Jumat, 24 Februari 2012

Solitaire dan Sendiri

Walau jarang nongkrong, aku tetap merasa warga Warung Blogger lho, jadi akupun terpanggil untuk ikutan acaranya Nicamperenique yang berklaborasi bersama Mbak Imelda Coutrier. Meski aku belum kenalan langsung dengan Mbak Imelda, aku ya tetap nekat ingin ikutan, justru ikut perhelatan ini kujadikan ajang untuk berkenalan dengan sang shohibul hajat. Secara aku sadar, untuk menang itu sulit, nyaris tak ada. Dan ternyata pagi ini tersiar berita duka yang kudapat di WeBe *jadi siapa bilang WeBe tak ada manfaatnya? bahwa Mamanya Mbak Imelda telah berpulang, turut berduka cita yang sedalam-dalamnya ya Mbak...

Dan kini saatnya kutuliskan kisah sederhanaku tentang solitaire dan sendiriSolitaire dimataku yang bukan master game adalah permainan offline yang unik tapi monoton, aku mengenalnya saat sudah bekerja di Puskesmas, maklum tahun 2004 akhir di Puskesmasku belum ada jaringan internet, jadi komputer dinas yang ada beberapa unit itu, isinya ya ragam game offline, salah satunya ya solitaire. Aku bisa tapi tak suka, karena terlalu monoton. Kalau zaman kuliah komputer kami ya adanya di rental, punya tetangga maksudnya, dipakai bercumbu ria saat mengerjakan tugas, itupun kadang sudah diusir sama penjaga rental karena mau tutup, sehingga kami seringkali membayar lebih untuk yang namanya jasa lembur. Maka main game saat kuliah, tak ada ceritaku. Ech ngomong-ngomong ada yang tahukah, sejak kapan usaha rental komputer berganti menjadi warnet? Hanya intermezo, tak ada kaitannya dengan tema giveaway.  

Kembali ke topik, membenarkan kata Nique, game solitaire ini identik dengan permainan individu karena memang tak butuh teman untuk memainkannya. Dan menurutku ada banyak game lainnya juga yang sengaja dirancang untuk dimainkan sendiri. Ini salah satu yang membuatku kurang suka main game, karena (lagi-lagi) menurutku sosok sendiri saat bermain game tidak identik dengan cara membentuk pribadi mandiri. Melakukan segala sesuatu sendiri tampa bantuan orang lain adalah salah satu bentuk kemandirian yang sejatinya memang diperlukan, tapi melatih diri untuk mandiri tidak harus dengan bermain solitaire dong, hehe... *ngomong aja, padahal bukan ahlinya... 

Tapi beneran, aku tak mengajarkan ber-game komputer-ria pada anak-anak untuk melatihnya menjadi pribadi mandiri. Bukan berarti anak-anakku tak boleh bermain ya, malah sangat kudukung. Bermainlah dengan teman sebaya, bermainlah dengan lingkungan. Karena kita adalah makhluk sosial yang hidup bersama dan memerlukan sekitar kita. Tentang hal ini pernah kutulis lebih lengkap saat ikut acara Uda Vizon Mainan Bocah Contest disini. Bermain bersama dengan permainan tradisional atau edukatif justru sangat membantu anak-anak untuk terus berimajinasi, berkreasi, bertumbuh dan menjadi pribadi sportif sekaligus mandiri. Semoga yaaa...

Sedangkan untuk urusan sendiri berbuah bisa melakukannya dengan mandiri, buatku itu sudah sejak tamat SD dulu, saat pertama kali aku merantau dan tinggal di Asrama Putri, jauh dari orantua dan keluarga lainnya. Walau berat, syukurnya aku bisa cepat beradaptasi. Jadi masa SMP, SMA sampai kuliah semuanya biasa aku lakukan sendiri. Mencuci baju dan piring, menyetrika, bobo', membereskan tempat tidur, berangkat sekolah adalah kegiatan yang biasa aku lakukan sendiri. Hanya untuk belajar, aku lebih suka melakukannya dengan kelompok, ya belajar bersama adalah salah satu kegiatan unggulanku untuk bisa keluar asrama saat SMP dulu. Lain halnya dengan belanja, aku lebih suka nitip ketimbang melakukannya sendiri. Haiya, ini saat masih jomblo lho ya, terus sekarang?

Sampai saat ini belanja adalah kegiatan yang tak biasa kulakukan sendiri, kecuali kepepet kuadrat, inipun dengan catatan penuh ketidak nyamanan. Iya lho, belanja yang katanya identik dengan emak-emak itu sampai kini ogah kulakukan sendiri. Takut? Tidak, takut sama siapa, sorry lah yaw, wong kito galo, napo nak takut. Malu? Uppsss, ngapain orang belanjanya bukan pakai duit hasil korupsi kok. Mungkin lebih kepada rasa yang sulit kuungkapkan dengan kata-kata, tak ada kaitannya dengan kemandirian kok. Belanja di pasar tradisional atau mall sekalipun aku berusaha untuk tidak sendirian. Dan syukurnya, aku dipertemukan dengan seorang suami yang tak sungkan menemaniku belanja, setia mengawal bahkan membantuku menawar kalau pas di pasar 16 Ilir, hehe... 

