Allah menjaga kita selalu, bahkan pada saat kita tidur. Begitu membekas, dan kini akupun menanamkan ajaran yang sama pada anak-anakku.  

“Mari berdo’a Nak, minta pada Allah agar selalu menjaga kita. Jangan sampai kita terlalai dari penjagaan-Nya walau hanya sekedip mata” 

***

Teriring salam untuk Fathan, selamat hari lahir ya... 
Semoga makin sholeh, terkabul semua do'a, bahagia dunia akhirat dan menjadi kesayangan semua. Aamiin YRA...

Fathan 4 tahun, sudah rajin sholat lho... 
*Maaf fotonya dicrop, sebab saat ini aku kesulitan untuk upload ukuran besar.
Kisah ini kutulis khusus untuk memeriahkana acara GiveAway "Anakku Sayang" yang diselenggarakan oleh Rumah Mauna.

Jumat, 21 Oktober 2011

Renang di Jum'at

Barokahnya silaturrahim dan punya banyak sahabat memang nyata, dan itu sulit kupungkiri. Karena aku sudah mendapatkan buktinya :P

Seperti jum'at siang pekan lalu, aku dan anak-anak dapat mendapat ajakan renang bersama disebuah kolam renang pribadi milik salah seorang wali siswa SDIT Izzuddin. Wech menggiurkan sekali, apalagi kami sudah lama tak renang, sayangnya aku baru selesai dibekam rabu malam, masih ngeri juga kalau dipakai renang walaupun sebenarnya tak sakit. Tapi karena tawaran ini begitu menarik, maka aku tak mau menyia-nyiakan, anak-anak saja yang renang tak apa. Dan jadilah jum'at siang pekan lalu kami renang bersama, lebih tepatnya aku mengawasi anak-anak dan rekan-rekanku renang bersama. Hanya group ibu-ibu lho... Bapak-bapak tak bisa ikutan, bukan gilirannya :D

Soal renang pernah panjang lebar kutulis dikurikulum 3 kemampuan dasar. Ya, renang adalah acara yang selalu berusaha kami ciptakan, meski masih sulit merutinkan. Dan ini satu dari sekian banyak impianku, bisa rutin renang dan bisa ngajak ibu-ibu lain untuk ikutan renang dikolam yang memungkinkan untuk kami para emak-emak berekspresi di kolam renang, caranya ya dengan punya kolam renang pribadi. Semoga ya...

Ini yang memotivasiku bersemangat ngajakin anak-anak agar suka renang(cuplikan dari tulisan kurikulum 3 kemampuan dasar ala aku dan suami):

Salah satu ungkapan yang dikatakan Khalifah Umar bin Khattab RA. Berkuda, berenang, dan memanah. Tiga kemampuan  dasar yang setidaknya harus dimiliki anak-anak muslim, generasi penerus risalah Islam.


Tentu ada alasan kuat mengapa Umar menyuruh para orang tua bijak mengajari anak-anaknya dengan keterampilan-keterampilan khusus tersebut. Bagi masyarakat di padang pasir, berkuda dan memanah adalah barang yang lumrah. Naik kuda ataupun naik unta merupakan keseharian mereka. Binatang-binatang itulah yang menjadi tunggangan dan peliharaan masyarakat Arab. Memanahpun demikian, siroh banyak berkisah tentang bayaknya para sahabat yang jago memanah. Sebut saja Sa’ad bin Abi Waqqash, salah satu sahabat yang telah dijamin syurga, beliau terkenal sebagai ksatria gagah perkasa dengan anak panah yang selalu tepat sasaran.

Adapun tentang berenang? ini luar biasa, sangat mengherankan. Orang Arab tidak terlalu suka air. Kolam renang adalah hal yang sulit ditemukan. Kalaupun kolam, itu berbentuk oase atau wadi. Dan kebanyakan dipakai sebagai sumber minum. Bukankah, air sangat sulit ditemukan di daerah padang pasir. Tapi Umar meminta para orang tua muslim mengajarkan anak-anak kita berenang. Tentu ada hal yang jauh di luar jangkauan pemikiran masyarakat muslim lebih dari 14 abad lalu. Bisa berenang memang sangat perlu. Ketika tsunami menerjang, orang yang bisa berenang tentu lebih dimudahkan untuk menyelamatkan diri. Dan tentu banyak sekali hikmah yang bisa kita dapat dari kemampuan berenang ini. Betapa ilmu kedokteran sudah membuktikan bahwa renang sangat baik untuk therapy berbagai penyakit. Ada asthma, masalah tulang belakang atau hal-hal yang berhubungan dengan ketidak seimbangan hormone sangat baik diselesaikan dengan rajin berenang.

