Senin, 30 Juli 2012

Srikaya untuk Berbuka

Srikaya di Palembang adalah nama sebuah makanan khas, biasa tersaji saat moment bersama keluarga, pun kala berbuka atau hari raya. Jadi berbeda dengan buah SRIKAYA = SARIKAYA = Buah Nona yang aku kenal saat masih kecil dulu ya...

Buah Srikaya.
Pinjem gambar dari sogolagro.wordpress.com
Nach ini dia Srikaya yang kumaksud,

Hasil karyaku :D

Rasanya manis gurih, cara membuatnyapun mudah saja.

Resep:
1. Telur 5 butir (atau seseuai yang kita inginkan, ditakar, anggap 1 bagian)
2. Gula dengan takaran yang sama dengan telur (anggap 1 bagian). Kalau kurang suka manis boleh dikurangi jadi 3/4 bagian atau sesuai selera.
3. Santan kental (takaran 1,5 bagian)
4. Beri garam seujung kuku saja, untuk menambah rasa gurih.
5. Beri perasan daun suji/pandan.
6. Bila ingin kita tambahkan Tape Ubi. Namanya jadi Srikaya Tape. Perbandingannya sama, 1 bagian juga.

Cara Membuat:
Semua bahan dicampur, diaduk dengan kocokan tangan sampai menyatu.
Kukus dengan api sedang, sebaiknya sudah dipanaskan saat kita mulai menyampur bahan.

Selamat berpuasa, semoga kita dimudahkan mengisi Ramadhan ini dengan kegiatan yang bermanfaat.

Semoga Allah sentiasa memberikan  kita taufiq dan hidayahnya untuk mengikuti sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Kerana sesungguhnya bagi orang yang berbuka itu dia mempunyai do’a yang dikabulkan. Maka manfaatkanlah, berdo’alah kepada Allah dengan keadaan yang benar-benar yakin akan dikabulkan. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalai. Berdo’alah kepada-Nya dengan apa yang kita kehendaki dari do’a yang baik-baik, mudah-mudahan kita mampu memperolehi kebaikan di dunia dan akhirat.

Maaf ya belum bisa banyak BW ...

Jumat, 27 Juli 2012

Belajar kepada Yusuf

Ini adalah kisah abadi di dalam Al Qur'an, yang disampaikan Bapak Yogie Safril, Kepala Sekolah SDIT Bina Ilmi didepan para siswa/i saat hari pertama sekolah (16/7). Aku yang memang masih menunggu di pinggir lapanganpun ikut menikmatinya. 

Prolog

Kisah yang dibuka dengan sebuah dialog antara Yusuf Kecil dengan Ayahandanya Nabi Ya’qub AS tentang mimpi besarnya, tunduk sebelas bintang, matahari dan bulan di hadapannya.
(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya :” Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku“ (QS Yusuf:4)

Mungkinkah ?

Melihat adegan demi adegan berikutnya, rasanya tidak mungkin Yusuf akan berhasil mewujudkan impiannya. Persekongkolan jahat antara syetan dan saudara-saudaranya telah merubah arah perjalanan hidup Yusuf dan menyimpangkan langkahnya menuju impiannya. Dan setelah itu hanya penderitaan demi penderitaan yang menemani hari-harinya.

Dipisahkan secara paksa dari orang yang dicintai dan mencintainya, terkurung di kegelapan dasar sumur tua, menjadi budak yang diperjual belikan di pasar. Itulah urut-urutan berikutnya dari perjalanan hidup Yusuf sampai akhirnya dia dibeli oleh seorang bangsawan Mesir untuk dijadikan pelayan di rumahnya sampai Yusuf tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa yang sempurna ketampanannya laksana malaikat yang mulia.
” ....Dan mereka berkata : Maha Sempurna Allah, ini (Yusuf) bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia(QS Yusuf: 31)

Ternyata penderitaan belum berakhir, ketampanannnya justru kemudian mengantarkannya ke puncak penderitaannya, dijebloskan ke penjara yang pengap tanpa salah. Di mana mimpinya dahulu ? Apa yang bisa dilakukan Yusuf dalam penjara untuk mewujudkan impiannya ?

Subahanallah, luar biasa, dalam puncak deritanya justru Yusuf mampu menemukan dan mengasah potensi dirinya, dia mampu menemukan titik terkuat dalam dirinya. Maka meskipun samar dan tersembunyi celah keberuntungan mulai menghampiri dirinya. Prestasi kecil yang diraihnya ketika menjawab problem yang dihadapi dua temannya di dalam penjara menjadi The Turning Point menuju impiannya, walaupun dia masih harus menunggu beberapa tahun lagi. Tapi Yusuf tidak putus asa, dia tetap berusaha, berusaha dan berusaha meningkatkan kompetensi dirinya walaupun berada di balik penjara yang pengap.

