Tampilkan postingan dengan label Belitong. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belitong. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 September 2012

Menguak Cerita Belitong Timur

Koran Republika, tertanggal 4 September 2012 itu tak sengaja kubaca *Iya, ngaku, sudah sekian lama aku tak baca koran. Sejak bisa buka yang online, (sok) gaya banget yak... Bagaimana tidak memancing rasa ingin tahuku saat di kolom DINAMIKA tertulis judul "BKKBN Puji Keberhasilan KB Pria di Beltim" Dan coba simak cuplikan isinya:
...Pada tahun 2006 peserta KB Pria di Beltim hanya 5.000 orang. Sementara pada 2011 jumlahnya meningkat menjadi 25 ribu... Berdecaklah aku, sebuah hal yang patut disebut sebagai  peningkatan, hingga wajar bila menuai pujian.

Aku tak hendak membahas tentang apa itu KB Pria, ragam serta hukumnya. Karena bisa leluasa membacanya disini, dimari dan disana. Tapi yang membuatku tertegun adalah ternyata kesuksesan proram KB Pria di Beltim itu berkat ide kreatif Pemerintah setempat yang melibatkan keberadaan Warung Kopi. Ya, memang Warung Kopi adalah icon daerah ini. Dan tanpa bisa kutahan, melayanglah kenangan akan sebuah perjalanan dinas antara Tanjong Pandan - Manggar - Gantong, penghujung April lalu. Meski banyak yang tak sesuai harapan, sehingga aku belum berkesempatan mencicipi aroma dan rasa Kopi Manggar. Juga belum bisa mengunjungi sekolahnya Bu Mus, SD Muhammadiyah di Gantong, tapi tetap saja berkesan.

Gerbang Kota:
"Selamat Datang di Kota Wisata 1001 Warung Kopi"
Letak geografis Manggar sebagai Ibukota Kabupaten Beltim yang dipinggir laut *silakan lihat PETA ya... dan sejak dulu terdapat sebuah pelabuhan, sangat potensial membuat daerah ini selalu disinggahi oleh kapal-kapal besar dari berbagai belahan dunia. Dan seperti umumnya gaya hidup kota pelabuhan, Manggar sangat lekat dengan itu semua. Ingat kisahnya Ikal cs dalam Laskar Pelangi? Ya seperti itulah. 

Manggar dan Gantong yang memang penghasil komoditi Timah terbaik *dulunya berjaya dikelola pihak asing oleh PT. Timah, sekarang hanya dikelola secara perorangan... banyak sekali menyedot tenaga kerja dari luar daerah. Seringkali mereka (para pekerja) tak membawa serta keluarga, dan disinilah celah hadirnya 'lokalisasi'. Sebuah fenomena. Dan apakah karena ini pula program KB Pria di Beltim banyak pesertanya? Wallahu'alam. Perlu penelurusan lebih jauh.

Hanya sebatas inilah aku berhasil menguaknya, tak sampai mengungkap banyak fakta. Maaf buat  semua yang kecewa membaca tulisan ini *sebagai gantinya aku kasih bonus ceritaku saja ya... Selama di Belitong, baik di Tanjung Pandan ataupun Manggar kami disuguhi kuliner yang khas, sepertinya yang pernah ketulis di Kuliner Belitong. Nama rumah makannyapun sama "BERAGE" kalau dibahasa Indonesiakan artinya "Menghidangkan", hanya nuansa RM yang berbeda. Yang di Manggar lebih asri, lengkap dengan gelayutan Markisa.

Ini RM Berage di Manggar.
Makanan khasnya juga Gangan.
Selain ke Manggar aku kebagian tugas ke Gantong dapat di SMAN Gatong dan SMA PERGIB 3 Gantong. Dua SMA yang teramat berbeda dari segi prestasi. Dan karena lama di SMA inilah aku tak bisa menyambangi Replika SD Laskar Pelangi, waktu dipacu karena aku harus segera tiba lagi di Manggar. Tak bisa juga kukunjungi SMA tempat Ikal cs syuting *ingat saat dihukum membersihkan WC, pokoknya banyak tempat yang masih membuatku penasaran karena belum bisa aku lihat langsung saat ke Beltim *semoga ini satu pertanda, suatu saat aku bakal diutus ke Belitong lagi...

