Tampilkan postingan dengan label Nicamperenique. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nicamperenique. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 Maret 2012

MARCH giveaway: Flaper Craft

Baca di Nicamperenique.me ada GA gampang dan unik. Entah ya kok secara kebetulan sedang sesuai dengan minat anak-anakku saat ini, membuat prakarya dari kain panel dan rupa-rupa origami, sampai dijual kepada kawan-kawan di Sekolah. Aku senang banget walau ada malunya juga karya seadanya kok bisa banyak peminat ya, jadi ingin belajar lagi :P Syukur-syukur nanti kalau bisa merambah PaperQuilling, Papercrafting. Supaya makin okey gituuhhh...

Dan tak perlu berlama-lama walau belum kenal aku modal nekat aja ikutan GA ini, dengan begitu aku bisa sekalian kenalan sama sang penyelenggara, Ibu muda yang sedang hamil 7 bulan. Sepenuh hati kuhaturkan do'a semoga diberikan kesehatan untuk Vina dan bayi dalam  kandungannya. Semoga juga proses kelahirannya kelak lancar dan dimudahkan dalam semua urusan menhadapinya. Aamiin YRA

Ini penampakan hadiah yang membuatku kepincut itu, jujur aku ya baru pertama kali lihat ini, boro-boro punya dong :lol: Ini sungguh 'sesuatu' yang baru buatku...


"PaperQuilling Kit"

isi box: 1 jarum quilling, 1 gunting, 1 lem putih, 1 pinset
8 pak kertas quilling 5mm, 
kertas emboss, kertas buat card


Sekarang simak caranya, pasti tak ada kesulitan ;)


1. Follow blog http://flaperzone.blogspot.com
3. Tinggalkan komen dan kasih nama
2. Share March Giveaway ini, boleh di Facebook ataupun Blog masing-masing

Jangan sampai lewat karena sesuai namanya  MARCH giveaway  hanya sampai tanggal 31 Maret 2012, baru mulai 27 Maret lalu. Masih ada waktu 3 hari lagi.
Ayuuuhh buruan ikutan bersamaku :D 

Jumat, 24 Februari 2012

Solitaire dan Sendiri

Walau jarang nongkrong, aku tetap merasa warga Warung Blogger lho, jadi akupun terpanggil untuk ikutan acaranya Nicamperenique yang berklaborasi bersama Mbak Imelda Coutrier. Meski aku belum kenalan langsung dengan Mbak Imelda, aku ya tetap nekat ingin ikutan, justru ikut perhelatan ini kujadikan ajang untuk berkenalan dengan sang shohibul hajat. Secara aku sadar, untuk menang itu sulit, nyaris tak ada. Dan ternyata pagi ini tersiar berita duka yang kudapat di WeBe *jadi siapa bilang WeBe tak ada manfaatnya? bahwa Mamanya Mbak Imelda telah berpulang, turut berduka cita yang sedalam-dalamnya ya Mbak...

Dan kini saatnya kutuliskan kisah sederhanaku tentang solitaire dan sendiriSolitaire dimataku yang bukan master game adalah permainan offline yang unik tapi monoton, aku mengenalnya saat sudah bekerja di Puskesmas, maklum tahun 2004 akhir di Puskesmasku belum ada jaringan internet, jadi komputer dinas yang ada beberapa unit itu, isinya ya ragam game offline, salah satunya ya solitaire. Aku bisa tapi tak suka, karena terlalu monoton. Kalau zaman kuliah komputer kami ya adanya di rental, punya tetangga maksudnya, dipakai bercumbu ria saat mengerjakan tugas, itupun kadang sudah diusir sama penjaga rental karena mau tutup, sehingga kami seringkali membayar lebih untuk yang namanya jasa lembur. Maka main game saat kuliah, tak ada ceritaku. Ech ngomong-ngomong ada yang tahukah, sejak kapan usaha rental komputer berganti menjadi warnet? Hanya intermezo, tak ada kaitannya dengan tema giveaway.  

Kembali ke topik, membenarkan kata Nique, game solitaire ini identik dengan permainan individu karena memang tak butuh teman untuk memainkannya. Dan menurutku ada banyak game lainnya juga yang sengaja dirancang untuk dimainkan sendiri. Ini salah satu yang membuatku kurang suka main game, karena (lagi-lagi) menurutku sosok sendiri saat bermain game tidak identik dengan cara membentuk pribadi mandiri. Melakukan segala sesuatu sendiri tampa bantuan orang lain adalah salah satu bentuk kemandirian yang sejatinya memang diperlukan, tapi melatih diri untuk mandiri tidak harus dengan bermain solitaire dong, hehe... *ngomong aja, padahal bukan ahlinya... 

Tapi beneran, aku tak mengajarkan ber-game komputer-ria pada anak-anak untuk melatihnya menjadi pribadi mandiri. Bukan berarti anak-anakku tak boleh bermain ya, malah sangat kudukung. Bermainlah dengan teman sebaya, bermainlah dengan lingkungan. Karena kita adalah makhluk sosial yang hidup bersama dan memerlukan sekitar kita. Tentang hal ini pernah kutulis lebih lengkap saat ikut acara Uda Vizon Mainan Bocah Contest disini. Bermain bersama dengan permainan tradisional atau edukatif justru sangat membantu anak-anak untuk terus berimajinasi, berkreasi, bertumbuh dan menjadi pribadi sportif sekaligus mandiri. Semoga yaaa...