Akhirnya saat itu tiba, peluang besar terkuak dan tidak ada seorangpun yang mampu mengambilnya kecuali Yusuf. Maka dari balik penjara yang dingin dan pengap dia berjalan ke istana yang hangat dan megah mengambil peluang besar tersebut sambil berkata :
Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai lagi berpengetahuan(QS Yusuf: 55)

Jalan menuju impian semakin terkuak lebar di hadapan Yusuf, derita tak lagi mampu menahan langkah Yusuf untuk meraih takdir yang diimpikannya semasa kecil; sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud di hadapannya. Dengan air mata berlinang Yusuf merayakan kemenangannya sambil bersimpuh dan menengadahkan ke dua belah tangannya kemudian dengan suara lirih berkata :


Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh (QS Yusuf: 101)

Epilog


“ Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud. Dan berkata Yusuf “ Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Rabbku telah menjadikannya suatu kenyataan…..” (QS Yusuf:100)

Demikianlah adegan terakhir dalah kisah dramatis ” Yusuf Menggapai Mimpi”. Salah satu kisah dalam Al Qur’an yang berhasil menyabet predikat “Ahsanal Qoshos” (The Best Story).

 “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui(QS Yusuf : 3)

Ini bukan cerita pengantar tidur, bukan kisah dari negeri antah berantah, tapi sebuah pelajaran Tuhan yang mengguncang fikiran, menjungkir balikkan paradigma, menyengat perasaan dan membakar jiwa. Sebuah taujih Rabbani yang akan menghapuskan kata ”Tidak Bisa” dalam kamus kehidupan, membuang kata ”Tidak Mungkin” dalam catatan harian. Sebuah penawar Ilahi di saat duka dan putus asa.

Mimpikanlah keberhasilanmu sekarang, jangan hindari jalan yang paling sulit untuk dilalui, panjatlah gunung yang paling terjal untuk didaki, bila perlu ambil laut yang terdalam untuk disebrangi, kemudian bersabarlah sebentar maka yakinkanlah jalan menuju impian itu akan terkuak lebar di hadapanmu. Terakhir, jangan lupa rayakan kemenanganmu dengan ledakan rasa syukur, guyuran air mata ikhlas, dan rintihan do’a pada Sang Pembuat Takdir dari mimpi-mimpi kita.

Sekarang ambilah buku harianmu, tuliskan tebal-tebal dengan huruf paling besar tentang MIMPI-MIMPIMU, yakinkan hatimu akan mampu meraihnya, kemudian bersabarlah, maka BANGKITLAH karena KALIAN adalah YUSUF DARI MIMPI ITU.

***

Aku bukannya ingat kata perkata, tapi kisah ini sama dengan isi ceramah pekanan yang aku dapat beberapa bulan lalu, kali ini aku sajikan dengan sedikit peng-editan. Semoga bermanfaat...

Rabu, 25 Juli 2012

Giveaway Azzet: Makin Sehat dengan Ngeblog


Ngeblog banyak manfaatnya, itu pasti, sudah banyak yang mengakuinya. Bagaimana tidak, dengan ngeblog kita bisa saling berbagi cerita. Baik pengalaman, cita-cita dan mimpi, juga curhatan. Dengan aktif ngeblog kita juga bisa saling mengenal, menambah sahabat yang menghangatkan hati. Ada beragam acara yang diadakan sahabat maya diblognya, unik, seru dan tentu saja banyak hadiahnya *kalau menang atau beruntung. Alhamdulillah aku sudah merasakan sensai saat dapat bingkisan ataupun award dari para blogger. Yang selalu kuingat, jangan jadikan hadiah sebagai tujuan utama saat ngeblog. Pokoknya ngeblog saja dengan bahagia, itu yang membuat hati kita secerah mentari dan hari kita berwarna pelangi. Tak percaya? Buktikan sendiri  :D


Tapi jangan salah, ada juga lho yang setelah ngeblog jadi bete, kurang tidur, kerjaan terbengkalai, silaturahim ke tetangga di dunia nyata jadi langka. Dan ada beberapa keluhan lainnya yang masih dalam batas kewajaran sich sebenarnya, misal mata lelah atau berair. Maka untuk kondisi yang seperti ini, aku sarankan kegiatan ngeblognya dievaluasi lagi, ditinjau ulang sejenak. Mungkin ada yang kurang pas. Sebab sejatinya ngeblog itu justru bisa membuat kita makin sehat, asal benar cara pemanfaatan ngeblognya.