Yunda dan Akang bersama kawan-kawan, rekanku yang lain tak layak tampil  ;)
Edisi renang kali ini menyenangkan sekali, selesai langsung ada acara makan-makan dan diskusi, seruu lah pokoknya... Kapan-kapan berencana kemari lagi :P

Ada insiden kecil, telinga Akang kemasukan air, sampai agak bermasalah beberapa hari. Abinya sampai gugup pakai mau dibawa ke THT segala, aku? Aku tenang saja, sakalian mau menerapkan teori pengobatan herbal untuk infeksi telinga, toch ndak demam dan ndak sakit juga, pendengarannyapun tak ada masalah. Jadi ya, bismillah... BISA, mohon do'a sahabat semua ya, agar tak ada sisa cidera ditelinganya, please do'akan ya... Do'a yang tulus dari banyak orang aku sangat yakin khasiatnya ;) 

Dari Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
Sesungguhnya do’a seseorang kepada saudaranya karena Allah adalah do’a yang mustajab (terkabulkan).Shohih Sanadnya.

Kamis, 20 Oktober 2011

Alih Profesi?

Sudah sebulan ini aktivitas harianku bertambah, ya semenjak tahun ajaran baru lalu aku diminta seorang senior menggantikan tugasnya mengajar pada salah satu sekolah akademi kesehatan di Palembang, karena beliau pindah ke Jakarta. Awalnya sempat ragu juga, bisa nggak ya? Karena akukan belum pernah ngajar  :(  Belum lagi kisah seputar ngajar yang suka kudengar. Katanya kalau ngajar mahasiswa tu ribet, harus nyiapin bahan lah, harus belajar lagi lah. Mana kalau pas ngajar banyak yang nanyanya nguji, atau sibuk ngorol sendirilah. Asli bikin maju mundur. 

Tapi berkat dukungan suamiku , begini katanya:
Anggap aja berbagi ilmu, ilmu yang diajarkan itu barokah lho :D Apalagi kalau ilmu yang kita ajarkan tersebut dimanfaatkan dan diajarkan lagi. Wach bisa jadi ladang amal yang tak akan terputus. Katanya bersemangat. Aku sampai terpana, iya juga ya batinku. Aku yakin semua orang akan tergiur bukan, mumpung ada kesempatan juga katanya lagi. Belum lagi pujiannya itu lho, katanya aku cocok jadi guru. Sempet hampir keselek juga dibuatnya, yang kubayangkan dibilang begitu karena kecerewetanku kalee ya... Tapi apalah bahasanya, yang jelas akhirnya aku ambil juga tawaran ini. Ditempat inilah sekarang aku mengajar.

Berbagi Ilmu, mengharap keberkahan...

Baru sebulan sich, tapi lumayan sudah membuatku harus bongkar-bangkir arsip lagi. Nyiapin bahan euy... Secara mata kuliahku ANATOMI FISIOLOGI. Dasar kuliahnya orang kesehatan. Dari system musculoskeletal(otot rangka) sampai system neurologi(persyarafan). Belum system cardiovasculer dan sistem respirasinya. Asli, membuatku terbayang masa-masa sulit saat kuliah dulu. Sampai mengot-mengot ngapalin nama latinnya, belum praktikumnya yang juga padat. Sungguh tak pernah bermimpi aku jadi dosen ANATOMI, termasuk FISIOLOGI. Kalau aku dulu, dua mata kuliah ini dipisah. 

Inilah salah satu bahan kuliah yang membuatku harus belajar lagi:

Si Jantung yang Perkasa, apalagi Sang Pencipta-Nya ya...


