Jumat, 31 Desember 2010

Bicara Kita....

Atas apa kita bicara
Sungguhkah atas nama cinta
tapi mengapa tak berimbas nyata
karena cinta yang tak sempurna, atau sinyalnya yang salah



Atas apa kita bicara
Benarkah atas segenap asa
lalu mengapa masih selalu dilanda galau
bukan karena apa dan pada siapa, tapi asa memang harus tetap ada


 Atas apa kita bicara
Yakinlah tidak bercampur dengan kesumat
sebab tak ada keberkahan yang menyatu dengannya
meski atas dalih apapun
pun ketika semua ragam nestapa menimpa negeri kita
pastikan semua cinta, sebentuk asa tak bersinergi dengan angkara

*** 

Sukabumi, Penghujung Desember 2010


Menuangkan damai jiwa, dan berharap menuangku damaikan jiwa :)

Rabu, 22 Desember 2010

[1001 Cerita Cinta Ibu dan Anaknya ]



 Episode Melek Finansial, Tentang Uang Saku
Sebetulnya masalah uang saku aku punya pengalaman sendiri. Seingatku sejak SMP, aku sudah ditempa untuk bisa mengelola uang saku selama 2 pekan, SMA dan kuliah diterapkan uang saku bulanan, ya….ya….awalnya kerepotan juga karena ini tak diawali dari kecil atau dimulai dengan rentang waktu yang lebih singkat dua hari pertama misalnya. Tanpa latihan tapi langsung ujian dan dipaksa harus lulus. Karena ketika SMP aku masuk asrama, terpisah dari orangtua dan ditengok 2 pekan sekali, bergantian oleh kedua orangtua. Syukurnya tak begitu banyak kendala.

Kalaulah ditela’ah dampaknya dikemudian hari memang ada, justru sangat jelas. Karena konsep uang saku yang belaku saat zaman aku sekolah dulu adalah kagetan, tanpa pembelajaran, mesti BISA tanpa difahamkan, harus cukup tanpa boleh minta tambahan karena orangtua jauh dan belum kenal metode transfer, artinya bisa karena terpaksa.

Adapun dampaknya yang paling terasa adalah saat sudah bisa punya uang sendiri  aku kadang sering melakukan impulse buying (belanja yang tidak terencana). Sebenarnya aku sudah melakukan belanja bulanan, tapi kadang suka tergoda dengan diskon atau faktor lain, aku tidak berfikir panjang apakah sesuai kebutuhan seperti saat sekolah dulu, yang takut kehabisan uang saku, toch sekarang aku seperti bersekongkol dengan yang namanya pembenaran, nanti kan bisa minta suami atau cari lagi.

Adalagi penyebabnya, saat mau pergi anak-anak pesan :
”Mi, nanti beli Es Krim ya..”  atau  “beli buku dan mobilan ya....”
Serta merta aku ”IYA” kan, karena merasa ingin membuat mereka senang, toch berapa juga harganya, tak begitu mahal. Tapi pesan apa yang sudah aku sampaikan pada anak-anakku.

”Boleh punya keinginan apa saja, kapan saja maka akan kupenuhi Nak...agar kalian bahagia”

Begitukah ? Bukan soal harganya yang kurang dari lima ribu. Lebih dari itu mereka tanpa sadar sudah kulatih untuk dikendalikan oleh keinginan. Tanpa sengaja aku sudah mendidik mereka bermental pasif, menjerumuskan mereka pada pola belanja berbasis keinginan bukan kebutuhan, terlalu mudah mendapatkan sesuatu, tanpa harus keras berjuang. Yang paling tampak, ternyata aku sudah mewariskan pola belanja yang tidak terencana pada anak-anakku. Mengarah pada pola konsumtif. Padahal jelas aku tak ingin ini terjadi pada anak-anakku.

***

Pada kenyataannya, banyak orangtua mengajarkan cara menabung, *menabung yang sangat konvensional :)
”Ini uang untuk nabung ya Nak...”
Bagus memang, tapi perlu dikaji lagi ini yang mau nabung anak atau orangtuanya.

Disatu sisi, banyak orangtua yang tidak mengajarkan cara mengelola uang. Tak ada panduan cara membelanjakan uang, cukupkah kasih uang saat anak meminta, belilah sesuai keinginan, tak ada rencana, tak ada diskusi, boleh minta kapan saja, asal tidak dalam jumlah yang besar, kalaupun sesekali dikasih Yai Nyai ( Kakek Nenek) boleh belanja ini itu, asal tidak semaunya, sisanya ditabung, Hmm..lagi-lagi orangtua yang ngatur, akupun begitu, ikut-ikutan. Ya itu yang aku dapat dan ”nyaris” kebablasan turut menurunkannya.

Sampai suatu waktu aku membaca buku tentang kecerdasan finansial sejak dini, *lupa judul dan pengarangnya, sudah berusaha saya cari, tapi belum ketemu, tak ada jejaknya, hiks. Dari buku itu aku mendapat pencerahan, bahwa sesungguhnya konsep uang saku justru akan melatih anak untuk me-manej uangnya. Walau aku tak serta merta menerapkan konsep uang saku dalam buku itu. Karena deskripsinya uang saku untuk satu pekan. Pada anak kelas 3 atau 4 SD. Jelas dan fokus isinya. Membuatku terkesan, dan berjanji akan menerapkannya beberapa tahun lagi.

Tapi fakta berkata lain, ada pengalaman teman, ada juga yang kualami sendiri.
Suatu ketika seorang temanku dengan panik bercerita, bahwa anaknya diberi uang 100 ribu oleh temannya. Jumlah yang besar *paling tidak menurutku, untuk anak kelas 3 SD. Selidik punya selidik, si- teman anak seorang pejabat diatas Kepala Dinas yang juga seorang pengusaha sucses, yang biasa mengantongi uang 1 juta/hari kesekolahnya.
Panik ?? Boleh saja, asal bukan kepanikan yang membuat tak enak makan dan tak nyenyak tidur, dan semoga kepanikan yang melahirkan kesadaran bahwa kita wajib memberikan vaksinasi, vitamin dsb agar ”imunitas” anak-anak kita optimal terkhusus yang berhubungan dengan uang. Karena anak-anak punya lingkungan sekolah dan bermain yang tidak ”steril”, dan kita tak bisa ada disamping mereka sepanjang waktu.

Adalagi, anak sulungku saat di TK punya cerita heboh, ada kejadian pembobolan uang infaq di kelasnya. Diprovokasi oleh seorang siswi. Cerita Bunda Asiah, guru kelasnya membuat aku membuncah haru, saat sebagian anak ikut membelanjakan uang infaq ke kantin sekolah, sulungku tidak. Dan apa jawabannya saat ditanya mengapa tak ikutan.
”Yunda takut dengan Allah ”
Duch....tak tertahan kan airmata bahagia ini Nak, betapa bangga punya anak sepertimu.
Alhamdulillah konsep ma’rifatullah tertanam dengan baik. Selebihnya tentang kecerdasan finansial yang harus dimatangkan lagi, tadinya aku berniat memulainya saat Yunda SD kelas 3. Ternyata pengalaman ini menyadarkanku, sepertinya harus lebih awal.