Maka menurutku yang baru ngeblog sejak akhir Mei 2010, tapi baru terlibat aktivitas BW sejak April 2011 ini sesungguhnya ngeblog itu adalah sarana efektif bagi kita agar makin sehat. Asalkan memperhatikan keseimbangan 3 potensi dasa yang kita miliki. Apa sajakah ketiga potensi dasar tersebut?


Potensi Fisik
Secara umum fisik kita perlu makanan seimbang juga minuman yang sehat. Maka saat ngeblog agar makin sehat kitapun tak boleh lupa makan dan tak boleh kurang minum. Selanjutnya mata tak boleh terlalu dekat dengan monitor, posisi duduk juga harus benar, tegak lurus, jangan membungkuk. Batasan jam ngeblog menurutku sangat relatif, yang penting istirahat kita tak sampai terganggu alias  jangan kurang tidur.

Dan ngeblog justru bisa membuat kita makin sehat secara fisik, karena dengan BW kita bisa mendapatkan sharing ilmu gizi seputar makanan, wisata kuliner dari dalam sampai luar negeri. Banyak rupa dan ragamnya. Sesekali memungkinkan lho untuk kita praktekkan resepnya di rumah.

Selanjutnya info kesehatan seputar pengalaman minum madu, herbal, tips untuk bugar bagi keluarga juga bisa kita dapatkan diblog para sahabat. Info sehat ini bisa kita dapatkan dengan gratis, tampa membayar jasa konsultasinya. Menyenangkan bukan?

Potensi Akal
Bagaimana cara menyehatkan akal kita, apakah kita harus selalu minum suplemen agar tak gampang pikun? Atau kita harus terus belajar mengejar gelar S sampai berjuluk Sang Profesor? Benar, akal yang sehat adalah yang selalu dipakai untuk belajar, karena dengan belajar otak kita menjadi aktif. Sehingga otak kita terstimulasi menyimpan memori dengan baik. Dengan ngeblog artinya kita terbiasa mencerna ulasan dalam banyak tulisan, kita juga terpacu untuk terus menuliskan apa yang ada dalam fikiran kita. Menulis itu bisa membuat kita terhindar dari kepikunan lho. Silakan dipraktekkan dan ceritakan hasilnya  :D

Bahkan kata Ali bin Abu Thalib, RA
"Ilmu itu ibarat kuda, dan menulis itu ibarat tali kekangnya. Maka ikatlah ilmu itu dengan menuliskannya". 

Jadi mari menulis dan teruslah menulis. Menulis diblog salah satu cara termudah yang bisa kita lakukan. 

Potensi Jiwa
Jiwa yang sehat adalah yang terbiasa berbagi, punya fikiran positif yang optimal dan pandai bersyukur. Dengan ngeblog kita dilatih untuk itu semua.

Saat membaca curhat sahabat yang sedang tertimpa musibah, lahirlah syukur dalam jiwa kita, selanjutnya kitapun juga bisa mendo'akan sahabat tersebut. Ach indahnya saling berbagi sayang lewat do'a-do'a kita yang mengangkasa. 

Saat ada sahabat yang sedang berbagi pengalaman, kita bisa diingatkan pada pengalaman kita sehingga kitapun terpanggil untuk ikut berbagi, ketok tular dalam berbuat baik, bahagianya. Saat ada sahabat yang sedang emosi kita upayakan tetap berprasangka baik, menghidupkan iklim untuk terus berfikiran positif, demi sehatnya jiwa kita.

Adalagi yang namanya potensi tambahan, sebut saja potensi finansial. Nach pada tingkatan profesional aktivitas ngeblog bisa diberdayakan untuk membangun kekuatan finansial. Banyak lho yang sudah memetik hasilnya, mereka yang sudah berhasil mendapatkan cring-cring dari ngeblog. Aku belum bisa membahas tentang ini lebih lanjut sebab belum berpengalaman, semoga dimasa mendatang akupun bisa memberdayakan potensiku finansial dengan ngeblog. Mohon do'anya  :D

Selanjutnya, ngebloglah dengan bijaksana dan suka cita. Ngebloglah dengan bahagia. Seimbang dalam semua hal. Terus menulis apasaja yang kita bisa tulis dengan tetap memperhatikan adab kepada sesama blogger. Dan agar makin besar manfaatnya, ngeblog dan menulislah dengan niat ibadah, semoga menjadi tabungan amal kebaikan kita kelak.

Ayo ngeblog dengan seimbang, agar makin sehat jiwa dan raga. Orang pintar itu banyak, tapi tak semuanya mau berbagi, atau bisa jadi suka berbagi tapi belum menemukan sarana untuk berbaginya. Adapun menurutku ngeblog adalah sarana efektif untuk berbagi. Kita sudah menemukanya. Maka teruslah berbagi dengan aktivitas ngeblog ini. 



