Senin, 14 Mei 2012

Bukan Pesawat Sukhoi

Pertama-tama aku ingin menyampaikan bahwa kami sekeluarga turut berbela sungkawa atas meninggalnya para korban Sukhoi. Semoga diterima semua amal baiknya dan keluarga yang ditinggalkanpun diberikan ketabahan dan kekuatan.

Awalnya aku mengira hanya aku yang menganggap pemberitaan media mengenai 'Tragedi Sukhoi' , sudah over. Ternyata saat baca tulisannya Abi Sabila di Satu Dari Sekian Jalan, baru nyadar ternyata bukan hanya aku yang berpendapat demikian. Dimana tentang jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sedang 'joy flight' di Gunung Salak, Bogor pada Rabu 9 Mei 2012 lalu disiarkan sampai berulang-ulang dengan ragam versi dan pendapat dari banyak pihak. Mulai yang objektif sampai yang bernuansa bombastis. Belum lagi yang menghubungkannya dengan mistis segala rupa. Penasaranku akhirnya sukses bersalin rupa menjadi rasa bosan. Sukhoi lagi, Sukhoi lagi. Geser sedikit ke Gunung Salak bukan Salak Gunung.

Dan disinilah aku makin yakin, bahwa pengaruh media sangatlah besar, bisa mengubah opini publik bahkan sampai bisa mengubah prilaku. Di kantorku, sempat terdengar ada kawan yang akhirnya memilih batal liburan ke Lombok dalam waktu dekat ini. Obrolan dibanyak kesempatan, hangat membicarakan Sukhoi. Gunung Salak jadi laris manis ikut dibahas juga. Gerah aku. Belum lagi kisah serunya Ibun, rekan satu timku saat ke Belitong yang sedang hamil. Dia mengirimiku sms sore setelah mendengar berita hilangnya pesawat Sukhoi diseputaran Gunung Salak. Bunyi sms singkatnya, "... itu pesawat serupa yang kita naiki saat ke Belitong" Mesemlah aku dibuatnya, wong jelas-jelas berbeda, Sukhoi itukan pesawat canggih, superjet gitu lho...  

Mungkin besarnya yang mirip. Saat ketemu di kantor keesokan harinya, Ibunpun bilang bahwa ia jadi takut naik pesawat. Apalagi kalau naik pesawat kecil seperti Sky kemarin. Wajahnya dibayangi kengerian. Mungkin juga dipengaruhi Tragedi Sukhoi (9/5) berjarak sekitar seminggu dengan perjalannan kami ke Belitong (23-27/4), dan kami bertiga saat itu PP naik Sky. Saat kuledek sambil menenangkannya, ia tampak masih belum ceria. 

Lucunya, selang beberapa hari saat para korban Sukhoi ditemukan dan disebutkan identitasnya bahkan beberapa disertai foto, Ibun menghampiriku lagi. "... itu pramugari yang barengan kita PP Palembang-Belitong" Bahkan disebutkannya nama. Samar memang aku mengingatnya, sebab 2 pramugari yang menyertai kami itu sama saat pergi dan pulang. Aku rada yakin saat membaca daftar nama memang ada 9 kru Sky Avition yang menjadi korban. Bisa jadi pendapat Ibun benar. Karena aku sendiri tak browsing fotonya *wallahu'alam...

Berikut ini bonus foto pesawat Sky *yang kami tumpangi dulu dan seputaran Bandara Udara H. AS. Hanadjoeddin, Tanjung Pandan. 

Tampak dari dalam, Bandaranya kecil tapi bersih, bangunan baru. 

Ini yang membuatku bangga. 
Penasaran, melonggok kedalam, bagus.
Reflika SD Laskar Pelangi di dinding Bandara.
Sengaja kupajang, mengobati kecewaku tak bisa melihat langsung,
padahal sudah sampai Gantong.

Menyempatkan foto-foto sesaat mau terbang, sebab dulu waktu tiba di Belitong tak ada sesi pemotretan:DBumil mabok kelaperan, baca liputannya di Belitong, Aku Datang.

Kenal dengan H. AS. Hanadjoeddin?
Tampak langit berawan, sedikit mendung.
Pesawat yang imut-imut.
Narsis sejenak, sayang tak bersama pramugarinya.

Demikianlah ceritaku yang berbungkus pesawat Sukhoi, padahal isinya melengkapi catatan perjalanan ke Belitong kemarin yang memang sayang bila tak kurekam dalam blog sederhana ini, dokumen pribadi, jadi maaf kalau banyak sahabat yang sudah bosan, huuppss kabur, lari... 