Sedangkan untuk urusan sendiri berbuah bisa melakukannya dengan mandiri, buatku itu sudah sejak tamat SD dulu, saat pertama kali aku merantau dan tinggal di Asrama Putri, jauh dari orantua dan keluarga lainnya. Walau berat, syukurnya aku bisa cepat beradaptasi. Jadi masa SMP, SMA sampai kuliah semuanya biasa aku lakukan sendiri. Mencuci baju dan piring, menyetrika, bobo', membereskan tempat tidur, berangkat sekolah adalah kegiatan yang biasa aku lakukan sendiri. Hanya untuk belajar, aku lebih suka melakukannya dengan kelompok, ya belajar bersama adalah salah satu kegiatan unggulanku untuk bisa keluar asrama saat SMP dulu. Lain halnya dengan belanja, aku lebih suka nitip ketimbang melakukannya sendiri. Haiya, ini saat masih jomblo lho ya, terus sekarang?

Sampai saat ini belanja adalah kegiatan yang tak biasa kulakukan sendiri, kecuali kepepet kuadrat, inipun dengan catatan penuh ketidak nyamanan. Iya lho, belanja yang katanya identik dengan emak-emak itu sampai kini ogah kulakukan sendiri. Takut? Tidak, takut sama siapa, sorry lah yaw, wong kito galo, napo nak takut. Malu? Uppsss, ngapain orang belanjanya bukan pakai duit hasil korupsi kok. Mungkin lebih kepada rasa yang sulit kuungkapkan dengan kata-kata, tak ada kaitannya dengan kemandirian kok. Belanja di pasar tradisional atau mall sekalipun aku berusaha untuk tidak sendirian. Dan syukurnya, aku dipertemukan dengan seorang suami yang tak sungkan menemaniku belanja, setia mengawal bahkan membantuku menawar kalau pas di pasar 16 Ilir, hehe... 

Hal lain yang TAK SUKA kulakukan sendiri saat ini sebenarnya masih banyak, ziarah kubur, ke acara kondangan, ke pantai, naik gunung *emang pernah? Aslinya aku lebih suka beramai-ramai, selain lebih seru juga kalau ada apa-apa jadi ada yang nolongin gitu maksudnya.  Satu lagi, sholat. Ya kalau sholat sendiri nilainya beda dong dengan sholat berjama'ah, nach karena tergiur dengan si-27 aku jelas lebih memilih untuk tidak sholat sendirian dong, walau kadang ya mau nggak mau sholat sendirian juga, karena memang tak ada yang bisa diajak bareng. Hamas dan Abinya ke masjid, Yunda biasanya ngekor ikut lari ke masjid yang hanya beberapa meter dari rumah, Mbak asisten lagi libur, jadilah aku sendirian saja, maklum kalau perempuan sholat jama'ah terbaiknya kan tetap di rumah aja ya :) 

Ada banyak hal juga yang sebenarnya nyaman bila aku lakukan sendiri saja, misalnya ke perpustakaan. Tapi belakangan karena banyak unsur pembelajaran yang bisa didapatkan, jadilah ke perpustakaan akhirnya menjadi agenda bersamaku dengan anak-anak. SUKA banget aku saat bisa sendiri menuangkan ide, sendiri khusuk menulis. Meski sering justru kerusuhan anak-anak bisa menjadi sumber inspirasi yang aku rindukan. Satu lagi bentuk sendiri yang asyik menurutku, sendiri berinstrospeksi, mengevaluasi diri. Sesekali ini kita perlukan, meluangkan waktu sejenak saja dan rasakan manfaatnya. Bahkan mobilpun perlu berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar, bagaimana dengan kita yang tak punya mesin ini? Merenung untuk evaluasi diri, selanjutnya menemukan 'sesuatu' dan menimbunnya menjadi kekuatan untuk terus melaju meraih banyaknya impian dalam hidup kita.  

Dan akhirnya kalau dicermati sampailah aku pada satu kesimpulan, bahwa segala sesuatu bisa saja aku lakukan sendiri, walau kalau pilih nyaman tidaknya aku jelas lebih memilih melakukannya bersama. Pribadi mandiri bukan identik dengan hidup sendiri. Bahkan satu dari sekian impianku yang belum tercapai adalah punya usaha sendiri, usaha yang mandiri. Mandiri berdikari yang bisa untuk menolong orang lain. Satu lagi sebagai penutup, sendiri yang mau tak mau, siap tak siap, tapi tak bisa kita hindari karena harus kita lakoni kelak, apa coba? Yups, sendiri menghadap Sang Pemilik Hidup. 

Tulisan ini diikutkan pada perhelatan GIVEAWAY :  PRIBADI MANDIRI yang diselenggarakan oleh Imelda Coutrier dan Nicamperenique.