Kumulai dari diri sendiri dan mengajak sahabat blogger semua untuk tetap ngeblog dengan sehat dan menyehatkan. Sehat untuk diri sendiri, dan berbagi sehat untuk yang lainnya. Syukuri bila bisa ikut menyehatkan sekitar kita.


"Orang pintar yang ingin sehat tak perlu minum obat penolak angin, cukup menulis saja. Ingin terus pintar dan sehat, maka teruslah menulis, dimanapun dan kapanpun, salah satunya dengan menulis di blog"

Satu lagi,  dalam ngeblog aku belajar dari air. Air yang sehat itu tak cukup dengan jernih saja. Tapi yang tak kalah penting air sehat itu tidak tergenang, sebab air yang tergenang bisa menyebabkan berkembangbiaknya jentik nyamuk sumber penyakit. Maka air sejernih apapun harus juga terus mengalir. Agar sehat dan menyehatkan. Begitu juga halnya dengan kita, kalau rajin membaca, sebaiknya lanjutkan dengan menulis. Bagilah ilmu dari yang kita baca. Karena dengan menulis artinya berbagi, kita bagai menjadi air yang mengalir, sehat dan menyehatkan. Semoga !!!

Tulisan ini diikutkan pada kontes Betapa Senangnya Ngeblog dan disponsori oleh Mahabbah.


Senin, 23 Juli 2012

Hari Anak di Ramadhan

Hari ini tepat 23 Juli rupanya? Seingatku ini hari anak nasional :D Betul dong...

Tak ada acara spesial di rumah kami. Hanya mau menuangkan cerita tentang anak-anakku.

Ramadhan kali ini Yunda dan Hamas lebih semangat disemua kegiatan. Puasa tak banyak mengeluh, tarawih berlomba-lomba, bangun sahur juga tak bermasalah.

Mulai tanggal 16 Juli 2012 lalu, Yunda dan Hamas sudah di kelas barunya. Yunda di kelas IV Ar Royyan (kok pas ya ini sama dengan nama syurganya orang-orang yang berpuasa) dan Hamas di kelas II Khaibar.

Hari Pertama, Yunda diantara siswi kelas IV.

Hamas di antara siswa II Khaibar.

Wali kelas Yunda tahun ini Bunda Tri, tanpa guru pendamping sebab mulai kelas IV sudah dianggap bisa mengatur diri sendiri. Jumlah siswa di kelas masih sama dengan tahun-tahun lalu, 20 orang hanya memang diubah-ubah mengingat kelas IV ada 3 kelas. Agar tak bosan dan menambah sahabat. Seragam Yunda tahun ini sudah masuk 'wajib' ganti, karena selain kekecilan, sudah bolak-balik sobek, jahit trus sobek lagi. Maklum sudah 3 tahun setia dipakainya.

Hamas di II Khaibar walikelasnya Bunda Ima, guru pendamping Pak Rifa'i. Aku lihat kemarin tipikalnya sedikit berbeda dengan guru kelas I dulu. Hikmahnya saat kelas II ini Hamas terkondisi untuk lebih dewasa. Beda dong waktu kelas I kan masih peralihan dari Te Ka. Oya kawan sekelas Hamas juga banyak yang berubah, dirotasi juga dari 4 lokal kelas II.

Demikianlah sekilas info yang tak seberapa ini.

Happy Ramadhan Mubarak untuk semua anak Indonesiaaaa...

Rabu, 18 Juli 2012

Pada Hariri BlogCamp

Tak ada rangkaian kata bak pujangga yang dapat kukirimkan
Tak juga senandung merdu yang bisa kulantunkan
Apalagi kado berharga yang kuhantarkan 
Hanya setulus do'a dan satu tulisan ala kadarnya ini
Yang coba mewakili rasa hatiku...