Jujur sejak itu mulai memperbanyak membaca refrensi tentang kecerdasan finansial. Khusus pada konsep uang saku diperdalam lagi. Sharing dengan teman juga lebih intensif kulakukan. Kapan tepatnya mereka dikenalkan pada konsep uang saku, pola pemberian bahkan seberapa besar yang ‘pas’ untuk mereka. Mulai dari yang paling mungkin, paling mudah pengawasannya. Dan akupun mulai PD melatih mereka punya uang saku sendiri. Yang tentu disertai dengan memahamkan pakai bahasa mereka. Karena jarak umur kedua anak saya tak begitu jauh, terpaut 1,5 tahun, jadi sekali jalan.
  • Yunda hampir 7 tahun uang sakunya Rp.10.000,-/ pekan. Awalnya pertengahan kelas 1 SD, uang sakunya Rp. 1.000,-/ hari. Kecuali kalau nanti ada les atau sumbangan lain,  dan ini diluar makan siang.
  • Akang 5 tahunpun sama, Rp.1.000,-/hari, ada snack dari sekolah. Belakangan Akang malah tak berminat lagi untuk minta uang sakunya, karena ada peraturan di TK-nya untuk tidak membawa uang saku.
Uangnya boleh buat apasaja, termasuk nabung atau infaq di Sekolah. Awalnya ada rengekan disana sini, minta tambah karena tadi uang sakunya sudah buat beli stick Ipin Upin, jadi habis, trus pengen beli yang lain ( ini khasnya Akang). Tak ada tambahan, boleh nangis, boleh kesel, tetap tak ditambah, atau pernah juga jatah besok diminta hari ini, tapi yakinkan besok tak akan diberi lagi. Mau merayu atau melengking sama saja. Betapa buahnya mulai terlihat. Belum sampai sebulan sejak pemberlakuan uang saku harian pada mereka. Sudah ada serangkaian cerita. Tentang nasib uang saku mereka.

Memang sesekali Yunda masih pengen uang sakunya ditambah, buat nabung.
”Masak nabung 1.000,- Kawan-kawan Yunda nabung 10.000,- bahkan lebih Mi...”
Ku tanya begini, ”Jadi Yunda pengennya berapa Nak...”
”2.000,- ”, jawabnya. Kirain berapa :) Jadi PR-ku untuk membuatnya tak tergiur besarnya uang kawan.

Menjadi lebih simple karena masalah Es Kriim dan belanja buku, sudah kuselesaikan terlebih dulu, *nanti kapan-kapan akan ku tulis sendiri. Boleh ada Es Kriim dan buku, sesuai jadwal yang sudah disepakati, dalam syuro yang selalu ramai plus lucu. Seiring waktu berjalan aku mulai menyiapkan mereka. Untuk jangka waktu yang lebih lama. Masih dalam tahap analisa. Agar tak kaget sepertiku, hu hu... Berproses !!!

Lebih dari semua itu aku tersadar, bahwa sebagai orangtua sudah saatnya aku menambah wawasan mereka tetang uang. Tentang kecerdasan financial atau aku lebih suka istilah ”MELEK FINANSIAL” dan ternyata dalam ilmu Melek Finansial ada tingkatan yang lebih tinggi daripada menglola uang. Dalam buku Rich Dad, Poor Dad. Kisah orang-orang terkaya didunia, bagaimana kita bisa menghasilkan uang sedini mungkin, menghasilkan, menciptakan uang sejak kecil. Tak hanya sekedar mengelola uang yang sudah ada. Waaw lebih dahsyat, akupun ingin. Ini butuh “ belajar cepat”, hanya masalah waktu. Kedepan kitapun harus BISA. Dan kesadaran akan melek financial sejak dini ini harus  kutularkan. Mengajak orang-orang terdekat.

“Dan hendaklah takut orang-orang yang meninggalkan teturunan di belakang mereka dalam keadaan lemah yang senantiasa mereka khawatiri . Maka dari itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang lurus benar.” (An Nisaa’ 9)

Ya. Salah satu pinta yang sering diulang Ibrahim dalam doa-doanya adalah mohon agar diberi lisan yang shidiq. Dan lisan shidiq itulah yang agaknya ia pergunakan juga untuk membesarkan puteranya sehingga mereka menjadi anak-anak yang tangguh, kokoh jiwanya, mulia wataknya, dan mampu melakukan hal-hal besar bagi ummat dan agama. Kita? Mari sejenak kita renungkan tiap kata yang keluar dari lisan dan didengar oleh anak-anak kita. Sudahkah ia memenuhi syarat sebagai Qaulan Sadiidaa, kata-kata yang lurus, benar, sebagaimana diamanatkan oleh ayat di Surat An Nisaa’ tersebut ? Ataukah selama ini dalam membesarkan mereka kita hanya berprinsip “asal tidak menangis” atau ”asal anak bahagia”. Padahal baik agama, ilmu jiwa, ilmu psikologi juga ilmu perilaku menegaskan bahwa menangis itu penting dan bahagiapun bisa dengan airmata.
***


Pertengahan Mei  2010, tapi baru bisa edit sana-sini sekarang, sembari menikmanti proses. Kalaulah ada getah, semoga laksana gaharu. Manfaat saja terasa :)
Diposting ulang untuk memeriahkan LOMBA cinta seorang ibu di 13 tahun sulungnya yang sholeh dan jalan membentang menjadi pengusaha kaos anak sholeh  
Buruan ikutan yuuukkkkk !!!!

Minggu, 19 Desember 2010

Bertemu Mbak HTR pada Workshop Menulis di Makkah

Siapa yang punya mimpi ingin jadi penulis, pasti sueneng ya bisa ketemu Mbak HTR.
Apalagi kalau ketemunya di Tanah Haram, Makkah. Uch pasti suenengnya berlipat ganda.
Terlebih bila ndak hanya sekedar ketemu, melainkan bisa menimba ilmu penulisan langsung darinya. Wach...kebayangkan rasa seunengnya :) Dan ini yang kualami tangal 02 Desember 2010 yang lalu.

Bla....bla....
Ceritanya belum lengkap, lanjut kapan-kapan ya :)

Senin, 04 Oktober 2010

Nyumbang nama versi Yunda Akang

"Alisa Fitriana, apa artinya?" tanya Yunda penasaran.


"Fitri nama dari Nyai Sundari, artinya suci. Alisa ndak tahu apo artinyo" jawab Ami Kiki spontan.
"Pengen bae, cucu Nyai yang lain kan sudah ado Anisa, Aisyah, Auliya, Alexa. Na.... Ami Kiki pengen Alisa" ternyata ini alasannya.

Berhari-hari kemudian, nama Alisa alias adek Fitri sering jadi bahasan kami di rumah.
"Kasih nama kok ndak tahu artinya" dan Yunda Akangpun urun saran, terinspirasi dari buku-buku cerita Princess yang sering mereka baca.
Ada Princess Azizah, Amira, Azimah, adalagi Adila. Dan mereka tahu artinya. Bukankah nama adalah do'a?

Karena adek Fitri belum diresmikan namanya, baru besok. Insya Allah tepat hari ke 14, sekalian aqiqah. Maka Yunda Akang coba mengutarakan masukannya.
Menurutku, tak apa tak diterima, yang penting mereka sudah berani sumbang saran untuk sesuatu yang mereka ketahui alasannya. Bahkan Fitrianapun mereka kritisi, Fitri aja kalee, begitu kira-kira kata mereka.

