Hari sudah diujung petang, saat aku sampai di rumah sepulang dari kantor. Baru mau masuk kamar mandi telfonku bernyanyi. Ternyata dari Naya rekan kerjaku, segera kuangkat. Langsung teringat khabar tentang sakitnya, hingga ia tak masuk kerja. Diare. Jadi lemas butuh istirahat, mengingat kondisinya juga yang sedang hamil muda. Suaranya tak seceria biasa, Naya bertanya tentang obat apalagi yang harus diminumnya, sudah minum obat anti diare berulang kali tapi masih tetap diare.
Duch kasiannya... obat apa yang sebaiknya kusarankan? Mengingat Naya sedang hamil. Teringat aku pesan leluhur, para dosenku dulu. Hati-hati minum obat, harus rasional, apalagi bila sedang hamil. Efek samping obat itu banyak yang berbahaya. Apalagi pada kehamilan, ditakutkan ada imbasnya kepada janin yang sedang dikandung.
***
Mengapa minum obat saat hamil itu lebih beresiko?
Akupun teringat akan artikel kesehatan di
VoA Indonesia tentang makin banyaknya penyalahgunaan obat di kalangan ibu hamil di AS. Lalu di Indonesia sendiri? Aku rasa justru lebih banyak, belum ada penelitian tentang ini saja. Buktinya yang terjadi pada Naya, minum obat diare sampai berulang kali padahal sedang hamil. Semoga kandungan Naya diberi kesehatan.
Penyakit diare, flu, batuk, demam, susah buang air besar atau penyakit lainnya memang sulit dihindari, bisa terjadi kapan dan dimana saja, tentu juga saat hamil. Kala seorang wanita hamil, ia harus pandai memilih obat yang aman, karena partikel terkecil sekalipun dapat lolos disaringan plasenta yang menjadi penghubung ibu dan janin selama masa kehamilan. Pengaruh obat yang diminum itu sendiri tergantuk efek samping obatnya dan pada trimester berapa kehamilannya.
|
Gambar dari Google |
Berdasarkan banyak penelitian, ada obat-obatan yang berbahaya jika diminum pada trimester pertama, kedua dan ketiga.
Trimester Pertama:
Pada tiga bulan ini adalah masa yang sangat rawan karena pada masa ini terjadinya pembentukan organ. Maka obat-obatan yang diminum dapat mengganggu pembentukan organ tubuh janin bisa menyebabkan kecacatan organ atau deformitas. Bahkan pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi keguguran.
Trimester Kedua:
Banyak ahli yang menyatakan masa ini yang paling aman bila seorang wanita hamil minum obat. Namun sebenarnya, obat-obatan dapat mempengaruhi system syaraf bayi yang sedang berkembang juga dapat menghambat pertumbuhan bayi, sehingga bisa menyebabkan berat bayi lahir kurang dari normal.
Trimester Ketiga:
Obat-obat yang dikonsumsi bisa mempengaruhi paru-paru janin, sehingga bisa terjadi komplikasi bayi sulit bernafas saat dilahirkan.Atau bisa juga terjadi bayi lahir sebelum waktunya, disebut prematur.
Lalu bagaimana cara kita mengetahui obat itu aman pada kehamilan?
Sejujurnya, perusahaan farmasi sangatlah jarang mengujicobakan keamanan obatnya pada wanita hamil, sehingga sangat sedikit obat yang ada lisensi aman untuk kehamilan. Banyak informasi tentang keamanan obat hanya bersumber dari pengalaman praktik saja. Bila bertahun-tahun tak ada keluhan tentang pemakaian obat maka obat tersebut dianggap tidak berbahaya pada kehamilan. Ini kenyataannya, berlaku untuk obat yang dijual bebas dan obat yang diresepkan.
Sedikit ada bedanya, untuk obat-obatan yang diresepkan oleh dokter itu sudah melewati serangkaian pertimbangan apakah sebaiknya diminum atau tidak. Dengan mempertimbangkan manfaat dan efek samping obat tersebut. Jadi sebaiknya pada banyak penyakit ringan, diutamakan wanita hamil menghindari pemakaian obat, terlebih pada trimester pertama. Berikut ini ada beberapa saran yang bermanfaat:
1. Sakit Maag
Antasida pada umumnya aman dikonsumsi, tapi sebaiknya jangan diminum. Atasi maag saat hamil dengan makan teratur, lebih sering dengan porsi kecil saja. Kendalikan emosi, amankan stress.