Pencil Sketch: Hormat Graakkk...
*menerapkan ilmu yang diajarkan Sang Komandan ^^


BlogCamp yang kerap kali kukunjungi di maya
Selalu menebar pesona
Gayamu khas, penuh warna-warni membangkitkan dari keminderan
Lengkap dengan bahasa yang mudah dicerna membuatku (merasa) makin pintar

Sering kali aku dibuat terkagum pada ragam tips dari BlogCamp
Cara mengikat tali sepatu
Cara membuat roti, resep sayur lodeh juga tak ketinggalan
Belum lagi tips ngeblog yang menghasilkan, acapkali membuatku manggut-manggut
Dan berjanji dalam hati untuk terus belajar dan belajar *meski belum juga sucses :(

Kalau dikau mengadakan kontes 
Dijamin bakal diserbu peserta *termasuk aku...
Sebab hadiahnya selalu menggairahkan
Temanyapun unik dan keren, membuat banyak yang tertarik 
Dan aku kapok tak ambil bagian, cukup menyesal sekali saja
Tak percaya? 
Masih ingat, Kontes Tumpeng Ngetril 61hampir setahun yang lalu?
Aku terlalu banyak pertimbangan sehingga tak jadi berpartisipasi
Ehhh ternyata, semua yang ikut dapat hadiah

Tak hanya saat kontes, ada banyak kesempatan
Saat kejutan 'tanda cinta' itu membuatku bahagia *aku tahu bukan hanya aku...
Belum lagi kesempatan jadi Model di BlogCamp, membuatku tersanjung
Sejujurnya kukatakan, "Bersyukurnya aku bisa mengenalmu"
Meski belum pernah bersua raga *semoga suatu ketika bisa berjumpa ;)

Belum lagi posting khas hari Jum'at yang selalu kurindu
Sarat makna dan menginspirasi
Dikau memang tak hanya pandai mengolah kata mutiara ataupun meraup dollar
Tapi juga jagonya mengkaji ilmu
Dan menjabar ragam hikmah

BlogCamp memang OKE, mantapnya terasa sampai ke hati
*siapa dulu Komandannya?
Semangat berbagimu membuatku iri
Ditambah lagi dengan indahnya silaturahim yang terjalin di BlogCamp
*menjadi perantara perkenalanku dengan blogger lain
Semoga kedepan BlogCamp, Komandan dan Keluarga besarnya sehat selalu
Makin sejahtera, hingga bisa terus berbagi dan semakin menyala


"Pokoke semoga BlogCamp terus Berjaya !!!"



                             Persembahkan khusus untuk Blogcamp yang sedang berhariri yang ke-3

Kamis, 12 Juli 2012

Belajar kepada Musa


Kabayan dapat tetangga baru. Mas Paijo, wong Solo pedagang bakso. Sebagai pendatang baru, Mas Paijo cukup tahu diri. Tak lama setelah pindah, segera ke rumah Kabayan menyampaikan undangan khusus agar datang pada jamuan makan sore di rumahnya untuk mencicipi sop ayam istimewa buatan istrinya yang lezatnya tiada tara.

Di waktu ditetapkan, Kabayan bergegas pergi ke rumah Mas Paijo, rasanya tidak sabar untuk menyantap hidangan sop istimewa istri Mas Paijo. Kebetulan Nyi Iteung nggak bisa ikut karena harus menemani ibunya ke luar kota, sehingga dia berangkat sendiri.

Sampai di rumah Mas Paijo, Kabayan langsung dipersilakan ke meja makan. Kabayan melirik dengan ekor matanya ke atas meja makan, terlihat sayur sop yang masih mengepul dengan sambal cabe rawit yang pedas. Sayur tersebut luar biasa harumnya membuat Si Kabayan beberapa kali harus menelan air liurnya.

Setelah duduk di meja makan, Mas Paijo segera menyodorkan piring dan nasi putih yang pulen kepada Kabayan. Kabayan langsung menyambarnya, dan nasi putih sudah menggunung di atas piring. Dengan sumringah Mas Paijo berkata lagi ,"Monggo Mas iki sambelnya" Kabayan pun langsung mengambil sambel yang ditawarkan Mas Paijo.

Kemudian tangannya terus bergerak ke arah sayur sop yang diincarnya dari tadi, tapi tiba-tiba dia menghentikannya ketika mendengar Mas Paijo melanjutan ucapanya ,"Lha iki JANGAN Mas !" . Hal itu terus berulang-ulang, akhirnya Kabayan cuman makan nasi sama sambal saja sampai matanya berair kepedasan.

Akhirnya Kabayan pulang ke rumah, kebetulan istrinya sudah datang. "Ndak sopan Si Paijo, Akang nggak akan datang lagi ke rumahnya !". "Kenapa gitu Kang", kata istrinya heran. "Masa Akang cuman disuruh makan sambel !”. Sementara itu, di rumah Mas Paijo, setelah Si Kabayan pulang, Mas Paijo berkata dengan penuh keheranan kepada istrinya, "Bu kenapa ya kok Mas Kebayan nggak mau makan sayur sop kita, apa sop kita nggak enak ya Bu ?"