SMAN Gantu/ong.
PERGIB=Perguruan Islam Belitong.
Masih ingat Bapak Yusril Iza? Tokoh nasional yang katanya berasal dari Belitong itu, ternyata orantuanya ada di desa Lalang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Rumah kediaman orangtuanya aku lewati saat menuju Pantai Lalang. Aku bahkan sempat-sempatnya minta berhenti untuk memoto gerbangnya, ya hanya gerbangnya, takut disangka menyatroni rumah orang kalau sampai berlama-lama, hehe...
Rumah Bapak Yusril Iza Mahendare di Lalang, Manggar.
Apa yang bisa kuliput dari Pantai Lalang? Jujur aku penasaran, karena foto Pantai Lalang ini terpajang di Kantor Dinas Kesehatan Beltim, cukup mempesonaku. Dan rasa penasaranku itulah yang mengantarkan aku sampai ke Pantai Lalang.

Anak Pantai diterpa terik Mentari.
*kayak judul film ya...
Lihat pasir pantainya yang tak begitu bersih.
Berbeda dengan Pantai Tanjong Tinggi, Lokasi syuting Laskar Pelangi.
Foto yang sangat mirip dengan yang aku lihat di DINKES Beltim.
Entah mengapa sebelum ke Pantai Lalang, foto ini membuatku penasaran. Kamu? :D

Dan memang Pantai Lalang adalah pantai rakyat yang dekat dengan perkampungan, dimana perahu nelayanpun berserakan dibibir pantainya. Meski pasirnya tak begitu putih, pantainya tak kumuh. Banyak anak-anak pantai yang bermain dibawah terik matahari, menikmati alam dengan segala kepolosannya. Aku juga sempat berkenalan, meski tak banyak informasi yang berhasil kugali.  Pulang dari Pantai Lalang, aku melewat perumahan dinas PT. Timah yang tak ditempati lagi, *nelangsa lihatnya,sayang tak ada fotonya... terbengkalai tak bertuan. Lalu kamipun melanjutkan perjalanan ke Tanjong Pandan, Kabupaten Belitong, tempat kami menginap. Di Pulau Belitong, ada 2 Kabupaten, yaitu Belitong beribukota Tanjung Pandan dan Belitong Timur dengan Manggar sebagai pusat kotanya. Meski sejenak, namun Belitong Timur memang telah menorehkan cerita tersendiri buatku.

Selasa, 08 Mei 2012

Panorama Senja di Tanjong Tinggi

Tanjong Tinggi adalah nama sebuah desa di Belitong, disini juga terdapat sebuah pantai nan rupawan yang juga dinamai Pantai Tajong Tinggi. Yang baru kutahu, sebelum syuting film Laskar Pelangi, pantai ini sudah terlebih dulu dipakai untuk syuting iklan produk sabun kecantikan yang dibintangi Dian Sastro. Aku ya tak ingat, atau malah memang belum pernah lihat.

Mungkin karena keelokan pantainya sudah pernah ditampilkan di TV, maka akhirnya kru film Laskar Pelangipun memilih tempat ini sebagai lokasi syuting. Kalau dikaitkan secara hirarki geografi, letak pantai ini jauh sangat dari GANTONG, tempat tinggal dan SD Muhammadiyah Laskar Pelangi. Gantong itu nama sebuah desa yang sekarang termasuk Kabupaten Belitong Timur. Jarak Gantong - Tanjong Tinggi aku sich tak tahu persis, tapi berdasar pengalaman kalau dihitung-hitung butuh waktu sekitar 2,5 jam dengan kecepatan sedang, lewat jalan umum *bukan jalan pintas... Berlawanan arah pula, coba dech lihat di peta, atau tanya pada Dora, hooohhh...