Banyaknye… sungguh akupun tak sanggup menghafalnya. Maka malulah aku kalau menuntut mereka untuk menghafalkan semua ini. Jadi langkah pertama yang kulakukan adalah membuat mereka SUKA dulu dengan mata kuliah ini. Menggariskan point-point mana saja yang memang harus diketahui dan selanjut mengajak mereka untuk memahami. Maka tak perlu menghafalkan semuanya ya... Dan justru dengan begini membuatku enjoy dalam mengajar. Memahamkan mereka artinya aku harus lebih dulu faham, dan sungguh dengan mengkaji lagi semua system organ tersebut, aku semakin menemukan banyak cara untuk  bersyukur.  Lihat betapa Allah menciptakan system respirasi, yang membuat kita bisa bernafas setiap saat dengan udara yang tersedia gratis. Belajar system reproduksi mengingatkanku lagi pada makna syukur dipercaya-Nya menjadi seorang Ibu dan makin kurasa kasih sayang Ibu yang sudah melahirkanku. Belum lagi system syaraf yang subhanallah dahsyat peranannya. Semuanya, membuat syukurku makin tak terukur.

Bahagianya lagi aku bertemu dengan para mahasiswa yang semangat belajarnya tinggi, haus ilmu dan sangat menghargai jalannya proses belajar, tertib dan disiplin banget. Kagum aku. Mereka rata-rata anak daerah, perantauan ceritanya :D Jujur diluar bayanganku. Kira-kira apa ya penyebabnya? Entahlah... tapi yang jelas dulu waktu aku mahasiswa juga begitu lho, hehe... air laut kan asin sendiri. Tapi benar lho, aku mahasiswa yang rajin menyimak bila dosen sedang mengajar, ndak sibuk ngobrol, anti nyontek, ndak suka nanya ala nguji, ndak suka ngenyek dosen, rajin belajar kalau suka*jujur... namun termasuk yang sering membolos kalau ada gawe-an penting, nach untuk para mahasiswaku akupun akan mentolerir gaya bolos yang bertanggung jawab sepertiku dulu, cie...

Alhamdulillah, walau awalnya ngejelimet tapi kini aku sudah bisa menikmati aktivitas tambahan ini, dilengkapi dengan rasa haru saat menerima gaji pertama kemarin, senangnya. Meski tak cukup membeli 1 kambing untuk qurban, tapi Insya Allah bisa untuk buat cicilan beli dinar, ooppss… sebuah impian tentu harus dilandasi dengan sikap nyata bukan? Semoga bisa berdisiplin. Dan saat awal melihatku yang menyiapkan bahan kuliah, belajar gictu ceritanya. Yunda dan Akang dengan spontan heboh berkomentar: “Ummi sekarang dah ganti ya kerjanya?” Ha hay... pastilah mereka kira aku kini sudah alih profesi. Padahal sebenarnya: “Bukan alih profesi Nak, cuma lagi belajar jadi Cikgu” :lol:

Senin, 17 Oktober 2011

Labu Sahabat Keluarga

Labu, salah satu makanan yang biasa dikonsumsi Rasulullah, SAW adalah tanaman yang oleh para ilmuwan telah dijadikan tema riset dan analisis, di mana akhirnya atas izin Allah mereka menemukan khasiatnya yang luar biasa.

Bukhari telah membuat bab khusus tentang labu, dalam kitabnya. Di dalamnya disebutkan hadits Nabi SAW. yang diriwayatkan dari Anas : "Bahwa Rasulullah, SAW datang kepada seorang budaknya yang ahli menjahit, budak itu menyuguhkan labu, lantas beliau terus memakannya. Saya jadi suka makan labu semenjak saya melihat Rasulullah SAW memakannya".
“…Kemudian Kami lemparkan ia ke daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu…” (Ash-Shaaffat: 146)
Imam Ibnul Qoyyim secara panjang lebar juga telah berbicara mengenai labu.
Sahabat, simaklah bagaimana Allah menyebut pohon labu di dalam Al-Quran. Kemudian, mari kita perhatikan, bagaimana Rasulullah, SAW menyukai labu. Dan inilah antara lain khasiat-khasiat labu tersebut...