Renggangnya pertemanan, atau pecahnya rasa persaudaraan terkadang disebabkan oleh sebuah permasalahan yang sebenarnya kecil tetapi kurang terkomunikasikan dengan baik. Sebagaimana halnya Kabayan dan Mas Paijo yang mengalami keretakan hubungan karena kegagalan dalam mengkomunikasikan kata “ JANGAN ”. ‘Jangan’ yang dimaksud Mas Paijo adalah sayur itu sendiri, tapi ‘jangan’ yang difahami Kabayan adalah Tidak Boleh.

Allah menciptakan manusia dalam beragam bangsa, suku, bahasa, sifat dan karakter. Dalam keragaman tersebut manusia harus berkomunikasi satu sama lain menyampaikan keinginan, ide, gagasan atau pun hanya untuk sekedar bertegur sapa. Maka setiap hari ada milyaran mungkin trilyunan kata, tulisan, simbol, ataupun isyarat yang disampaikan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain. Sehingga terjadinya miss merupakan sebuah kewajaran dalam berkomunikasi bahkan mungkin keniscayaan.

Dalam kehidupan bermasyarakat  yang anggotanya manusia, terjadinya miss adalah juga sesuatu yang mungkin terjadi. Antara sesama tetangga ataupun rekan kerja. Bahkan bisa jadi dengan staff atau atasan di kantor karena berbagai sebab, faktor dan keadaan yang melingkupinya.

Menyadari miss komunikasi itu mungkin terjadi, kita harus terus menerus berusaha untuk memperbaiki cara, pola dan metoda dalam berkomunikasi sehingga mutual understanding (pengertian bersama) yang menjadi tujuan komunikasi bisa tercapai secara efektif atau bahkan mungkin sempurna tak ada miss sedikitpun.

Dalam konteks ini, kita bisa belajar metoda komunikasi kepada Musa as, yang diabadikan Allah di Al-Qur’an.

" Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka mengerti perkataanku(QS Thoha 25-28).

Walaupun ayat ini secara khusus terkait komunikasi Musa kepada Fir’aun, tetapi secara umum hikmahnya tetap bisa kita petik. Bahwasanya kunci sukses komunikasi menurut ayat ini adalah lapang dada (insyirahu shadri). Ketika dada lapang, urusan akan menjadi mudah (tasirul umur) dan lidah pun akan lancar terbebas dari kekakuan (uqdatul lisan) akhirnya orang akan faham dengan apa yang kita maksud.

Negasinya jika dada sempit, segalanya jadi rumit, urusan menjadi sulit dan lidah pun akan menjadi kaku dan kelu akhirnya orang tidak faham dengan apa yang kita maksud. Saat dada selapang air minum di gelas, nyamuk mati yang masuk ke air akan menjadi masalah besar. Tetapi ketika dada selapang air di Sungai Musi, jangankan seekor nyamuk mati, kerbau mati pun tak kan jadi masalah berarti.

Lapang dada merupakan buah dari kedekatan hubungan kita kepada Allah yang dibangun lewat tilawah yang tak kenal lelah, shalat malam yang tak pernah padam, puasa yang tak pernah jera, dzikir yang tidak kikir dan berbagai ibadah sunnah lainnya yang dicontohkan Rasulullah saw.

Maka, periksa dada kita ketika akan berkomunikasi. Komunikasi apa saja, kepada siapa saja. Terlebih ketika akan mengkomunikasikan hal-hal yang sensitif. Jangan sampai Tragedi “Jangan” antara Kabayan vs Mas Paijo menimpa kita.

Wallahu ‘alam.

***
Disarikan dengan sepenuh hati dari nasehat pekanan.
Sya'ban sebentar lagi, mari sambut Ramadhan dengan suka cita.

Selasa, 10 Juli 2012

Bahagia akan Bertunas

Bahagia akan bertunas? Judul puisi karya seorang Ririe Khayan ini sangat yang mengusikku. Agak tak biasa, sebab yang umum diungkap adalah bahagia akan merekah, atau bahagia akan mekar. Apa ya isinya? Adakah seperti dugaanku, puisi ini mengungkapkan sebentuk harapan.

Yang jelas membuatku kagum ternyata judul puisi ini justru diakui lahir 'instant' bukan sejak awal proses kreatif saat puisi ini ditulis. Salut. Agar lengkap, maka kulengkapi dengan sedikit masukan, walau aku tahu yang namanya puisi bebas memilih kata. Tapi kata 'melamun' pada puisi ini menurutku sebaiknya diganti dengan kata 'merenung', tidak mengubah arti bukan? Tapi konotasi merenung terkesan lebih positif, sesuai dengan keseluruhan isi puisi ini yang berisi aura kebaikan. 