Gradasi warnanya yang masih bisa dinikmati.
Batu yang kokoh dan ombak yang bercumbu.
Lebih dekat, sudah ada yang menyewakan.
Tapi saat kami disana, orangnya tak ada, jadi tak tahu tarifnya berapa :)

Pantainya masih bersih dan alami. Masuk ke arena pantai ini gratis, kita tak perlu bayar. Pantai rakyat yang tak dikelola aparat. Suka cita kami menikmati senja di pantai ini, serasa menorehkan jejak penuh cinta, tak ingin segera berlalu, tapi waktu memang tak bisa menipu dan tak jua mampu ditipu. Senja harus beralih.

Ada Villa Tanjong Tinggi tak berapa jauh dari sisi pantainya, konon ini miliknya Ayu Azhari, tapi aku tak kesana, jadi tak bisa memastikan siapa gerangan yang empunya dan berapa harga kamar /malam disana.

Berasa di Negeri Pelangi,
aku yang seru menikmati warna.
Tampak disisi lain,
 pamuda setempat asyik bermain poly pantai
dibawah pesona senja yang hampir usai.

Dan temarampun datang, perlahan. Meski masih ingin, kami tetap harus pulang. Kalau hanya sekedar lapar, ada bakar ikan segar hasil tangkapan dijual di pantai ini, manis gurih rasanya, aroma bakarannya menggugah selera, tapi kami tak sempat mencicipi kebenaran cerita ini. Karena kami lebih memilih pulang ke Tanjong Pandan yang harus ditempuh 30-35 menit. Walau suara adzan tak terdengar, tapi aku tahu sudah tiba waktunya magrib.

Kursi kayu saksi bisu,
bahwa aku pernah bersenja hari di pantai ini.
Gelap menyapu Tanjong Tinggi.

Malam dengan segenap balutannya. Aku tahu gelapmu sering menutupi pesona, maka ya Robbana ... izinkan hati kami untuk tetap terang bercahaya walau apapun yang terjadi, kini dan selamanya.

Al Ma'surat petang mengiringi kepulangan kami dari Tanjong Tinggi, adakah bisa kemari lagi? Tanjong Tinggi, semoga suatu hari, kita akan bertemu kembali...

Senin, 07 Mei 2012

Temuan di Tanjung Pandan

Catatan perjalanan yang sempat tertunda karena ikut moment seru Kartinian di Blognya para Sahabat. Sayang bila dilewatkan, makanya aku memilih menunda posting ini *maaf walau tak ada yang bertanya...

Rombonganku tiba di Bandara H.AS. HANANDJOEDDIN lewat tengah hari, terik yang menyambut kami ternyata lebih dari yang kubayangkan. Lebih panas dari Palembang, tak ada sejuk-sejuknya. Gegas kami menuju kantin, karena seorang rekanku nyaris mabok kelaparan, maklum lagi hamil muda. Tak ada acara foto-foto disini, kami jalan lurus bak pakai kacamata kuda, beeeuuu... Singkat cerita kami menyelesaikan acara lapor-melapor siang itu juga dan mencari hotel yang sesuai dengan anggaran   standart pegawai pemerintah. Lagi-lagi tak ada acara berfoto-ria, sumuk, maunya langsung bisa rebahan.

Dan senangnya saat kami berhasil menemukan kamar kosong di Hotel Harlika Jaya, persis di bibir Pantai Tanjung Pendam, bersisian dengan Hotel Bintang 4, GRAND HATIKA *mirip ya namanya...

Pagar Hotel yang tampak dari Bibir Pantai.
Pantai yang sedang surut^^
Tampak Depan, bagai Padepokan.
Somay dan Rujak yang tak sempat kucicipi ;(
Tapi kata kawanku yang hamil muda, eeuuunaak tenan.
Ada banyak hotel yang tersebar di Tanjung Pandan, hanya yang perlu kuingatkan, sebaiknya kita sudah punya rujukan kalau mau berlibur ke Belitong khususnya Tanjung Pandan - Manggar - Gantong. Sebab sudah banyak hotel yang menyediakan paket liburan super murah, mereka biasanya bekerjasama dengan pihak travel. Boleh menghubungi Pak Tarmizi, kami memanganggilnya Bang Mizi *masih muda dan sangat bersahabat... beliaulah yang setia mengantarkan kami kemana-mana selama di Belitong.