Berita tambahan, syukurnya anak-anakku di rumah tak ikutan larut dalam pembahasan Sukhoi ini, ada beberapa dialog tapi hanya seadanya. Nonton beberapa kali liputannya saat bersamaku, karena aku yang memang penasaran juga, hmmm... apalagi waktu hari-hari pertama pemberitaan hilangnya Sukhoi dulu.

Balik ke Sukhoi sejenak, alhamdulillahnya aku tak termasuk orang yang takut apalagi trauma terbang pasca Tragedi Sukhoi, karena aku meyakini, kematian bisa terjadi dimana dan kapan saja, bahkan diatas kasur saat kita tidur, kalau Allah sudah berkehendak. Jadi jangan ragu ya kalau ada yang ingin menghadiahkan aku tiket liburan ke Lombok atau Bali, yang gratisan tentu lebih terasa nikmatnya. Betul? Betul dong :D:D

26 komentar:

nicamperenique mengatakan...

Setiap tragedi biasanya memang meninggalkan bekas, sekalipun kita bukan korban langsung.
Aku yang mau mudik bentar lagi pun gitu kok mbak, deg2an, tapi yaaa pasrah aja deh, toh maut bisa datang di mana pun dan kapan pun :)

Una mengatakan...

Lebih nikmat kalau bisa bayarin orang hehe :D
Aku gk ngikutin berita Sukhoi mbak...
Itu aja menurutku kok beritanya Sukhoi Sukhoi mulu :(

Unknown mengatakan...

Wuah mbak, nggak disangka juga ternyata ya, pramugari yang ikut bareng mbak jadi meninggal karena sukhoi. Yaa, kematian nggak memandang kecantikan mbak

An mengatakan...

Yap, Bunda..Memang harus memberikan ruang pengertian kepada ortu dgn kondisi sebenrnya ^^
Jujur, saya tidk kapok naek pesawat..saya begitu menikmatinya..Yap, mengalihkan persepsi negatif dgn berpikir positif
www.aniamaharani.blogspot.com

al kahfi mengatakan...

bener juga ya mbak,,ntah mengapa setiap ada kejadian, musibah yg heboh di televisi selalu saja setiap channel bahasnya ya itu2 saja,, di ulang2 terus,,sampai 2 beberapa hari,,sampai2 bosen beritanya itu2 saja kronologisnya saja yg di ceritakan,, yg pentingkan hasil akhirnya

Lidya Fitrian mengatakan...

pemberitaannya dari yang biasa-biasa sampai lebay ya mbak

Orin mengatakan...

Paling aku nonton ini pas makan siang di kantor Ummi, kalo di rumah kita mah jarang liat TV lokal *ups* hihihihi

Pssttt...kalo ada yg ngasih tiket ke Lombok, Orin diajakin ya Mi *ngarep dot com*

Anak Rantau mengatakan...

Betul mbak, kalo sudah takdir mah bisa dimana aja. Gak harus di pesawat hehe...

Ririe Khayan mengatakan...

Alhamdulillah saya juga termasuk orang yg tidak trauma dengan efek pemberitaan, khususnya ttg berbagai kecelakaan [darat, laut, udara]. Saya yakin, dimanapun kita berada jika saatnya tiba utk kembali padaNYA, tentu tak mungkin bisa di hindari. Yg penting adalah 'dalam keadaan' yg sperti apa saat kita kembali padaNYA. Cara, waktu dan tempat kapan kita kembali padaNYA adalah ketentuan ALLAH SWT yang tak bisa kita tebak.

DewiFatma mengatakan...

Iya, mbak. Sekarang beritanya ngebosenin. Diulang-ulang. Sama kayak jaman gempa di Padang itu. Ditambahin pertanyaan wawancara yg nggak penting pula. Masak pertanyaannya begini (pada sukarelawan): "waktu pertama kali melihat korban, apa yang terpikir, Mas? Apa yang Mas rasakan?"

Menurut aku itu nggak perlu ditanyakan, sih. Pastilah perasaan orang miris, sedih, ngilu, takut atau apalah.. Gmn sih, namanya juga melihat kemalangan. Orang normal pastilah sedih, meski itu bukan kluarga kita. Yang udah tau jawabannya nggak perlu ditanyalah.. *uring-uringan*

Skrg aku malas nonton tipi, Mbak. Mending ngobrol sama keluarga.