Hal lain yang TAK SUKA kulakukan sendiri saat ini sebenarnya masih banyak, ziarah kubur, ke acara kondangan, ke pantai, naik gunung *emang pernah? Aslinya aku lebih suka beramai-ramai, selain lebih seru juga kalau ada apa-apa jadi ada yang nolongin gitu maksudnya.  Satu lagi, sholat. Ya kalau sholat sendiri nilainya beda dong dengan sholat berjama'ah, nach karena tergiur dengan si-27 aku jelas lebih memilih untuk tidak sholat sendirian dong, walau kadang ya mau nggak mau sholat sendirian juga, karena memang tak ada yang bisa diajak bareng. Hamas dan Abinya ke masjid, Yunda biasanya ngekor ikut lari ke masjid yang hanya beberapa meter dari rumah, Mbak asisten lagi libur, jadilah aku sendirian saja, maklum kalau perempuan sholat jama'ah terbaiknya kan tetap di rumah aja ya :) 

Ada banyak hal juga yang sebenarnya nyaman bila aku lakukan sendiri saja, misalnya ke perpustakaan. Tapi belakangan karena banyak unsur pembelajaran yang bisa didapatkan, jadilah ke perpustakaan akhirnya menjadi agenda bersamaku dengan anak-anak. SUKA banget aku saat bisa sendiri menuangkan ide, sendiri khusuk menulis. Meski sering justru kerusuhan anak-anak bisa menjadi sumber inspirasi yang aku rindukan. Satu lagi bentuk sendiri yang asyik menurutku, sendiri berinstrospeksi, mengevaluasi diri. Sesekali ini kita perlukan, meluangkan waktu sejenak saja dan rasakan manfaatnya. Bahkan mobilpun perlu berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar, bagaimana dengan kita yang tak punya mesin ini? Merenung untuk evaluasi diri, selanjutnya menemukan 'sesuatu' dan menimbunnya menjadi kekuatan untuk terus melaju meraih banyaknya impian dalam hidup kita.  

Dan akhirnya kalau dicermati sampailah aku pada satu kesimpulan, bahwa segala sesuatu bisa saja aku lakukan sendiri, walau kalau pilih nyaman tidaknya aku jelas lebih memilih melakukannya bersama. Pribadi mandiri bukan identik dengan hidup sendiri. Bahkan satu dari sekian impianku yang belum tercapai adalah punya usaha sendiri, usaha yang mandiri. Mandiri berdikari yang bisa untuk menolong orang lain. Satu lagi sebagai penutup, sendiri yang mau tak mau, siap tak siap, tapi tak bisa kita hindari karena harus kita lakoni kelak, apa coba? Yups, sendiri menghadap Sang Pemilik Hidup. 

Tulisan ini diikutkan pada perhelatan GIVEAWAY :  PRIBADI MANDIRI yang diselenggarakan oleh Imelda Coutrier dan Nicamperenique.

26 komentar:

Ummi Nabil & Nadia mengatakan...

sudah aktif ngeblog ya mba..

suukses ya ngonte
snya

Ummi Ita mengatakan...

Wah ikut yaa:)
Jadi kepengeb ikut, tapi kenapa malas ini begitu kuattnyaaaa :(

Jiah Al Jafara mengatakan...

wah~

semoga segera mempunyai usaha mandiri :D

Mami Zidane mengatakan...

saya juga nggak suka belanja sendiri mbak..soalnya nggak pede kalo harus milih barang sendiri, maunya ada temen yang bisa saya mintai pendapat soal barang yang mau saya beli...sukses ngontesnya ya mbak...

bunda Lily mengatakan...

kadang2 kita juga perlu sendirian ya Yunda...
di waktu2 tertentu .... :)

semoga sukses Yunda di acaranya Nik dan Mbak EM ini
salam

Dena Arta Putra mengatakan...

wuih keren keren blog nya saya jadi makin semanggat lihat blog blog sekarang,engga mau kalah deh saya

visit balik ya salam kenal

Unknown mengatakan...

kebanyakapa da bikinpost tentang solitaire dan kesendirian,saya akan mencoba bermain solitaire secara berjama'ah ah...

nicamperenique mengatakan...

komen di 55 tulisan dengan judul yg sama ternyata sukses membuat saya mabok :D berhalusinasi sudah berkomen di sini
eh tidak taunya blum toh.

sekarang mau lanjut baca dulu
sebelumnya TERIMA KASIH ya mba Keke, setelah apa yang terjadi, sekarang sudah siap ikutan GA pula :)

nicamperenique mengatakan...