Jalan sedikit dari tempat kami menginap, ada Museum Timah yang berhadapan langsung dengan RSUD Tanjung Pandan. Sayangnya aku tak bisa masuk ke Museum tersebut, sebab setiap tiba diseputarannya hari selalu diujung petang, sudah tutup. Begitu pula kalau pagi harinya, berangkat ke tempat tugas pagi buta, jadi Museumnya masih belum buka.

RSUD Kabupaten Belitong, tampak samping.
Lokomotif ala Museum Timah.
Tampak depan, Museum Timah.

Lanjut, jalan lagi, kita bisa melihat bangungan tua peninggalan Belanda, namanya Eks. Rumah Tuan Kuase. Di depannya ada Masjid Megah, namun sayang tak ada difotoku dan akupun lupa namanya.

Penampakan plank namanya.
Bangunan Tua yang tampak terawat.
Saat aku asyik mengambil foto-foto bangunan yang kuanggap 'sesuatu' disekitar tempat kami menginap, Bang Mizi langsung menawari untuk berkeliling kota imut Tanjung Pandan sore itu. Maka inilah yang kutemukan selanjutnya. Tampak sebuah gedung tua yang dimultifungsikan sebagai tempat olahraga atau gelar seni, orang sana menyebutnya GEDUNG NASIONAL.

Ada yang sedang khusuk menikmati senja.
Banyak sampah di halamannya. 
Bangunan di depan Gedung Nasional, lupa namanya^^
Keliling lagi ke arah pelabuhan, tengok kiri dan kanan, lihat seputaran jalannya. Ooo banyak bangunan tua dimana-mana, sampah juga tak mau kalah menyebar teronggok dipinggir jalan. Jangan tanya ini tugas siapa? Atau salah siapa? Tapi inilah yang kulihat. 

Ini di Pusat Kota Tanjung Pandan.

Sampailah kami di gerbang pelabuhan Tanjung Pandan, hhuuppps apa ini tempatnya Ikal dan Aray menyebrang saat mau ke Pulau Jawa? Bukan, kurasa itu dari Manggar. Karena di Manggar juga ada pelabuhan kapal lautnya.

Khasnya pelabuhan, banyak truck.
Kapal yang merapat.
Disekitaran Pelabuhan,
tampak  spanduk LASKAR PELANGI.
Berakhir sudah acara menyusuri kota Tanjung Pandan senja itu. Yang terekam dalam benakku, Tanjung Pandan sebuah kota kecil yang sudah ada sejak zaman Belanda dulu, saat Timah mencapai puncak kecayaannya dikelola oleh pihak asing. Sekarang masanya sudah berganti, meski Timah masih bisa ditemukan disepanjang pantai Belitong tapi pengelolaannya sudah dikerjakan secara perorangan. Tak ada lagi perusahaan asing yang mendominasi, runtuh seiring majunya pemikiran anak negeri. Tapi belum berhasil juga PEMDA setempat mengelolanya secara optimal. Barangkali, masih butuh waktu.

Lain hari kami berburu ikan dan cumi-cumi di Pasar Baro', melanglangbuana mencari segepok oleh-oleh dan mendampingi Ibu Titi yang tertarik dengan kerajinan Batu Satam. Pada kesempatan lain kamipun menghabiskan senja di beberapa Pantai kenamaan sekitaran Tanjung Pandan, 30-45 menit kearah luar kota, tapi berlawanan arah dengan Kabupaten Belitong Timur. Semoga bisa kulanjutkan esok hari.

Ini nomor handphone Bang Mizi 0818112719
Pengelola Tour & Travel di Belitong.

Jumat, 27 April 2012

Pada Pasir

Jari jemari^^
Bayangan diri...
Cinta oh cinta^^

Edisi bermain pasir di Bukit Berahu. Sebuah pantai nan elok di Belitong.
Waktu yang diperlukan ke sana dari tempat kami menginap sekitar 20 menit, dekat ya... 
Khasnya pantai ini harus melewati tebing yang curam sejumlah 93 anak tangga...
Kapan-kapan kulanjutkan ceritanya ya, mau siap-siap ke Bandara dulu :)

Kamis, 26 April 2012

Manggar-Gantung

Hari ketiga di Belitong. Perjalananpun dilanjutkan ke Kabupaten Belitong Timur. Sebuah kabupaten pemekaran dengan Manggar sebagai Ibukotanya. Manggar? Pernah dengar kan ya... Itu lho tempat Ikal ditugasi Ibu Mus membeli kapur di film Laskar Pelangi. Di Pulau Belitong hanya ada 2 kabupaten,  BBelitong dan Belitong Timur. Adapun Belitong ibukotanya Tanjung Pandan. Dari Tanjung Pandan-Manggar dapat ditempuh 1,5 jam dengan kecepatan sedang.