Jadi sebenarnya yang mau kita bahas di sini, Sukhoi atau perjalanan ke Belitung yang bikin aku ngiri ituh? :P

srulz mengatakan...

ikut berbela sungkawa juga mbak...

uhmm.. apapun beritanya, tetap syukuri aja, kita masih bisa nge-blog hari ini.. :eh :ganyambung

pengobatan tradisional asam urat mengatakan...

udah digariskan seperti itu jadinya ya diterima sajalah,,,

risa mengatakan...

komentar saya tetep sama ... kapan yaaa giliran saya ke belitong :)

HP Yitno mengatakan...

Lewat tragedi sukhoi adalah salah satu jalan menuju kematian. Dan kematian bisa terjadi dimana saja kan. Bisa jyluga di tempat kerja atau di tempat tidur. Wallahu a'lam. Liburan gratisnya di nikmatin ya sob. Jangan terpengaruh sama pemberitaan he..he...

Irham Sya'roni mengatakan...

Benar sekali, saya sepakat dan setuju 1999%. kematian bisa terjadi dimana dan kapan saja, bahkan diatas kasur saat kita tidur, kalau Allah sudah berkehendak. Ngomong2 ttg tiket gratisan, aku juga mau kok Bunda. hehehe

mimi RaDiAl mengatakan...

lom prnh numpak pesawat mba...jd g tau rsnya xixixi

Mami Zidane mengatakan...

memang pemberitaan di media sudah lumayan over mbak...di mana-mana isinya itu-itu lagi, anak saya aja ikutan protes katanya di mana-mana kok isinya berita pesawat jatuh semua.

Elsa mengatakan...

Iya Bu...
maut bisa datang kapan saja, jika belom waktunya... juga gak bakalan mati yaa... hahahhaa....

pesawat kecil kecil tuh, bising gak sih di dalemnya?
aku pernah naik pesawat kecil, dari samarinda ke bontang... waktu SD dulu, masih inget bener... bisingnya masyaAllah...

esti sulistyawan mengatakan...

iya mbak, maut di tangan Allah

salam kenal :)

Mugniar mengatakan...

Betul itu mbak, pengaruh media bisa menjadi dahsyat. Saya ingat waktu gempa di Jepang itu, seorang ibu teman saya yang salah seorang anaknya lagi S2 di jepang sampai stres sekali karena beritanya di TV2 begitu membahananya sepertinya gempa itu melanda satu negara Jepang.

Entah ya, saya kadang menganggap pemberitaan TV yang bolak-balik diulang2 bukannya menimbulkan simpati malah menyebalkan ...

Mugniar mengatakan...

Bukannya menyebalkan terhadap bencananya atau dukanya lho mbak ... stasiun TV-nya itu lho menyebalkan ....

Diandra mengatakan...

iya mbak,jodoh,maut,rezeki semuanya ditangan Allah...

tapi memang setiap mendengar berita di TV mengenai tragedi ini aq suka gak kuat nahan airmata
aq ngerasain gimana rasanya mendapatkan keluarga yg terkena musibah seperti itu
aahh....mudah2an mereka ditempatkan yg layak disisi-Nya,amin

mbaaak....aq udah baca komennya di postinganku,tentu saja boleh mbak,aq malah yg sangat berterimakasih sekali...
*peyuk-peyuk*

Seagate mengatakan...

Saya lihat emang media secara terus memberitakan dan cenderung beropini sendiri dengan mengundang pilot dan petugas ATC bandara, menurutku sih itu ndak etis, sebaiknya berhenti beropini dan kita tunggu saja keterangan resmi dari pemerintah

Lyliana Thia mengatakan...

iya mbak... justru menurutku media ini agak kejam loh... menampilkan gambar seputar lokasi kejadian lagi dan lagi...

ngenesss banget...

ibarat menyayati hati keluarga para korban... lagi dan lagi...

sudah sih... biarlah keluarga korban menjadi ikhlas tapi gambar2 yg memilukan itu ya,,. :-(

Anonim mengatakan...

jika ada yang membatalkan rencana liburan padahal tiket sudah dipesan,percayalah bahwa saya siap dan ikhlas menerimanya tanpa harus menggantikan biayanya. hehehe...

Seperti yang saya tuliskan dan juga Bu Dokter sebutkan, kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun, bila tiba masanya maka tidak ada manusia yang bisa menunda atau memajukannya. Dan percayalah, kecelakaan pesawat itu memang jalan bagi mereka ( para korban ) untuk kembali kepada pencipta Nya, dan itu hanya satu dari sekian jalan.

Pakde Cholik mengatakan...

Kematian bisa terjadi dimana-mana jeng. Kita serahkan kepada Allah swt tentu dengan tetap berhati-hati dimanapun berada.

Kalau ada yang ngasuh tiket ke Palembang tetu saja dengan senang hati akan ke kota kenangan itu.

Salam hangat dari Surabaya