***

Malamnya, Bicak Anggun kirim SMS. Minta sumbang nama untuk bayi kembar laki-laki yang Insya Allah akan SC Rabu, 6 Okt 2010 besok. Antusias Yunda Akang menyebutkan nama-nama usulan mereka:
Upin-Ipin
Aziz-Izzi
Azzam-Azkar
Faqih-Fahim
Faiz-Farriz
Muhammad-Achmad
Wildan-Zidan
Daffa-Daffi
Zakwan-Zaydan
Fadlan-Fadhil
Rayhan-Rayyan
Fathi-Fahri
Hafidz-Hamzah
Abdullah-Abdurrahman
Umar-Usman
Zaid-Said
Iqbal-Ilham
Ya.....semua dari nama-nama kawan sekolah atau teman yang mereka kenal, ada juga yang terinspirasi dari film favoritnya. Dan menurutku yang terlucu adalah: Nafiz-Naruto 
Hmmm......boleh lah Nak masukan kalian, dan mereka bersemangat sekali :)

Nak, nak.....la pengen nian caknyo punya adek. Semoga Allah kabulkan ya....karena kalian begitu peduli :) Aamiin yra

Tugas dari Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI)

Di Asrama Embarkasi

  1. Melaporkan kepada PPHI Embarkasi dalam hal ini seksi pemantapan petugas dan meminta penjelasan seperlunya.
  2. Membantu petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dalam pemeriksaan akhir kesehatan calon jama'ah haji dan mencatat obat yang dibawa. 
  3. Ingat....ingat C A T A T  obatnya !!!
  4. Mengikuti rapat pemantapan Karu dan Karom yang diselenggarakan oleh PPIH Embarkasi. 
  5. Mengimformasikan kepada jama'ah haji untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan asrama. 
  6. Melaksanakan pengamatan penyakit pada jama'ah haji terutama kewaspadaan terhadap keadaan luar biasa ( KLB)
  7. Meminta daftar manifest jama'ah haji beresiko tinggi dari petugas KKP dan memantaunya.
***

SK Menkes TKHI Embarkasi Pondok Gede, Jakarta
Kloter 31, Insya Allah masuk asrama haji Raja Basa tanggal 31 Oktober 2010/1431 H.
Tim Kloter terdiri dari PPHI : Imam Kahfi
PPIHI Imam Syakhroni
TKHI bersama Muhammad Zukhri Syarofi dan Dwi Isa.

      Contoh Penanganan Kasus Ibadah Haji

      Kasus: 
      Jama'ah haji menderita penyakit kronis

      Sebab:
      Jama'ah haji memang menderita penyakit kronis sejak dari Tanah Air

      Cara Penyelesaiannya:
      1. Dokter kloter memeriksa BKJH, apakah sesuai dengan hasil pemeriksaan kesehatannya sebelum berangkat.
      2. Penderita dirujuk ke RS
      3. Jika penderita yang dirujuk ke RS belum sembuh tapi sudah dipulangkan, maka penderita dirawat di BPHI untuk pemulihannya.
      4. Bagi penderita Chronic Renal Failure yang perlu dihemodialisis, pasien dan keluarga diingatkan akan jadwal hari pelaksanaanya. Agar segera didaftarkan hemodialisanya, selanjutnya dibuatkan surat rujukannya. Difasilitasi Ambulance dengan biaya oleh jama'ah sendiri.
      5. Bagi penderita DM atau Hipertensi yang memerlukan penangannan medis lanjutan, rujuk RS. Bila dibutuhkan tindakan operatif harus segera minta izin pada keluarga pasien. 
      ***

      Sebagai pengingat diri, bahwa sebagai TKHI amanah untuk mengurusi jama'ah yang sakit adalah wajib.
      Mewanti-wanti pada diri, agar selalu bersyukur betapa meski sebagai TKHI, diri ini adalah tamu Allah.
      Alangkah indahnya bila kita bisa bekerja sama dengan Tim dengan baik, jama'ah yang kita sertai sehat dan bersemangat untuk mengikuti semua rangkaian ibadah haji dengan maximal. Mudahkan lah ya Allah.....
       

      Sabtu, 02 Oktober 2010

      Kelana seorang Aktivis

      Rumah Kelana, Cerita seorang Brother

      Dulu ketika dunia kampus mencerahkanku dengan maraknya dakwah. Aku begitu menyatu bahkan gempita dengan segenap perjuangan menebar kebaikan pada sekitar, begitu kurasakan indahnya, bahagia meraja. Terlebih bersama orang-orang yang sama bersemangatnya denganku.
      Menjelang berakhir fase kampus, aku bersama kawan-kawan seperjuangan saling menguatkan. Berjanji untuk tetap istiqomah dijalan ini, walau terbentang belantara yang belakangan menjadi momok saat kami mengurai kisah dari para senior yang lebih dulu merambahnya. Medan yang sangat jauh berbeda dengan yang kami jalani bersama selama ini. Tapi jujur aku menatap semua dengan semangat yang mengepul, ini tantangan kawan. Pejuang sejati pasti menggandrungi semua bentuk tantangan yang akan menempanya untuk tangguh.
      Terpancang tekad kokoh, maka agar tak tersesat dirimba belantara, carilah saja wanita tangguh yang bisa jadi sahabat seperjalanan. Hmmm….. Mesem-mesem. Sumbringah :)

      Tamat kuliah, satu persatu kami berpencar, pulang ke daerah asal.
      Saling berkirim khabar dan mendo’akan, itu yang kami sepakati.
      Tak diduga akulah yang paling dulu menikah, bertemu dengan seorang wanita didaerah PTT. Sejawat PTT di Puskesmas yang sama denganku, akhwat Solo, alumni FKG UGM. Seorang dokter gigi. Proses yang singkat. Bertemu, merasa sevisi. Difasilitasi oleh ketua DPD PKS Kabupaten setempat, Akad nikah sebulan kemudian tanpa Walimatul Ursy. Warga puskesmas geger, kapan pacarannya, kok tahu-tahu nikah. Mulai kasak-kusuk ramai, dikira nikah karena kecelakaan. Fitnah yang membuat telinga panas berdenging. Namun tetap kami tanggapi dengan senyuman, andai mereka tahu yang sebenarnya, bahkan seminggu setelah pernikahan bahasa tubuh kamipun masih sangat kaku, malu rasanya bila bersitatap. Hanya bersitatap, apalagi lebih dari itu. Tapi biarkanlah kuasa waktu yang menjawab semuanya, energi kami harus terkumpul untuk mulai bersya’biyah.

      ~~~

      Ini permulaan kami mengumpulkan segenap aset kekuatan berdua untuk mulai melanjarkan misi dakwah pada masyarakat sekitar. Silaturrahim kejiran tetangga selepas jam kerja. Tetangga-tetangga terdekat diprioritaskan. Bahkan sejak awal kami memang sudah membuat jadwal kunjungan pada semua bapak-ibu sesama staff Puskesmas. Dari hasil investigasi inilah kami mengenal siapa-siapa saja yang berpotensi untuk menjadi pendukung dakwah kami digarda terdepan.

      Kami, aku dan istriku mulai menjalankan misi.
      Ada ”kelas generasi” setiap sabtu siang, yang isinya anak-anak SMP berkumpul aku ajak berdiskusi tentang apa saja. Tentang cita-cita, tentang semangat menulis, mengenalkan Nasyid, diskusi tentang NAFZA atau sekedar ngobrol santai di Saung, belakang Rumah Dinasku disamping Puskesmas. Ada 15-17 anak yang rutin berkumpul tiap pekannya, Alhamdulillah sudah berjalan 2 bulan ini.
      Anak SMA ??? Masih dalam proses, karena Kepala Sekolahnya masih agak parno dengan yang namanya kajian keislaman, katanya tahun lalu ada ROHIS, pembinanya dari RISMA setempat, tapi sejak aktif di ROHIS banyak siswanya yang nilainya anjlok. Pelan-pelan kuadakan pendekatan bahwa anggapan beliau tak ada benar, aku berusaha meyakinkan bahwa aku yang alumni ROHIS dimasa SMA dan Kampus dulu buktinya berhasil lulus dokter dengan tepat waktu dan nilai yang baik. Pak Kepala Sekolah sepertinya mulai termakan bujukanku, terbukti tahun ajaran mendatang aku diminta mengkonsep sekaligus mengelola kegitan ROHIS, tak mengapa walau masih harus menunggu, angap saja waktu ini disiapkan untuk mematangkan konsep ROHIS SMU yang berdaya.
      Aku juga ada diskusi seputar kesehatan dengan masyarakat di seakur puskesmas, tepatnya setelah senam pagi dihalaman  puskesmas, diskusi tentang  kesehatan dikaitkan  dengan aktivitas keseharian. Begitulah, bahannya ya dari internet, biasanya sekalian konsultasi kesehatan gratis.
      Tentang akses internet, aman, sinyal ada terus. Kami bahkan memanfaatkannya terus untuk berkomunikasi dengan kawan-kawan seperjuangan untuk saling mengingatkan atau sekedar saling sapa, silaturrahim didunia maya :)