Kalau ziarah, saya lebih suka SENDIRI, merasa lebih punya privacy. Mungkin karena saya punya kebiasaan aneh, berbicara sendiri di makam :D tak lazim ya hehehe

Susi Susindra mengatakan...

Mbak Nique malah lebih berani daripada aku, nih. Aku ga berani ke makam sendiri karena takut ada yang nampak. Hihi

Susi Susindra mengatakan...

Mbak Keke... semoga tulisannya terpilih, ya...
Sukses ngontesnya.

Mabruri mengatakan...

mandiri tidak diidentikan dengan sendiri, setuju sekali. Setiap individu memiliki peranannya masing-masing, dan bisa dikatakan Mandiri itu mungkin yang mampu mengerjakan apa yang menjadi tugasnya.

Smoga suksees GAnya bu

Prit Punya Cerita mengatakan...

Saya lebih nyaman kalau melakukan sesuatu secara bersama sama, lebih seru dan mantep hasilnya. Tapi ada juga kalanyaingin melakukannya secara individu dan sendirian..heheheh
Semoga sukses ya Mbak..

dhenok habibie mengatakan...

jadi yundo lihai nawar yee kalo lagi di 16.. kalo dhe kebalikannyo yundo, dak pulo pinter nawar.. minta tipsnya dong??

lohlohloh, kok komennya OOT sih?? hahaha, biarin wes yang penting masih nyambung sedikit dengan postingan.. :p

HP Yitno mengatakan...

wah ikutan give away solitaire dan sendiri juga ya. Menjadi pribadi mandiri tentunya.

RZ Hakim mengatakan...

Ternyata kita sama sama suka ke perpustakaan Mbak :)

Semoga sukses GA nya ya Mbak..

insanyz mengatakan...

aku suka ziarah ke kuburan jg ke teman2 , gar ingat mati..hmmm

nh18 mengatakan...

Jika sedang ada konferensi ke tempat-tempat tertentu ...
biasanya ada paket tur pada hari terakhir ... kesempatan untuk eksplorasi kota / negara tempat konferensi itu berlangsung ...

saya biasanya tidak ikut tur tersebut ..
saya lebih suka jalan sendiri ...
mengapa ? ... soalnya kalo ikut tur nggak enak ... kita pengen lama di suatu tempat ... rombongan udah mau berangkat ...
sebaliknya ... kita bete di tempat yang lain .. tapi rombongan maunya berlama-lama ... blanja blanji disitu ... kan habis waktu saya ... hehehe

(saya mau cerita di blog aahhh mengenai hal ini ..)

salam saya

Bunda sylaa mengatakan...

sama mbak yun,klo lagi bosan ga ada kerjaan,kadang suka ke perpustakaan..
sukses ya mbak?

ESSIP mengatakan...

gak komen soliatirenya ah.. sama kayaknya isinya dengan artikel saya hehehe..

cuma nanya nih mbak, Yunda itu apa artinya mbak?

Lyliana Thia mengatakan...

tapi aku dulu suka main solitaire mbak.. hehehe... apa krn suka menyendiri jg yah... apalagi klo lg jenuh.. mainan game yg sifatnya solitaire bagi aku bisa nurunin tingkat stress wkwkwkwk... :-D

Lyliana Thia mengatakan...

aku baru dpt komen mbak keke via e-mail.. selisipan dijalan kayaknya mbak kita.. hahaha...

Lyliana Thia mengatakan...

makasih mbak do'anya.. semoga mbak Keke juga sehat selalu... amiiiin.... mbak, sering2 bahas ttg herbal jg ya... hehehe... *request*

kadang org yg pengalaman buruk dgn herbal bisa pesimis dgn herbal, sama jg sebaliknya dgn obat sintetis.. padahal kesehatan hrs diupayakan ya mbak.. :-D

Damar mengatakan...

waktu muda, sayapun senang sekali ke gunung, karena saya pernah ikut PA dari SMA sampe kul, yang semuanya mendidik kita dalam kemandirian juga belajar mengerjakan bersama-sama.
Sholat jamaahnya kalo Ibu-ibu kayaknya lebih bagus kalo di rumah ya, kecuali kalo sudah mendapatkan ijin suami, ato punya mushola sendiri yak

mimi RaDiAl mengatakan...

kangen ma yunda...akhirnya setor jg ya heeh. ane takut dah klo udah "wong kito galo" la naek tensi, ngeriiiiiiiiiiiiiii ditimpukin pempek hahahah
sukses y yunda :)

Andy mengatakan...

wah sekali mampir ke blog mba,langsung disuguhkan dengan tulisan berantai nih
aku doain semoga menang ya mba :)