Apa yang bisa kuceritakan tentang Manggar? Sebab kemarin aku tak banyak bisa berpetualang disana. Manggar yang dulu kota kecamatan sekarang sudah jadi kota Kabupaten. Kompleks perkantoran dan bangunanan perumahan baru dimana-mana. Sementara perumahan exs. Perusahaan Timah juga menyebar dibanyak penjuru, memburuk tak terpakai. Kasian ya... Aku sempat lewat dan ditunjuki pasar ikan lokasi syuting Laskar Pelangi, SMA Nasional yang dulu disulap jadi SMA Negeri Manggar tempat sekolahnya Ikal dkk.  

Saat melintasi 2 taman kota di Manggar yang ada patung kudanya, aku jelas heran dong... Membuatku bertanya pada Pak Kusir Sopir, apa di Manggar ada kuda? Jawabnya ternyata tak ada. Di Manggar adanya Pelanduk atau sejenis Rusa. Nach lho, mana ada Rusa mirip Kuda, hehe... Waktu teramat sempit untuk melanjutkan tugas menuju Gantung, 30 menit waktu tempuh dari Manggar. Gatung atau Gantong, tempat SD Muhammadiyahnya Laskar Pelangi.

Awalnya aku membayangkan, serunya perjalanan Manggar-Gantong serasa meyusuri jejak Laskar Pelangi. Tapi semua tak bisa berjalan sesuai yang kita impikan, tugas tetap tugas, itu yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Semua harus dinikmati walau dengan aroma rasa yang berbeda *edisi menghibur diri...

Belum Selesai...

Rabu, 25 April 2012

Kuliner Belitong: Gangan

Masih ceritaku dari Belitong. Setelah sepanjang pagi kami mengadakan wawancara, sekedar penyuluhan dan pengampilan sample di Puskesamas dan SMA, tibalah waktunya kami menunaikan hak fisik untuk bersantap. Untuk itu kami menyerahkan pada petugas dari DINKES setempat. Ikut saja, dijamin euunaak, kata hatiku ngidem.

Dan benar saja. Siang kemarin (24/4) kami dibawa ke Berage *bacanya pakai E taling ya jangan e pepet... Tahu artinya? Aku juga baru tahu kok...

Berage artinya menghidangkan, kalau bahasa Palembangnya 'besaji'


Tempatnya unik, paling tidak menurutku lho ya...
Coba lihat dech...


Gambar apanya coba? Ini plafonnya lho, berbatik ria, senada dengan tempat tissue dan lain-lainnya. Masakannya? Ooohhh, rasanya memang memuaskan, khasnya merasuk sukma *jiiiaaaahhh... 

Kenalkan, ini tokoh utamanya, sebut saja GANGAN.

Gangan Khas Belitong^^
Satu porsi seperti ini Rp. 115.000,-
Gangan dan kawan-kawannya di Berage.
Ada cumi goreng juga^^
Ikan Bulat Bakar, harga satuannya Rp. 35.000,-

Gangan itu ternyata mirip-mirip pindang tapi beda, serupa LEMPA KUNING kalau di Bangka. GANGAN bisa dibuat dari ikan apa saja, tapi khasnya pakai kepala ikan krakap. Lezatnya sangat, harganya lumayan juga, satu porsinya bisa dimakan berempat atau berlima. Berbeda dengan harga makanan yang lainnya,  jauh dibawah. 