      Dari sini aku juga bisa tahu sepak terjang kawan seperjuangan dibelahan bumi Allah yang lain. Rifki yang sedang PTT di daerah sangat terpencil Indonesia bagian Timur, hanya sesekali bisa OL bila sedang ke Propinsi. Yang sampai sekarang belum menikah karena Bundanya mewanti-wanti tak boleh menikah dengan akhwat sana, khawatir anak laki-lakinya tak bisa kembali kedaerah asal. Sementara tak ada akhwat yang siap dibawa berdakwah disana. Namun menurutku, bukan tak ada, hanya belum bertemu saja. Yang lucunya si-Rifki malah mau daftar PNS disana, karena peluang dakwah yang begitu subur alasannya.  Atau ceritanya Iqbal yang sucses mendirikan klinik 24 jam didaerah Banten, atas modal Ayahnya yang memang pengusaha sucses. Bulan lalu baru menikah, dan aku berkesempatan hadir, sekaligus meninjau klinik barunya dan ditraktir gaji pertamanya sebagai CPNS di RSUD setempat. Ada lagi ceritanya Fauzi yang langsung terima CPNS dikementrian kesehatan, sekarang bertugas dibagian siaga bencana. Pengantin baru ini jalan-jalan terus, keliling Indonesia atas biaya dinas, maklum orang lapangan. Apdate statusnya seputar jadi tim dan narasumber di Dinkes daerah-daerah yang rawan bencana. Mengingat kebersamaan kami dulu, kadang membuatku senyum-senyum sendiri. Kami yang dulu begitu alerginya dengan kata-kata PNS, mengapa sekarang latah jadi PNS ya :(  Termasuk aku dan istriku yang sedang mempersiapkan berkas untuk pendaftaran PNS daerah ditempat tugas kami. Tapi terlepas dari keberadaan dan tugas kami sekarang, aku bersyukur kami semua tetap istiqomah dijalan dakwah ini. Terbukti saat suatu ketika kami chatting dan membahas cita-cita setelah jadi PNS, kami punya kata yang sama. Kami ingin merintis karir menjadi pembuat  dan kebijakan, minimal Kepala Dinas, syukur-syukur Menkesnya. Agar kebijakan dibidang kesehatan berpihak pada dakwah ini. Aamiin.

      Adapun kiprah istriku tercinta. Ada ”kelas generasi” yang sama denganku tiap sabtu siang, khusus siswa SMP yang putri. Diskusi tentang haid, masa puber, sampai ke pembalut yang aman dan nyaman, yach namanya perempuan :)
      Ada diskusi kelompok lansia, sekaligus menyukseskan program Posyandu Lansia, ini yang paling seru menurutku. Pertanyaannya kadang sulit dicerna, jawabanpun entah apa sepenuhnya sesuai dengan yang mereka harapkan, yang jelas saat istriku membagikan snack atau panganan hasil percobaannya mengolah resep, ada mata-mata berbinar diiringi ucapan terima kasih yang sederhana tulus. Ini berlangsung tiap rabu siang.
      Kajian ibu-ibu yang terdiri dari ibu-ibu tetangga terdekat tentang pendidikan anak,cara menyusui yang baik, merawat kulit agar tetap awet muda, atau apalah khas para ibu, ini dilakukan istriku rutin setiap jum’at siang.

      Ahad pagi, kami menutup rumah dinas dan praktek dari pagi hingga sore hari, bahkan tak jarang sampai malam. Jadwal refresing alias liburan, ini yang kami bahasakan.
      Tak ada yang salah juga, karena sejatinya kami memang sedang refresing, penyegaran untuk ruhiyah kami, berkumpul dikota kabupaten tepatnya di markas dakwah, DPD PKS bersama para saudara seperjuangan. Ada guru SMU, penyuluh pertanian, bidan, bahkan anggota dewan. Kami berkumpul membahas banyak hal tentang dakwah ditempat kami masing-masing, jadi ingat saat di Kampus dulu.
      Perjalanan menuju tempat berkumpul ini kami tempuh dengan motor dinas, karena ambulans tak mungkin kami pinjam seharian, khawatir ada pasien yang harus dirujuk sewaktu-waktu. Lumayan jauh, sekitar 2 jam perjalanan dengan kecepatan diatas sedang. Cukup membuat tulang punggung istriku yang seanggun putri solo itu pegal total. Tapi syukurnya ia setangguh para mujahidah palestine. Tak terdengar kesahnya. Kenapa tak pilih yang dekat saja???  Hoho....Tak ada pilihan kawan, baru satu-satunya di Kabupaten ini :)
      Melintasi belantara, rimbunan semak dan suburnya perkebunan tapi tak sedikitpun menyurutkan langkah kami. Hujan sekalipun bila raga kami sehat akan tetap kami tembus dengan jas hujan diselingi dengan berteduh sesekali. Kami begitu menikmati moment ini.
      Kubuktikan sudah, bahwa dengan memiliki istri seorang mujahidah saja lah yang akan membuat perjalanan dakwah pasca kampusku tetap indah. Bahkan tak terasa sedang mengarungi rimba belantara seperti yang sering kami takuti saat dikampus dulu.
      ~~~

      Semua berlalu terasa cepat sekali. Aktivitas dakwah kami yang hidup membuat kami bergairah. Ditambah dengan kesibukan kami memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang membutuhkan, bukan kah memang secara formal inilah tugas kami berada disini. Tak terasa empat bulan sudah kami menikah. Belum ada tanda-tanda istriku hamil. Baru empat bulan :) Tapi ini sudah mampu menjadi bukti  langsung bahwa kami menikah memang tak seperti yang dituduhkan dulu.
      Kehebohan justru datang dari tetangga terdekat kami Mak Ipah yang datang sambil terisak. Anaknya yang kerja di Batam mau menikah, minggu depan pulang langsung akad nikah, lalu apa sedihnya. Ternyata sudah dalam kondisi hamil muda. Mak Ipah begitu terguncang, meski sudah ada sebelumnya anak gadis disekitar sini yang hamil diluar nikah saat merantau ke Jakarta, tapi buat Mak Ipah yang rajin sholat, ini adalah pukulan yang begitu menghantam. Terlebih almarhum suaminya dikenal sebagai seorang ulama semasa hidupnya. Kami terpekur, berusaha menenangkan Mak Ipah sementara hati juga segalau gulana.

      Malamnya tampa kata kubuka bahan tentang semua hal yang berkaitan dengan hamil diluar nikah. Meski sudah sering mendengar atau bahkan membaca tentang ini, aku merasa perlu mengkajinya lagi saat ini. Hingga ku temukan tulisan ini di blog seorang saudara, yang memang sering kubuka. Mengena telak. 

      Satu saat asy syafi’i ditanya: ”mengapa hukuman bagi pezina sedemikian beratnya ?”
      wajah asy syafi’ memerah, pipinya rona delima.
      “karena”, jawabnya dengan mata menyala.
      “Zina adalah dosa yang bala’ akibatnya mengenai semesta, keluarganya, tetangganya, keturunannya. Hingga tikus di rumahnya dan semut di liangnya”

      Ia ditanya lagi, dan mengapa tentang pelaksanaan hukuman itu, Allah berkata,
      “Dan janganlah rasa ibamu pada mereka, menghalangimu untuk menegakkan agama!”

      Asy Syafi’i terdiam, ia menunduk, ia menangis. Setelah sesak sesaat, ia berkata:
      “Karena zina seringkali datang dari cinta dan cinta selalu membuat kita iba dan syaithan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintaiNya”

      Ia ditanya lagi dan mengapa, Allah berfirman pula: “Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”
      "Bukankah untuk pembunuh, si murtad, pencuri Allah tak pernah mensyaratkan menjadikannya tontonan?"