2. Sakit Kepala dan Sakit Punggung.
Usahakan jangan langsung minum obat. Beristirahatlah, lakukan pemijatan lembut di kepala atau di punggung yang sakit. Bila tak teratasi, minum Parasetamol yang sudah jelas dinyatakan aman pada kehamilan. Hindari minum Ibufrofen dan Aspirin karena banyak dilaporkan dapat memicu abortus spontan, bahkan pada trimester akhir dapat menimbulkan kelahiran yang lama dan memicu hipertensi pulmunal pada bayi.
Sebagai tambahan informasi:
Para ilmuan Denmark, Finlandia dan Prancis menemukan bahwa wanita yang menggunakan analgesik ringan selama kehamilan memiliki resiko lebih besar dalam melahirkan bayi laki-laki dengan kelainan testis, suatu kondisi yang dikenal dengan sebutan kriptorkismus dan dapat menghasilkan kwalitas semen yang buruk serta kanker testis dimasa mendatang.
3. Susah BAB atau Konstipasi.
Ini hal umum yang sering dikeluhkan ibu hamil. Rahim yang membesar dan pengaruh hormon progesteron yang memungkinkan timbul masalah ini karena pergerakan usus menjadi lambat. Jangan buru-buru minum obat. Perbanyak minum air putih dan konsumsi sayuran juga buahan. Melakukan jalan kaki rutin 30 menit setiap hari juga bisa menormalkan pergerakan dinding usus.
4. Flu dan Batuk.
Perbanyak minum air putih. Dapat juga minum madu asli secara teratur. Cukup istirahat, tampa perlu minum obat-obatan. Karena obat flu dan batuk yang ada biasanya tipe kombinasi, sudah ada analgesik, antihistamin dan juga decogestan yang kesemuanya belum tentu sesuai dengan kebutuhan kita.
5. Diare.
Yang paling dikhawatirkan pada pasien diare adalah kekurangan cairan atau dehidrasi. Maka pada keadaan diare segeralah minum larutan elekrolit yang bisa kita buat sendiri, larutan gula garam, perbandingan gula:garam = 4:1. Walaupun katanya Loperamide cukup aman, tapi ada bagusnya kita tetap berhati-hati demi kesehatan sang bayi.
Lain halnya bila sakit berlanjut atau bertambah berat. Disertai dengan komplikasi penyerta, ada deman, muntah banyak sehingga makanan yang dikonsumsi keluar lagi, segeralah ke dokter. Sebab ini merupakan gejala awal dari penyakit yang lebih berat. Bisa virus rubella atau infeksi dari baktrie lainnya. Infeksi bakterie memerlukan pengobatan dengan antibiotik, sebaiknya antibiotik yang kita gunakan atas saran dokter. Karena aturan pakai, lama penggunaan dan efek samping obat bisa kita dapatkan dari penjelasan seorang dokter.
Berbeda bila membeli obat bebas, kita meraba-raba sendiri, antibiotik yang kita beli bukannya menjadi penyembuh malah jadi sumber penyesalan dikemudian hari. Ke dokter jangan takut mahal, karena kita bisa memilih obat generik untuk diresepkan, jauh lebih murah dan khasiatnyapun sama.
Tunggu apalagi...
***
Maka mau tahu obat apa yang kusarankan pada kasus Naya, penasaran? Minum larutan gula garam ditolaknya. Alternatif lain, minum teh manis hangat yang agak pekat. Naya mau. Padahal kalau Naya menolak, aku sudah siapkan satu pilihan lagi, minum rebusan daun jambu batu. Ilmu herbalku keluar. Tapi Naya hanya sampai minum teh manis kelat berulang kali saja. Hasilnya? Keesokan harinya Naya sudah masuk kerja. Berkat saran mbah dukun katanya.
Welehh... konsultasi ke dokter gratis
kok malah dibilang dukun, tak apalah. Semoga aku segera jadi ibu hamil juga
*sebuah do'a spontan yang aku tahu tak ada hubungannya dengan judul, hehe...
Sekali lagi aku tegaskan, sebisa mungkin hindari pemakaian obat saat hamil, kembalilah kepada obat yang alami. Dan yang terpenting lebih baik mencegah daripada mengobati. Mencegah ragam penyakit dengan menjalankan gaya hidup sehat, saat hamil ini jelas berpengaruh langsung pada kesehatan janin. Kita bisa lebih sehat dengan menjalankan gaya hidup sehat, diantaranya rutin berolah raga, stop rokok, tidur yang cukup dan mengkonsumsi makanan bergizi.
Mau? Kalau mau, kita pasti bisa
http://kaahil.wordpress.com/2009/05/23/daftar-obat-aman-dan-berbahaya-untuk-ibu-hamil
http://informasitips.com/mengapa-minum-obat-saat-hamil-penuh-resiko