Labu Sahabatnya Demam. 

Makanan yang baik diberikan kepada penderita demam adalah dari unsur buah dan sayur yang memang bersifat menghantarkan dingin. Selain memberikan makanan yang lembut seperti bubur atau nasi tim, mereka yang demam sangat baik mengkonsumsin sayuran seperti labu, timun, wartel, lobak, bayam dan lainnya. Kesemuanya bisa dengan dimakan langsung, direbus atau disayur bening atau sesuai selera.

Sedangkan untuk buah-buahannya adalah apel, pisang, semangka atau semua jenis buah yang mengandung banyak air. Boleh langsung dimakan atau dibuat juice.

Sebaiknya perbanyak minum, terutama air zam-zam, air putih, air kelapa dan air yang diberi madu.


Labu Siam


Gambar dari dapurku dewe'...
Khusus tentang Labu Siam

Kandungan dan manfaat :

Sayuran ini sangat kaya akan kandungan serat, vitamin A,B, dan C, mineral dan air, niasin, dan sedikit albuminoid. Karena bersifat dingin, jika dimakan terasa sejuk dan dingin di perut.

Daging buahnya terdiri atas 90 persen air, 7,5 persen karbohidrat, 1 persen protein, 0,6 persen serat, 0,2 persen abu dan 0,1 persen lemak. Juga mengandung sekitar 20 mg kalsium, 25 mg fosfor, 100 mg kalium, 0,3 mg zat besi, 2 mg natrium, serta beberapa zat kimia yang berkhasiat obat.

Air labu siam memiliki efek diuretic yang baik, sehingga melancarkan buang air kecil maka efektif menurunkan demam.

Kegunaan Lain :
 
1. Gusi Berdarah

½ buah labu siam, dicuci, lalu diparut. Beri 2 sendok makan air matang dan 1 sendok makan madu. Peras, saring. Minum 3x sehari sebanyak yang diperlukan

2. Sariawan
Makan buah labu siam sebagai lauk atau bisa juga dimakan mentah sebagai lalapan.

3. Garis Hitam di Tumit
Getah labu siam dioleskan pada tumit yang bergarishitam itu. Biarkan sampai kering. Setelah itu buka perlahan-lahan.
 

Info tambahan: Labu Siam juga sangat baik dikonsumsi oleh pasien darah tinggi untuk menstabilkan tekanan darah. Dan cocok dikonsumsi saat sahur terutama bagi mereka yang DM karena lebih sering merasa haus.

Labu Air

Gambar disini
Kandungan dan Manfaat : 
Mengandung kalsium, zat besi, dan vitamin C. Labu air terkenal bersifat mendinginkan, karenanya baik sekali dimakan oleh penderita demam. 

Kegunaannya sebagai Obat :

1. Demam
Cara I : Labu air diparut, lalu diperas untuk diambil airnya. Minum air ramuan ini 3x sehari, masing-masing sebanyak ½ gelas.
Cara II : Makan rebusan buah labu.

2. Flu
4 jari labu, 1/3 genggam bayam ditumbuk, sambil diberi ½ gelas air. Peras dan saring, lalu beri sedikit jeruk nipis. Minum ramuan ini 2x sehari, masing-masing 3 sendok makan.

3. Sariawan
Sama dengan resep no.1. Airnya jangan langsung diteguk, tapi dipakai untuk kumur-kumur dahulu.
 
***

Belum lagi kisah tentang si Labu kuning, yang juga mantap untuk perawatan kulit *satu ini lain kali ya...

Jadi sahabat, sungguh benar adanya bahwa para pelaku riset ilmiah telah menegaskan bahwa tumbuhan jenis labu-labuan merupakan pencegah penyakit sekaligus obat dan juga makanan bergizi. Terlebih 14 abad yang lalu Rasulullah SAW sudah mencontohkan. Maka semoga cukup alasan bagi kita untuk menjadikan labu sahabat keluarga.
Dulu, aku juga tak suka labu, tapi setelah tahu khasiatnya berusaha menjadikannya sahabat. Dengan ilmu mengubah prilaku *slogannya Neno Tour, tahu saat nonton PILDACIL.

*) dari banyak sumber...