      Janggut Asy Syafi’i telah basah bahunya terguncang-guncang.
      “Agar menjadi pelajaran”,  ia terisak.
      “Agar menjadi pelajaran”, ia tersedu.
      “Agar menjadi pelajaran” ia tergugu.

      Lalu ia bangkit dari duduknya, matanya kembali menyala
      “Karena ketahuilah oleh kalian. Sesungguhnya zina adalah hutang. Hutang, sungguh hutang. Dan.. salah seorang dalam nasab pelakunya pasti harus membayarnya!”

      Akupun remuk terpaku usai membacanya. Pantaslah suatu ketika pernah kubaca bahwa disatu desa, saat mendapati ada anak gadis yang hamil diluar nikah, maka masyarakat akan mengusirnya dari desa mereka. Selanjutnya dilakukan ritual semacam upacara bersih desa. Aku belum mampu berfikir jernih tentang langkah dakwah apa yang sebaiknya kulakukan terkait tentang hamil diluar nikah buah perbuatan zina.

      Belum berhenti sampai sini ternyata. Besok paginya di Puskesmas terjadi kegemparan, Sinta, petugas kesling kami melahirkan. Anaknya sehat, wanita dengan bobot 2,7 kg. Alhamdulillah sehat....yang mencengangkan karena hanya terpaut empat bulan dari pernikahannya. Aku tak akan lupa karena hanya terpaut seminggu dengan hari pernikahan kami. Betapa tak ada yang mencurigakan selama ini. Sinta bahkan sesekali ikut dikajian ibu-ibu tiap Rabu siang, senang mendengarkan diskusi tentang kerumahtanggaan katanya. Istriku benar-benar terpukul. Malamnya masih seputar hamil diluar nikah isi obrolan kami. Kalau artis atau dikoran mungkin tak akan membuat kami segalau ini, tapi ini adalah orang-orang yang ada didekat kami. Akankah ini cara Allah menengur kami yang sempat merasa bahwa manuver dakwah kami sudah baik. Ternyata ada banyak hal yang masih harus kami garap. Bisa jadi kami baru akan memasuki belantara penuh onak yang rimbanya mampu menyesatkan atau setidaknya menguji kesabaran dan menggoyahkan keistiqomahan kami.
      Sampai jauh malam aku sulit tidur. Entah rasa apa yang mendominasi, tak mampu sempurna kumengerti. Kubaca lagi dengan linangan air mata tulisan dari blog -salim a. fillah- yang sudah ku ‘save’ semalam. 

      Duhai Allah....jangan hukum kami bila kami lalai atau kami bersalah. Tak selayaknya kami merasa cukup dengan yang sudah kami upayakan selama ini.
      Air mataku menderas disujud malam, bersautan dengan isakan istriku. Tak sepantasnya kami puas dengan apa yang sudah kami lakukan, jangan biarkan ada kesombongan walau sepotong serpihan debu. Terpatri satu azzam, kami harus melakukan lebih baik dan lebih banyak lagi. Bantu kami ya Robb.....

      ~~~

      Torehan penuh cinta untuk pernikahan Adinda, semoga selalu ”tumbuh dan mengepak bersama”. 
      Semoga bisa diambil gaharunya, yang sudah banyak berbuat saja masih belum cukup, lalu bagaiman dengan yang memang belum berbuat apa-apa, masih tenggelam dalam euporia gemilang kejayaan masa kampus.

      Sebuah Episode tentang Haji


      “Tidak cukup hanya dengan niat saja Bu, harus lebih kongkret. Ada wujud riil-nya :)
      Kata-kata yang terucap dengan senyuman itu tepat menohok jantungku.

      Ini penggalan dialog yang sangat kuingat bersama seorang Intan Mahasuri, Ibu Rumah Tangga berusia 30 tahun dengan 2 orang anak berumur 3 dan 2 tahun. Calon jama’ah haji kloter 31 asal Bumi Harjo, Kabupaten Way Kanan Propinsi Lampung yang Insya Allah akan berangkat bersama suaminya pada musim haji ini tepatnya tanggal 31 Oktober 2010/1431 H. Usia yang masih teramat muda untuk ukuran umumnya CJHI, itu yang membuatku tertarik ingin berkenalan dengannya pada saat awal pembukaan manasik di Depag beberapa waktu yang lalu.

      Aku adalah salah satu dari TKHI atau petugas kesehatan kloter yang akan menyertai mereka, memang aku langsung investigasi begitu ada  moment tatap muka dengan CJH kloterku. CJH termuda ada yang berumur 18 tahun, anak seorang pejabat PEMDA setempat. Selebihnya seperti kebanyakan CJHI adalah mereka yang berumur diatas 50 tahun. Hanya ada 5 pasangan usia subur dibawah 40 tahun, dan diantara mereka semua suami istri Imran dan Intan ini yang langsung akrab denganku. Pak Imran yang seorang guru SMP berumur 32 tahun ini antusias mengenalkanku pada istrinya.

      ”Bu Dokter, istri saya ini seorang perawat lulusan SPK, walaupun sekarang kerjanya dirumah saja ngurus anak-anak, tapi Insya Allah istri saya bisa membantu sedikit”, katanya ramah menawarkan bantuan sebagai ”relawan”. Adalah langka seorang jama’ah menawarkan diri ikut melayani jama’ah yang lain, bukan kah mereka adalah orang yang seyogyanya memang pantas mendapat pelayanan kesehatan. Bukankah banyak orang yang senang menuntut haknya untuk dilayani? Banyak orang, tapi ternyata tidak identik dengan semua orang bukan?

      Dan akupun langsung tertarik ngobrol dengan mereka berdua, sepasang suami istri yang tadinya kufikir adalah orang kaya hingga bisa berangkat haji diusia yang relatif masih muda. Tapi ternyata aku tak sepenuhnya benar. Mereka bukan sepasang jutawan atau tuan tanah. Mereka adalah sepasang suami istri yang luar biasa, yang memaknai bahwa naik haji adalah sebuah cita-cita mulia yang harus segera dilaksanakan.

      Berangkat haji memang cita-cita hampir semua muslim yang aku kenal, tapi mungkin cara mengwujudkannya yang sangat beragam. Percakapanku dengan seorang Intan dan suaminya satu yang sangat membekas dan menguatkanku. Bahwa niat berhaji harus lah disertai juga dengan langkah nyata untuk mengwujudkan niat tersebut. Dalam bahasa yang lebih mudah adalah saat kita berniat untuk berangkat haji ke Tanah Suci, selain berdo’a dengan sungguh-sungguh maka saat itu juga semestinya kita menyiapkan dana khusus untuk keperluan tersebut. Menabung, ya menabungkan dana secara khusus untuk haji.Selanjutnya Allah sajalah yang akan mencukupkan tabungan kita itu dengan cara-Nya.

      Adalah kisah Intan Mahasuri dan suaminya, Imran Rusidi. Menikah 5 tahun yang lalu tepatnya Juni 2005. Anak pertama mereka lahir hampir 2 tahun kemudian, Januari 2007, selang setahun kemudian Februari 2008 anak kedua mereka lahir. Tabungan pendidikan untuk anak-anak mereka baru mereka rintis sejak awal tahun 2010. Tabungan kesehatan? Ternyata mereka tak mengalokasikannya secara khusus, karena sebagai PNS golongan III B, Imran adalah peserta ASKES. Imran diangkat sebagai PNS tahun 2006 dengan pangkat awalnya III A. Yang luar biasa, setidaknya menurutku, sejak tahun pertama pernikahan mereka mereka sudah mempunyai tabungan haji, yang mereka setor tiap bulan secara rutin dengan besar dana yang relatif tak sama.

