Diawali dengan aktivitasku menulis (lagi) terinspirasi dari seringnya membaca catatan di facebook, senang bisa dapat banyak hikmah dan juga menjalin persahabatan, terlebih caranya mudah dan gratis. Apalagi ajakan menulis bersama yang menurutku sangat membantu orang-orang yang punya minat menulis tapi tak punya ilmu tentang kepenulisan sepertiku. Dan berkat berbagi ilmu kepenulisan yang juga dibarengi kesempatan untuk menulis bersama, puisi pertamaku masuk dalam buku antalogi “Selaksa Makna Cinta” yang digawangi group UNTUK SAHABAT. Selanjutnya saat beberapa tulisan aku posting di facebook, ada adik tingkatku yang rajin membaca tulisanku kasih masukan. “Mbak buat blog aja, lebih seru lho kalau nulis di blog”, kira-kira begitu katanya.
Saat itu akupun langsung minta diajari buat blog, tapi karena ia sedang sangat sibuk sekali, jadilah aku hanya diajari dasarnya saja. Yang penting bisa entri baru. Jujur itu saja sudah membuatku takjub, ternyata nulis diblog jauh lebih keren, begitu fikirku saat itu. Buka-buka (atau ngintip bahasaku) blog orang lain membuatku makin penasaran belajar membuat blog yang cantik, tapi aku ternyata masih si-blogger pemula yang pemalu hingga jadinya sering malu-maluin Malu bertanya pada orang yang belum kukenal. Sementara mereka yang ada dilingkungan nyataku tak ada yang blogger. Jadilah aku ngeblog dengan gayaku sendiri. Sampai saat aku awal ngeblog April 2010 yang lalu, aku bahkan sudah pernah menemukan ajakan kontes blog yang diadakan Mbak Anazkia dan Denaihati dengan tema berbagi kisah sejati, ingin ikutan tapi bingung caranya. Cantumkan banner dan buat link hidup, wallaaah aku nggak ngerti apa maksudnya. Waktu mau belajar tanya-tanya dengan adik tingkatku yang ngerti, ternyata waktunya keburu habis. Yang kuingat ada follownya Mbak Anazkia di blogku, tapi maaf aku beneran nggak ngerti cara follow balik kala itu. Parah ya....
Blogwalking? Sejujurnya aku juga baru tahu caranya *Ayo ngaku yang sudah ngajarin aku, terima kasih yaa... Walaupun blogwalking ternyata butuh waktu khusus Tapi aku setuju bahwa blogwalking itu bisa diniatkan untuk silaturahim, gratis lagi... akupun suka nuansa silaturahimnya yang hangat, berbeda dengan gaya pertemanan di facebook. Saat itulah aku mulai menikmati aktivitas ngeblogku. Tapi yang harus diingat adalah azas keseimbangan, bahwa silaturahim di dunia nyata jangan sampai terlewatkan. Amatlah tercela bila kita bisa dekat dengan orang-orang yang jauh lewat blog sebaliknya blog menjauhkan kita dengan orang-orang terdekat kita. Hidup sehat dengan silaturahim di maya terlebih di nyata.
Balik dulu ke asal muasal meletupnya semangat menulisku yaa *maaf buat yang sudah bosan dengan ceritaku tentang yang satu ini, tapi buatku ini sangatlah bermakna, karena aku merasa makin sehat dengan menuliskannya... tak bisa dipungkiri ini semua dipicu oleh satu pertemukan dengan tokoh penulis wanita Negeri ini yang sudah go internasional, siapalagi kalau bukan Helvy Tiana Rosa, yang karyanya sudah menginspirasi banyak orang. Dan pertemuan dengan tokoh FLP inipun terjadi di tanah haram, Mekkah Al Mukarromah tanggal 02 Desember 2010 bertepatan dengan musim haji 1431 H yang lalu, saat aku menjalankan tugas sebagai dokter kloter atau dikenal dengan sebutan TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia). Pertemuan ini terjadi atas undangan seorang teman facebook yang juga pengurus FLP Saudi Arabia, karena mereka sedang mengadakan workshop kepenulisan yang menghadirkan Mbak HTR sebagai pembicara, memanfaatkan moment Mbak HTR yang juga sedang berhaji.