Kawan makan GANGAN bisa macam-macam tergantung selera. Ada yang namanya sambal sereh. Mantap. Pokoknya siang kemarin memang waktu makan yang langka buat kami, ingat cerita seorang sahabat kalau di Belitong makan ikan lauk nasi, berbeda dari biasanya makan nasi lauk ikan, hohoo... Jadi kalau suatu saat bertandang ke Belitong, mampirlah ke Berage dan cicipi masakan khasnya, GANGAN dari kepala ikan krakap, yaaammm....

Maaf ya belum bisa BW :(

Selasa, 24 April 2012

Belitong, Aku Datang

Sampailah aku di pulau ini. Pulau cantik yang makin tersohor sejak syuting film 'Laskar Pelangi'. Aku ya baru pertama kali kemari. Dan perjalanan dinas ini mengantarkanku dan 2 orang rekanku kemari, dari Senin sampai hari Jum'at pagi. Perjalanan dinas pedana di kantor baruku. Senang dong...

Kami sampai di Bandara Tanjung Pandan jam 12.35 WIB setelah menempuh perjalanan dengan Sky Air selama lebih kurang 1 jam 10 menit. Adapun Sky Air, sebuah pesawat yang kecil hanya bermuatan sekitar 60 orang, jadwal penerbangannya hanya ada 2 kali dalam 1 pekan. Mungkin karena pesawatnya kecil, jadi kemarin aku agak kaget juga saat merasakan guncangan yang lumayan keras, maklum baru pertama kalinya naik pesawat serupa ini.

Dan saat sampai di bandara kami langsung dijemput menuju ke Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, seperti yang tertulis dalam surat tugas kami. Tapi sepanjang jalan, papan nama yang kubaca tertulis Belitong lho, hmmm... jadi ingat yang dikisahkan dalam Laskar Pelangi, Andrea Hirata menyebut tempat ini dengan nama Belitong, bukan Belitung.

Apapun namanya, namun yang kutangkap secara fisik kota ini sangatlah damai, tentram tapi panas. Kalau saja kemarin diukur suhunya mungkin mencapai 39 lebih. Kalau hujan suhu bisa terasa dingin yang menggigit. Sebuah kondisi suhu yang tergolong ekstrim. Tentang kondisi lalu lintas, kota kecil ini sangat anti macet, ya iya lah... tapi apa penyebabnya? Salah satunya di kota ini tak ada angkot. Hanya ada ojek, itupun jarang, tak tampak juga pangkalan ojek resmi. Katanya dulu angkot pernah ada, tapi hanya bertahan sebentar, sepi. Ndak laku, karena penduduk Belitong rata-rata punya kendaraan pribadi.

Singkat cerita selesailah prosesi lapor-melapor kami di pada Senin siang (23/4), sedangkan ke lokasi akan dilanjutkan hari ini, Selasa (24/4). Kamipun berburu mencari hotel, syukurnya dapat yang murah persis di bibir Pantai Tanjung Pendam, masih di kisaran pusat kota. Mau cari makan atau jajanan semuanya dekat. Pas dech pokoknya. Ba'da ashar kamipun diajak jalan ke sebuah pantai yang dulu pernah dipakai syuting Laskar Pelangi itu lho...

Arah keluar kota, sekitar 30 menit waktu yang kami butuhkan untuk mencapainya. Terletak di desa Tanjung Tinggi, inilah juga yang membuat pantai ini dikenal juga dengan nama Pantai Tanjung Tinggi. Sebenarnya sepanjang jalan banyak juga pantai lainnya, ada yang namanya Tanjung Kelayang, Bukit Berahu. Tapi mungkin, lagi-lagi karena promosi berbau 'Laskar Pelangi' kami langsung saja dibawa ke Tanjung Tinggi.


 

Kamipun disambut oleh sebuah panorama senja yang sulit kulukiskan dengan kata-kata. Apalagi dengan foto-foto yang aku ambil hanya dengan kamera hp ini, sangat tak mewakili. Aku tahu. Tapi ya itu, aku hanya ingin bercerita. Aku bahagia. Serasa bermimpi aku bisa sampai ke tempat ini. Segala puji hanya bagi-Mu... Semoga suatu saat bisa liburan keluarga ke pantai semenawan ini. Teringatku kata Bang Andrea di Endensor "Tuhan akan memeluk mimpimu", maka jangan pernah berhenti bermimpi...