      Apasaja kah aset kekayaan mereka sekarang?
      Gaji PNS golongan III B dengan masa kerja yang kurang lebih 4 tahun tak sampai 3 juta. Kebun atau investasi lainnya mereka belum punya. Ternak? Pernah pelihara ayam dan bebek, tapi tak banyak, sempat beranak pinak tapi saat heboh kasus flu burung semua unggas peliharaan mereka dipotong. Kendaraan mereka adalah motor dinas tua yang sudah sering masuk bengkel. Rumah masih semipermanen, yang setengahnya belum jadi dan kalau hujan banyak yang bocor. Sebelumnya merekapun pernah tinggal diperumahan dinas guru tempat Pak Imran mengajar. Tapi karena banyak guru baru yang membutuhkan hunian, jadi mereka mengalah pindah dari rumah dinas sekitar setahun yang lalu. Harta warisan sejauh ini mereka tak punya dan memang tak mengharap. Intan adalah Ibu Rumah tangga sejati yang aktif mengisi kajian dibeberapa majelis taklim, murni majelis taklim artinya secara pengelolaan tak ada honor tertentu. Ini adalah gambaran lengkap tentang kondisi kekayaan keluarga Imran. Jadi memang prioritas menabung untuk berhaji ini sajalah yang menurutku mampu menghantarkan mereka berangkat haji diusia pernikahan yang baru lima tahun.

      Mereka sudah punya 2 anak, satu laki dan satu perempuan, sehat dan lengkap. Kepala keluarganya punya pekerjaan tetap jadi bukan karena alasan ada kepentingan berdo’a ditempat mustajab seperti di multazam, di rawdah atau saat wukuf di Arafah untuk mendapatkan keturunan, jodoh atau ingin dapat pekerjaan mapan yang membuat mereka antusias untuk secepatnya berangkat haji.Bukan...bukan seperti banyak orang yang pernah kudengar ceritanya tentang ini.

       “Umur manusia siapa yang tahu Bu, apalagi sekarang mau naik haji sudah mesti antri”.
      ” Alhamdulillah berarti kesadaran muslim di Negara kita untuk berhaji sudah semakin baik “, 
      Ya betul.
      Bahkan setahuku saat ini ada satu Propinsi di Sulawesi yang sampai tahun 2010 ini antrian CJHnya sudah sampai tahun 2020.

      “Kami ingin memenuhi panggilan Allah”
      Ini alasan mereka saat kutanya motivasi apa yang membuat mereka begitu bersemangat untuk segera naik haji. Semakin yakinlah aku, bahwa Pak Imran dan Ibu Intan adalah orang yang sangat kaya, meski bukan kaya materi. Karena seperti yang sudah kuuraikan tadi, secara finansial mereka amatlah sederhana.

      Bagaimana denganku ???
      Sungguh aku malu....  

      "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, barang siapa mengingkari (kewajiban haji), sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." 
      Q.S Ali Imran:97

                                                                         ***
      Note: 
      CJHI = Calon Jama'ah Haji Indonesia
      TKHI= Tim Kesehatan Haji Indonesia

      Kado pernikahan untuk Adinda, semoga Barokah :)
      Kalaulah ada getahnya, semoga laksana gaharu....diedit 31 Desember 2010

      Selasa, 28 September 2010

      Ikut Kuis Orange Books

      Orange Books !!!!
      Aku suka kamu, karena Orange Books baik dech….belum berselang lama (bulan Mei 2010) buat kuis bagi-bagi buku gratis, sekarang dah buat kuis serupa. Dan karena aku dapat makanya aku bisa bilang dan cerita kemana-mana bahwa novel-novel klasiknya Orange Books memang kereeeeeeeeeeeen abizzz.
      Sampai-sampai beberapa orang terdekatku ikutan beli novel Pollyanna :)
      Untuk kuis kali ini sebenarnya aku mau ketiganya, bukan karena bermental gratisan ya….tapi karena aku sudah buktikan sendiri bahwa novel-novel klasik Orange Books sungguh mantap dan OK :)
      Apalagi aku bisa jawab ketiga pertanyaannya lho, tapi kan tak mungkin dapat gratis ketiganya, walaupun “Rumah Baca Hamasah” kami memang sedang dalam proses menambah koleksi buku, hehe....


      Sekali lagi karena harus memilih, jelas aku pilih novel Pollyanna Grows Up, penasaran sangat dengan kelanjutan kisah Pollyanna.
      Kami sekeluarga kangen Pollyanna.
      Sejak novel Pollyanna tiba di kediaman kami jujur novelnya jarang sekali ada dirak buku, karena yang pinjem antriii.
      Syukurnya permainan ‘sukacita’ ala Pollyanna sudah sangat “membumi” dihati kami sekeluarga, jadi ya memainkannya bisa kapan dan dimana saja, tanpa membaca panduan permainannya.
      Mudah, seru dan menakjubkan. Tak perlu waktu atau dana khusus, permainan “sukacita” ini hanya perlu energi positif.
      Ya…Pollyanna sudah mencontohkannya, selalu “sukacita” disetiap suasana.
      Aku sampai membuat  “note” khusus di fb tentang permainana sukacita ala Pollyanna yang kutulis sesaat setelah novel Pollyanna hadiah dari Orange Books tiba dirumah kami.
      Bersukacita ternyata tak butuh cantik fisik, sukacita tak perlu uang banyak, tak ada syarat apapun dalam permainan ini, nikmati saja, seperti permainan “ sukacita” ala Pollyanna. Yang akan mempesona sekitar, menebar energi positif pada orang sekitar.
      Coba dan buktikan sukacitanya :)

      ***

      Nah semuanya, tunggu apa lagi ayo buruan ikut kuis Orange Books ini. Baca dengan seksama keterangan dibawah ini, semoga kita yang dipilih Orange Books sebagai pemenang kuis kali ini. Aamiin 3x

      Kamis, 26 Agustus 2010

      Ayo dukung para Quitters !!!

      Episode STOP ROKOK

      Pernah dengar istilah quitter ?
      Quitter adalah perokok yang ingin berhenti merokok.
      INGIN berhenti merokok, bagus, baik, tapi tak hanya cukup dengan INGIN saja.



      Beberapa alasan seorang perokok ingin berhenti merokok:
      • Alasan ekonomi: ingin berhemat, pilih berhenti merokok.
        Atau karena tak punya uang untuk beli rokok jadi STOP merokok.
      • Alasan kesehatan: ingin sehat maka STOP rokok, atau karena sakit jadi dilarang dokter merokok.
      • Alasan kasih sayang: dilarang istri merokok, karena sayang jadi nurut atau karena mau menciptakan    lingkungan dan generasi sehat dirumah, tak ingin orang-orang terkasih jadi perokok pasif jadi pilih STOP merokok.
      • Alasan kesadaran untuk lebih baik tanpa factor apapun: yang satu ini bisa jadi dorongan dari hati nurani atau mendapat ‘lailatul qodar’

      STOP ROKOK sekarang juga !!! Gagah, hebat tapi tak mudah.

      Mereka perlu dukungan KITA.
      Cara kita mendukung quitter, antaranya: dengan mengintervensi melalui terapi maupun konseling.

      Ada 2 macam terapi yang bisa dipakai yaitu terapi perilaku dan kelompok.
      ~ Terapi perilaku bertujuan melatih dan mencegah para quitter kembali merokok, menghilangkan stimulasi lingkungan, serta memberikan rasa tidak menyenangkan saat merokok.
      ~ Terapi kelompok bertujuan memberikan dukungan sosial.
      Selanjutnya untuk lebih jelas bisa buka situs www. stopmerokok.com, disini bisa berbagi dengan para ahli, mantan perokok ataupun sesama para quitters. Intinya meyakinkan para quitters bahwa mereka tak berjuang sendiri.

      Pendekatan lain adalah dengan obat.
      Varenicline tartrate, salah satu temukan para ahli untuk terapi STOP merokok. Menurus seorang dokter ahli, dr. Aulia Sani, SpJP(K), obat dengan resep dokter ini mampu mengurangi rasa ketagihan, seperti perasaan tidak nyaman, pusing, sulit konsentrasi dan mengurangi rasa nikmat saat merokok. Ini terjadi karena obat ini mampu memblok reseptor 42 sehingga menekan rasa nikmat (endorfin) yang ditimbulkan dari 4 dan ketagihan dari 2, sehingga endorfin yang biasanya dipicu oleh terserapnya nikotin dalam darah lalu diteruskan ke otak dan diubah menjadi endorfin alami yang dihasilkan tubuh.
      Tidak percaya? Boleh langsung dibuktikan , terutama oleh para quitters.
       