Aku yakin, siapapun yang punya mimpi jadi penulis, pasti senang bisa bertemu dengan Mbak HTR, tak terkecuali aku. Apalagi kalau itu di tanah haram, Mekkah. Senangnya tentu berlipat ganda. Terlebih bila tidak hanya sekedar ketemu, melainkan bisa menimba ilmu penulisan langsung darinya. Kebayangkan rasanya. Itu yang kualami. Pesan Mbak HTR tentang menulis, sangat singkat tapi langsung kuaplikasikan. Sederhana saja ternyata. Bahwasanya menulis itu hanya perlu satu kata, mulai, itu saja. Semua kemauan, semangat, bahkan bakat tak akan ada artinya, karena tidak akan pernah bisa menghasilkan sebuah tulisan. Sekali lagi menulis hanya butuh satu kata “mulai”. Selanjutnya beliau menyarankan untuk mempublikasikan tulisan agar kebaikan dari yang kita tulis bisa dirasakan banyak orang, jadi tulisan kita semakin berkah. Beliau memberikan tips, jangan ragu, publikasikan saja. Jangan khawatir tak ada yang membacanya. Beliaupun mewanti-wanti bahwa menulis itu ibarat jurus kungfu, akan makin lihai bila sering dilatih, jadi menulislah terus. Usahakan tiap hari ada yang kita tulis, walau hanya satu kalimat, anggaplah kita sedang melenturkan otot-otot dalam berlatih kungfu. Atau dalam kata lain pena itu ibarat pedang, akan tajam sebuah pedang bila sering diasah. Begitu pesannya, singkat saja, jadi memudahkan kita untuk melaksanakannya. Aku yakin sekali pertemuanku dengan Mbak HTR adalah skenario hebat dari Allah yang Maha Segala agar aku makin rajin menulis. Thanksfull to Mbak Helvy untuk ilmu dan semangat menulisnya. Walau aku hanya pertemu sesaat, bahkan tak sampai acara selesai, tapi nasehatmu telah mampu menggerakkanku. Menulis dan terus menulis. Dan soal semangat menulis diblogku sekarang sedang happy-happy ye yee... sampai akupun tidak pernah lagi memposting di facebook, keasyikan nulis diblog jadi lupa buka facebook.
Sekarang saatnya kembali ke ngeblog. Aku makin keranjingan menulis diblog karena bisa dihias-hias sesuka hatiku, menampilkan foto-foto yang berkesan bagiku. Aku menganggap menulis diblog sebagai ajang belajar mempublikasikan tulisan. Mumpung gratis. Apalagi sekarang sudah punya teman sesama blogger yang tulisannya sarat ilmu dan juga menghadirkan rasa persaudaraan yang begitu hangat, membuatku makin suka ngeblog. Dan kemajuan pesatku selain sudah acapkali ikutan kontes-kontesan menulis juga GA yang diadakan oleh para sahabat sesama blogger, aku sudah pernah mencicipi jadi penyelenggara GA bareng Tia. Berasa senang saat ada sahabat blogger yang ikutan, serunya saat penjurian, dan beragam hikmah lainnya.
Bahwa menulis itu Universitasnya adalah membaca itu sudah kita ketahui, dan akupun mengakui kebenarannya. Semakin banyak kita membaca, makin kaya juga ide yang bisa kita tulis. Sejak kecil aku suka membaca, membaca apa saja. Karenanya aku sangat percaya, bahwa semua orang yang suka membaca sebenarnya bisa menulis. Tapi mengapa banyak orang yang belum juga mau menulis? Padahal bila keutamaan menulis sudah kita ketahui, maka tak ada alasan untuk tidak mulai menulis. Ingatkanlah pada diri kita bahwa tradisi membaca dan menulislah yang telah menghantarkan umat islam mencapai puncak kejayaannya. Tradisi membaca dan menulis terus mewarnai setiap aktivitas ulama dan intelektual muslim terdahulu sehingga mampu menghantarkan kejayaan sebuah peradaban yang diawali dengan mengikat ilmu dengan tulisan dan menyebarkannya. Sebagaimana dikatakan Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”, maka itulah sebabnya para ulama zaman awal tidak pernah melepaskan hari-harinya dari aktivitas menulis.
Setelah tahu keutamaan menulis, selanjutnya semangati diri kita bahwa dengan menulis, kita bisa mengabadikan fananya hidup ini. Bukankah dengan meninggalkan tulisan maka nama kita akan terus ada? Kata seorang adikku, “Dengan menulis aku akan membuat dunia mengingatku, bahwa aku pernah ada”.
Aku sebenarnya suka menulis sejak dulu, biasanya untuk mengungkapkan rasa hati yang menurutku paling aman bila diluapkan lewat goresan jemari, aktivitas menulis yang hanya kunikmati sendiri. Lega rasanya bila sudah menumpahkan rasa yang mengganjal atau harapan yang bertumpuk lewat berlembar tulisan, seolah sebagian bebanku hilang. Saat itu aku suka sekali dengan ungkapan bahwa menulis bisa jadi keranjang sampah yang sehat buat diri. Pada tahap berikutnya aku terinspirasi dengan ulasan seseorang, “Sebenarnya sampah yang diolah justru akan semakin banyak manfaatnya” Maka selanjutnya tulisanku sampai ketangan orang-orang terdekat, walau hanya sesekali alias jarang sekali. Dulu zaman kuliah pernah ikut menulis di mading dan majalah fakultas, tapi hanya sesekali. Faktornya tak lain karena malu Iya malu, entah karena apa, akupun gagal menemukan penyebabnya. Jadi malu, karena pernah menaruh malu justru tidak pada tempatnya. Selain itu juga aku tak punya ilmu yang cukup tentang kepenulisan, sering diajak ikut acara latihan kepenulisan oleh banyak temanku, tapi waktunya selalu tak tepat. Jadilah aku hanya sebatas semangat dan minat saja.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula aku belajar. Belajar dari lingkungan sekitar dan beragam peristiwa, aktivitas menulisku diilhami oleh para tokoh yang telah berhasil berjuang dengan tulisannya, dengan karya-karyanya. Terutama sosok Zainab Al Ghazali, beliau yang terlahir di wilayah Al-Bihira, Mesir pada 1917, dan merupakan keturunan dari kalifah kedua Islam, Umar bin Khattab dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Zainab Al-Ghazali adalah satu dari banyak pejuang wanita yang mengukirkan sejarahnya dengan menulis. Pena telah menjadi alat perlawanannya untuk menentang kezaliman melawan rezim Mesir pada saat itu, Presiden Gamal Abdul Naser. Hingga ia harus mengalami hidup yang penuh siksaan dalam tahanan. Tapi semua itu tidak membuatnya gentar, penjara dan siksaan tidak pernah mematahkan tekadnya bahkan membuatnya lebih kuat. Zainab Al-Ghazali meninggalkan jejak perjuangannya, ia telah mengukirkan sejarah dirinya.