Dan saat aku teliti isinya ternyata memang tentang serangkaian harapan untuk lebih baik lagi dimasa-masa mendatang. Terkait dengan moment muharram 1433 H yang lalu. Aku do'akan sepenuh hati apa yang menjadi do'a dan harapanmu semuanya terkabul. Semoga sel-sel bahagia itu sudah bertunas kini. Selanjutnya semoga tunas-tunas bahagia itu akan terus tumbuh terpelihara dengan rasa syukur dan teruji dengan segenap kesabaran. 



“Tulisan ini diikutsertakan dalam "Giveaway Kidung Kinanthi: Kata dalam Puisi"


Senin, 09 Juli 2012

Perjalanan 10 Tahun

Banyak yang ingin kutulis, tapi situasi dan kondisi sedang tak memungkinkan.
Bahkan posting inipun tertunda 2 hari dari semestinya, sebab sebenarnya 7 Juli 2012 kemarin perjalanan kami tepat 10 tahun.

Jadi maaf bila hanya foto ini yang bisa hadir, memohon do'a sahabat semua...


photo edited for free at www.pizap.com
Mewakili kenangan 10 tahun yang lalu.
*saat diri masih malu-malu...

Lokasi Pemotretan di Pemakaman Puncak Sekuning, 3 hari setelah akad nikah. Dan memang jadwal kami setelah akad nikah berkeliling silaturahim kepada keluarga, dan ziarah ke makam nenek kakek. Sekalian pacaran maksudnya 

Sabtu, 07 Juli 2012

Saatnya Orange

Hamas dan Abinya, Tim Orange.
Pilkada DKI Jakarta tinggal 4 hari lagi
Harapanku semua warga Ibukota menggunakan hak pilihnya
Dan seperti inginnya banyak orang, cukup satu putaran saja
Saatnya ORANGE *nomor berapa ya? kampanye terselubung, pizz...

Kamis, 05 Juli 2012

Pada Pertengahan Sya'ban

Sudah dipertengahan Sya'ban. Apa yang sudah kusiapkan untuk songsong Ramadhan? Yang pasti selalu ada harapan agar Ramadhan ini lebih baik dari Ramadhan yang sudah lalu. Banyak peristiwa terjadi diawal Sya'ban ini, dari mulai pentas seni dan perpisahan juga pembagian raport Yunda dan Hamas. Semua moment 'penting' ini belum sempat kurekam, maka hari ini akan kurangkum sebagai catatan pribadi. 

Kelulusan Perdana.
Perpisahan di SDIT Bina Ilmi tahun ini dikemas agak berbeda, sebab sekalian melepas kelulusan kelas VI untuk pertama kalinya. Angkatan pertama ini terdiri dari 1 kelas berjumlah 24 siswa, termasuk didalamnya Kakak Zaky, sepupu tertua Hamas. 


Kakak Zaky yang pojok kiri, senyum bahagia ^^


Pada sambutan orangtua kelas VI, aku terharu, betapa saat UAN mereka berjuang untuk menyakinkan dirinya bahwa anak-anak mereka bisa lulus murni dengan bermodalkan kejujuran. Mana lagi belum ada kelulusan sebelumnya hingga membuat mereka ketar-ketir juga. Dan syukurnya semua sucses, lulus dengan nilai yang memuaskan, bahkan ada 2 siswa yang mendapat nilai 10 untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.

Pentas Seni.
Acara pentas seni ikut menyemarakkan perpisahan di Bina Ilmi. Masing-masing kelas menampilkan kreasinya. Kelasnya Yunda dengan puisi - lagu 'Laskar Pelangi' dan 'Guruku', sucses membuat kami yang hadir terkagum haru. Kelasnya Hamas menampilkan atraksi 'five litle ducks' yang sangat menghibur.

Raportnya Yunda dan Hamas.
Alhamdulillah nilainya sangat baik. Yunda dapat peringkat 1 dan Hamas dapat peringkat 5, satu-satunya siswa yang masuk 5 besar, yang lainnya siswi. Di Bina Ilmi tak ditulis peringkat dalam raportnya, hanya kerap kali Bunda Gurunya menyebutkan saat kita tanda tangan absen pengambilan raport, tampa bertanya. Walau sejujurnya aku senang juga diberi tahu peringkatnya anak-anak.