      ***

      Yang bisa dijadikan pengetahuan dan pertimbangan untuk semua terutama bagi perokok, bahwa kebiasaan mereka para perokok adalah membuat orang sekitar menghirup asap racun dari rokok yang mereka hirup, menjadikan orang lain perokok pasif, artinya juga membuat orang lain menderita, hiks...hiks

      Derita Perokok Pasif :
      1. 70 % asap rokok diisap oleh perokok pasif, 10 % tertahan difilter dan hanya 20 % yang dihisap oleh perokok aktif. Ini artnya perokok pasif lebih banyak merasakan dampak negative kepulan asap rokok dibanding perokok aktif itu sendiri. Ibarat kata pepatah “perokok yang makan nangkanya, ech….orang sekitar yang kena getahnya”.
      2. Asap yang keluar dari pembakaran ujung rokok (asap samping) berbahaya bagi perokok pasif karena mengandung gas beracun seperti CO, dan berdampak menurunkan kemampuan tubuh membawa O2 dan dapat meningkatkan resiko penyakit jantung.
      3. Bagi perokok pasif resiko terkena kanker paru dan penyakit jantung lebih tinggi 20-30 % daripada perokok aktif. Wech…ruginya rek, rek !!!
      4. Ibu hamil yang terpapar asap rokok atau yang sering menjadi perokok pasif akan mengalami masalah dan gangguan pada kehamilannya.
      5. Pada anak yang perokok pasif, akan lebih mudah terkena bronchitis dan infeksi saluran pernafasan lainnya.

      Membaca dan mencermati dampak negatif yang dialami para perokok pasif, jujur aku begitu salut pada mereka yang mau berhenti merokok dengan alasan karena tak mau membuat orang-orang terdekatnya menjadi perokok pasif. Alasan kasih sayang, betapa alasan itu mampu melahirkan keputusan yang sangat berharga.

      Adalah Nyai Saiman dan Datuk Muhir, mereka sekian dari banyak Kakek yang akhirnya memutuskan berhenti merokok dengan alasan kasih sayang serupa itu. Mereka berhenti merokok lebih dari 6 tahun yang lalu, karena mereka ingin dekat dengan cucu tanpa nuansa asap rokok, ya….salah satu alasannya mereka ingin cucu-cucunya tidak menjadi perokok pasif. Terharu sangat :D

      Jadi ingat juga cerita dr. Rani yg lagi PPDS di RS Persahabatan, saat ber-Integrasi awal Juli lalu, kasus C@ Paru meningkat, terbaru yang ada adalah seorang laki-laki usia 22 tahun dan wanita 25 tahun yang bukan perokok tapi mereka adalah para perokok pasif.

      Duhai perokok, please.....
      Duhai quitters, kami mendukungmu, semangat, lanjutkan perjuangan *~
       
      STOP ROKOK….STOP ROKOK go !!!!
      Tak mudah memang, tapi bukan tak mungkin :D
      Jadikan Ramadhan sebagai moment berharga untuk berhenti merokok. Berhenti merokok dengan alasan apapun, adalah keputusan yang TEPAT dan BAIK. Untuk pribadi, apalagi untuk orang sekitar.

      Disarikan dari berbagai sumber, terbanyak dari Majalah Ummi Edisi Juli 2010

       
      ***


      Datuk dan Andal di Jogja, akhir Oktober 2009

      10 August 2010, Penghujung Sya'ban, sepenuh harap menanti Ramadhan, semoga berjumpa :)
      Teriring salam cinta untuk Datuk Muhir yang Harlanya bertepatan dengan hari ini, semoga sisa umur semakin barokah. 
      Andal dan keluarga.

      Zakat (lagi)....Zakat lagi

      Spesial Zakat Perdagangan dkk ^^

      Ternyata masalah zakat-zakat lain selain zakat fitrah yang populer, masih banyak yang penasaran dan pengen tahu.
      Pasca tulisan kemarin, ada beberapa yang bertanya tentang zakat perdagangan, investasi dan sebagainya ke inbox atau bertanya langsung. Mumpung Ramadhan, dengan senang hati kubagi info, ya lagi-lagi dari ”Cara Praktis Menghitung Zakat” dari DSIM.
      Semoga baca tulisan ini tak menimbulkan rasa puas, agar terus cari tahu dan cari info lebih banyak lagi.
         
      1. Zakat Perdagangan :
      Zakat Perdagangan ketentuannya adalah:
      • Sudah berjalan 1 tahun (haul)
      • Nisab  senilai 85 gram emas.
      • Besar zakat 2,5 %
      • Dapat dibayar berupa uang atau barang.
      • Dikenakan pada perdagangan atau perseroan.
      Perhitungan:
      (Modal diputar + keuntungan + piutang yang dapat dicairkan)
      –        (hutang + kerugian)  x 2,5 %
         
      2. Zakat Investasi :
      Zakat Investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi.
      Misalnya: Bangunana atau kendaraan yang disewakan.
      Zakat investasi dikeluarkan saat menghasilkan, sedangkan modal tidak dikenakan zakat.
      Besar zakat yang dikeluarkan adalah 5 % untuk penghasilan kotor  dan 10 % untuk penghasilan bersih.
         
      3. Zakat Perusahaan :
      Zakat perusahaan atau perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk dijual belikan dalam berbagai jenis, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, hewan ternak, mobil, perhiasan dll.
      Maupun berupa jasa seperti konsultan, pengacara, notaris, biro travel, biro reklame, akuntan publik dll
      Termasuk juga finance seperti perusahaan keuangan seperti asuransi, perbankan, reksadana dllyang diusahakan oleh perorangan ataupun perserikatan seperti CV, Firma, Koperasi, Yayasan, PT dst.

      Ketentuan:
      1). Berjalan 1 tahun (haul)
      2). Nisab senilai 85 g emas.
      3). Besar zakat 2,5 % berdasarkan perhitungan neraca keuangan.

      Contoh:
      Sebuah perusahaan Meubel ”Merry Ences” pada tutup buku per januari 2009 mempunyai kondisi sebagai berikut:
      1. Stock meubel 5 set seharga 10 juta.
      2. Uang dibank sebesar 15 juta.
      3. Piutang sebanyak 2 juta.
      4. Utang 7 juta.
      Pertanyaannya adalah berapa besar zakat yang harus dikeluarkan perusahaan tersebut.
      Jumlah total kekayaan Rp. 27 juta – Rp. 7 juta( Utang) = Rp. 20 juta.
      Jadi zakatnya = 2,5 % x Rp. 20 juta
                            = Rp.500.000,-

      ***

      Ini baru cara praktis menghitung 3 macam zakat saja, zakat lain ada zakat emas / perak, zakat binatang ternah, juga ada zakat hasil pertanian & perkebunan dan zakat hadiah. Ini belum saya tulis.

      Saya juga banyak dikomentari tentang lembaga amil zakat, banyak yang menaruh harap, banyak sangat yang mendukung,  walau jujur tak sedikit yang masih meragukan, satu dua saja yang krisis kepercayaan. Apapun, inilah sebuah perjuangan, kitapun bisa punya andil untuk mensukseskannya. Karena bila kita tak berminat, Insya Allah, ada banyak orang yang siap bergabung untuk ambil bagian.

      Lembaga zakat adalah lembaga yang mengelola dana zakat, infak dan sedekah. Salah satunya DSIM dan Rumah Zakat yang saya kenal. Poin penting yang terus diperjuangkan sebuah lembaga zakat adalah membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berzakat melalui lembaga zakat.