Demikianlah, dengan pena, seorang tokoh bisa menombak penguasa yang telah berlaku sewenang-wenang. Pena di tangan seorang tokoh kerap bersuara meskipun harus pula berbuah penjara dan siksaan. Ya, menulis memang mampu menghadirkan banyak fenomena. Begitu banyak tokoh mencipta karya, begitu banyak fenomena tercipta. Satu fenomena yang seakan-akan mengguratkan heroisme adalah perlawanan pena seorang tokoh.
Adalah aku, aku baru mulai menulis lagi, walaupun dengan segala keterbatasan. Alasan utama aku mulai menulis, bukan karena ranah bicaraku kehabisan kata, akau dibungkam penguasa. Bukan. Bukan pula karena medan gerakku disekap atau dikebiri, sungguh bukan karena itu semua. Aku (mulai) menulis karena aku makin meyakini bahwa hanya dengan menulislah aku akan terus hidup. Bahwa hanya dengan menulis, jejakku akan bisa direkam. Dan menulis diblog selain bisa untuk itu, juga bisa mendatangkan banyak berkah termasuk rupa-rupa hadiah dari para penyelenggara. Hallaahh, itu buatku itu nomor sekian karena yang paling penting adalah latihan menulis, mengikuti sarannya Mbak HTR, rajin latihan kungfu, maksudnya banyak-banyak latihan nulis. Kedepan aku ingin juga menambah ilmu tentang dunia blogger, serba-serbi ngeblog ria. Agar blogku makin bergizi dan menghasilkan cring-cring, semoga tak hanya mimpi atau igauan semata. Sebuah proses yang masih harus banyak belajar.
Aku banyak belajar dari membaca tulisan para sahabat blogger, membaca pengalaman hidup yang penuh liku membuat aku belajar kuat dan bersabar. Lain waktu aku belajar syukur setelah membaca tulisan tentang anugerah atau peristiwa kelam yang dialami seorang yamg ditulisnya diblog. Achh, sungguh banyak inspirasi yang bisa kudapat, semuanya mampu memperkaya dan menyehatkan jiwaku. Benarlah bila ada pendapat yang menyatakan, "Orang pintar itu hebat, tapi yang mau berbagi itu yang lebih hebat"
Kalau quote-ku lain lagi:
Orang pintar yang ingin hebat tak perlu minum obat penolak angin, cukup menulis saja. Ingin pintar, hebat juga sehat, maka teruslah menulis, dimanapun dan kapanpun, salah satunya dengan menulis di blog.
Dan dalam ngeblog aku belajar dari air, tak cukup dengan jernih saja tapi yang tak kalah penting jangan sampai tergenang. Karena ini bisa menyebabkan berkembangbiaknya jentik nyamuk sumber penyakit, maka air sejernih apapun sebaiknya teruslah mengalir. Agar sehat dan menyehatkan.
Lalu bagaimana bila ada orang yang mencemooh atau bahasa bijaknya mengkritisi aktivitas ngeblog kita. "Iih lebay banget sich, sok mau jadi bloggerwati. Atau emang kurang kerjaan apa ngeblog segala?" Tahan, jangan keburu emosi, anggap saja ini orang yang belum mengerti, jangan keburu bilang ulah orang yang iri. Yang paling tahu tentang diri kita adalah diri sendiri, jadi maju terus. Dan tetaplah berbaik sangka. Agar sehat jiwa dan raga.
Ayo Ngeblog: Mengambil semua manfaat sehat dan Menebar segala yang bisa menyehatkan. Gratis dan barokah. Karena Kita pernah Ada.
Menulis dan menulis adalah kegiatan utamaku diblog, mengambil manfaat sehat sebanyak-banyaknya dari kegiatan ngeblog ini dan juga semampuku menebar segala yang bisa menyehatkan. Sekecil apapun, yang penting ikhlas, semoga menuai barokah. Merekam jejak diri, semoga bermanfaat minimal untuk orang-orang terdekat. Karena kita pernah ada. Semoga abadi, mampu memberi warna sekitar, menghusung cerah semesta.
|