Sekarang anak-anak sedang menikmati liburannya. Awal liburan sudah dihabiskan di Way Kanan, rumah Jidah-Datuk. Kemarin baru pulang. Masih 2 pekan lagi, rencanaku akan diisi dengan ragam kegiatan untuk mempersiapkan Ramadhan. Tahun ini adalah Ramadhan keduanya Hamas. Sedang Yunda sudah yang kelima kali ikut puasa di bulan yang penuh barokah ini. Satu yang selalu aku ingatkan pada diri, bahwa puasa di bulan Ramadhan memang belum wajib bagi ananda, tapi ada baiknya dibiasakan. Maka tak perlu ada paksaan, membiasakan dengan penuh cinta, biar mereka sendiri yang akan mengenang suka cita Ramadhan saat masa kecilnya. Untuk itu semua perlu disiapkan jauh hari, sejak Sya'ban ini, agar mereka ceria bahagia mengisi Ramadhan.

Minggu, 01 Juli 2012

Pesona Tari Pagar Pengantin

Tari Pagar Pengantin, adalah tarian khas daerah Palembang. Tarian yang biasanya ditampilkan saat resepsi pernikahan. Tari ini dijadikan simbol melepas masa lajang bagi pengantin wanita. Dilakukan bersama saudara perempuan lainnya, bisa berjumlah 3, 5 atau 7 orang. Sang pengantin wanita menari ditengah sebuah nampan besar (dulang, bahasa Palembangnya) disaksikan oleh mempelai pria. Hal ini mengambarkan bahwa sang pria siap menjaga sang istri.

Meski tari ini terkenal namanya, tapi sekarang jarang ditampilkan oleh mempelai wanita di daerah Palembang. Padahal setahuku Tari Pagar Pengantin ini terkategori unik, karena tak semua daerah di Nusantara memilikinya. Berbeda dengan Tari Gending Sriwijaya yang dilakukan untuk menyambut tamu sebagai simbol penghormatan, masing-masing daerah ada tari serupa ini, walau dengan nama yang berbeda. Sebut saja Tari Sembah di daerah Lampung, maksud dan tujuannya sama-sama untuk menghormati tamu.

Sementara Tari Pagar Pengantin, kekhasan maksudnya belum kutemukan selain di Palembang. Pertama kali menyaksikan Tari Pagar Pengantin saat menghadiri resepsi pernikahan Kakaknya sahabatku. Zaman masih kuliah dulu. Sempat bertanya juga, apakah semua pengantin wanita Palembang harus menari seperti ini? Kesimpulanku saat itu, tidak harus. Repot juga kalau dijadikan syarat, batinku. 

Dan dulu saat resepsi pernikahanku meski memakai busana adat Palembang, aku bersyukur tak diminta mertua untuk belajar Tari Pagar Pengantinp ini, seandainya dulu diagendakan tak terbayang bagaimana harus berlatih. Tak akan sempat, sebab dulu aku sedang padat stase di Rumah Sakit Jiwa. 

Setelah menikah dan sering menghadiri acara resepsi pernikahan sahabat juga kerabat, ternyata Tari Pagar Pengantin bukanlah salah satu tari yang sering kusaksikan. Bisa dibilang jarang atau hanya sesekali. Diantara banyaknya sepupu suamiku yang menikah dengan orang asli Palembang, hanya 1 yang mengikuti tradisi menampilkan tarian khas ini. Tarian Pagar Pengantin ini seolah mulai dilupakan.

Maka aku salut pada seorang Siti Ruby Aliya Radjasa yang mau sengaja melatih dirinya selama kurang lebih 3 bulan untuk menampilkan Tarian Pagar Pengantin pada acara resepsi pernikahannya (munggah, dalam bahasa Palembang) di Istana Cipanas, November 2011 lalu. 


Asal gambar, Klik disini.
Gambar lainnya bisa lihat disini. 

Tak ayal lagi Tari Pagar Pengatin sempat menjadi buah bibir kala itu. Resepsi pernikahan Aliya dengan Ibas, putra Presiden SBY makin terasa eloknya. Pasalnya tarian khas yang cenderung langka ini jadi salah satu agenda yang ditunggu banyak pihak, kapan lagi bisa melihat pengatin wanita menari. Hanya memang ramainya acara munggah tersebut belum bisa menandingi pesta pernikahan Pageran William di Negerinya.

Selanjutnya tak berlebihan kiranya bila akupun berharap Tari Pagar Pengantin ini bisa terpelihara sebagai kekayaan khasanah budaya bangsa, bukan hanya agar tak dicaplok bangsa lain. Tapi karena tari ini memang pantas dijadikan sebuah kebanggaan, betapa kayanya budaya kita. Pengantin mana di dunia ini yang bisa gemulai menari dengan balutan busana pengantin lengkap, kalau bukan di Negeri kita. Apa nama tarinya? Tak lain dan tak bukan, itulah Tari Pagar Pengantin yang mempesona.



Artikel ini diikutsertakan dalam Jambore On the Blog 2012 Edisi Khusus 
bertajuk Lestarikan Budaya Indonesia