      Filosofinya, ibarat sapu lidi yang tercecer dimana-mana. Tidak mungkin kita membersihkan halaman yang penuh guguran dedaunan hanya dengan menggunakan satu, dua, atau tiga buah lidi. Walaupun lidi banyak jumlahnya namun kalau tidak disatukan, niscaya tidak akan bisa membersihkan kotoran yang ada. Hal yang samapun terjadi pada pengelolaan dana zakat, begitu besar potensi dana zakat, infak, dan sedekah dari umat Islam. Mari kita kumpulkan agar menjadi bak 'sapu lidi' :D

      ***

      16 Ramadhan 1431 H
      sesaat setelah menerima 2 khabar beriringan tentang meninggalnya orangtua/mertua sahabat / saudaraku, semoga Allah terima semua amal ibadahnya, menerangi alam kuburnya dan memberikan tempat yang terbaik. Aamiin.

      Rabu, 25 Agustus 2010

      Sebuah torehan untuk Hari Lahir


      Dihari lahiku kemarin, saat menelusuri rangkaian kata, barisan huruf dari semuanya. 
      Sungguh membuatku terharu, juga bahagia. 
      Ada yang via sms, inbox bahkan secara terang di wall-ku. 
      Moment untuk memuhasabah diri pesan seorang guru, selamat hilang usia kata beberapa saudara, masih banyak lagi.
      Jujur semuanya begitu membekas, betapa semua meluangkan waktu untuk membagi harap, menaruh perhatian, bahkan sekejab mendo’akanku. 
      Ya sekejab saja, namun walau sekejab, meski sejenak do’a kalian sangat berarti.

      Semuanya.....terimakasih sangat  ~ 
      Maafkan bila tak mampu kubalas satu persatu.

      Hanya do’a ini mewakili segenap rasaku untuk kalian semua:

      ”Ya Allah....jika saudaraku sedang beribadah, terimalah.
      Jika ia sedang berdo’a, kabulkanlah.
      Jika sedang bekerja, maka ringankanlah Ya Allah.
      Jika saudaraku sedang berusaha, hasilkanlah.
      Jika ia sedang sakit, sembuhkanlah....
      Jika sedang sedih, gembirakanlah ya Allah.
      Jika sedang musafir, beri ia keselamatan....
      Jika sedang cemas, anugrahkanlah rasa aman ya Allah.
      Jika sedang lupa, ingatkanlah
      Jika sedang khilaf, ampunilah ya Allah.
      Sesungguhnya Engkau maha mendengar dan pengbul semua do’a,
      Maka kabulkan lah do’aku. Kabulkan do’a ini”

      ***

      Jelang Ashar, segenap harap peroleh barokah bersama Ramadhan mulia.
      Baru dapat telf juga dari Majalah Ummi, minta alamat, katanya buat kirim hadiah, opiniku dimuat di Ummi Edisi Spesial. Alhamdulillah....Sereenai bahagia.

      Minggu, 15 Agustus 2010

      Hari gini gak bayar Zakat, APA kata AKHIRAT !!!!

      Waktu saya kecil, jujur saya hanya kenal dengan zakat fitrah saja, yang dibayar pada Ramadhan menjelang Iedul fitri. Usia dimana saat kehidupan ekonomi orangtua saya mulai membaik, sekitar akhir SMP, saya mulai tahu ada zakat Maal.

      Saya tahu ini dari mengamati Papa saya yang sibuk menghitung-hitung uang yang dimasukkan ke amplop-amplop guna dibagikan kepada sanak kerabat yang kurang mampu, padahal zakat fitrah kami sekeluarga sudah dibayarkan ke Masjid. Waktu saya tanya, ternyata jawabnya 'zakat maal'. Dan sayapun tak berusaha untuk tahu lebih lanjut.

      Saat saya kuliahlah saya tahu ada banyak jenis zakat, antaranya zakat profesi, zakat perusahaan, zakat emas/perak bahkan zakat binatang ternak. Ya baca-baca secukupnya ala ingin tahupun saya lakukan, dan melahirkan tekad kelak sayapun akan membayar zakat-zakat serupa ini.

      Sekian waktu kemudian, setelah saya menikah dan punya penghasilan dari profesi saya, Alhamdulillah bersama suami yang punya kommitmen sejalan, kamipun berusaha mengamalkannya.

      Bayar Zakat !!! Yang tak hanya zakat fitrah saja :D

      "......Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang akan dilipatgandakan (pahalanya) "  Q.S Ar-Rum : 39


      Sekilas Info tentang Zakat Profesi/ Zakat Penghasilan :
      Pengertiannya adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi bila telah mencapai nisab.
      Adapun cara praktis menghitung zakat profesi yaitu:
      Nisabnya sebesar 5 wasaq / 652,8 kg gabah atau setara dengan 520 kg beras.
      Besar zakat profesi itu sendiri adalah 2,5 %. Terdapat 2 kaidah dalam menghitung zakat profesi
      1. Menghitung berdasarkan penghasilan/pendapatan kasar (bruto). Besar zakat yang dikeluarkan = Pendapatan total  x 2,5 %
      2. Menghitung dari penghasilan /pendapatan bersih (netto). Pendapatan wajib zakat = Pendapatan total - pengeluaran perbulan. Pengeluaran perbulan yang wajar = Pengeluaran diri, istri, anak 3 orang dan cicilan rumah. Maka besar zakat yang harus dikeluarkan = Pendapat wajib zakat x 2,5 %
      Silakan mau pilih yang mana, yang salah adalah yang tidak memilih salah satunya, artinya yang salah adalah yang tidak membayar zakat padahal sudah melampaui nisab.
      Yang harus diingat dalam hal ini adalah penghasilan tidak sama dengan gaji lho :)
      Misalnya :
      • Bila ada seorang karyawan swasta dengan gaji 3 juta tapi dari hasil-hasil lemburnya ada 2 juta maka artinya penghasilannya adalah 5 juta.
      • Bila ada seorang PNS guru dengan gaji 2,5 juta, dan dari hasil mengajar les/ privatnya ada 2 juta lagi maka penghasilannya adalah 4,5 juta.
      • Ada lagi, seorang dokter dengan gaji 2,5 juta dan hasil prakteknya 3 juta maka artinya penghasilannya 5,5 juta.
      Begitu seterusnya ~
      Adapun contoh menghitung batas nisab, misalnya kita ragu apakah penghasilan kita sudah terkena batas nisab atau belum, maka langsung saja kalikan harga perkilogram beras yang biasa kita makan sehari-hari dengan 520 kg beras. Rata-rata harga beras sekarang Rp. 7.000,- rupiah x 520 kg beras = Rp. 3.640.000,- rupiah. Bila beras yang kita makan Rp. 6.000,- ya ....kalikan saja.
      Mudah bukan ??? Maka tak ada alasan lagi untuk tak bayar zakat profesi atau zakat-zakat lainnya, karena bila ...

      Hari gini gak bayar Zakat, APA kata AKHIRAT !!!!

      ~~~

      05 Ramadhan 1431 H, suatu pengingat untuk diri sendiri untuk tunaikan kewajiban berzakat.  Selanjutnya menghimbau untuk membayar  zakat via lembaga serupa DSIM kalau berdomisili di Sum-Sel agar zakat kita mampu menjadi kail, bukan hanya ikan-ikan kecil yang walau gurih rasanya tapi tak akan bermanfaat untuk jangka waktu yang lama.
      Sekali lagi, sungguh saya bukan siapa-siapa, bukan staff atau rekanan DSIM, tapi saya satu dari sekian banyak orang yang sangat merindukan zaman dimana tidak adalagi para mustahik diseluruh  penjuru negeri, semuanya mengajukan diri sebagai muzakki. Indahnya masa ini, mari kita mulai dengan zakat kita sendiri, salurkan dengan sepenuh hati. Tak hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja.  

       ~~~