Tahukah Anda bahwa pilek, flu, sebagian besar radang tenggorokan dan bronchitis disebabkan oleh virus? Dan tahukah juga Anda bahwa antibiotik tidak membantu melawan virus?
Ya, benar. Bahkan, meminum antibiotik ketika kita atau anak kita terserang virus bisa lebih banyak dampak buruknya daripada baiknya. Meminum antibiotik ketika anak kita tidak memerlukannya justru dapat meningkatkan resiko terkena infeksi di masa yang akan datang, yang mana infeksi ini tidak mempan lagi dilawan dengan antibiotik.
Baiklah, untuk lebih memahami pemakaian antibiotik yang tepat, sepertinya ada beberapa hal mendasar yang perlu kita ketahui.
Pertanyaan Seputar Bakteri, Virus dan Antibiotik
T: Apa itu bakteri dan virus?
J: Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang biasa ditemui dimana-mana, baik di dalam tubuh maupun di luar tubuh kita, kecuali dalam cairan darah dan cairan tulang belakang. Banyak bakteri yang tidak berbahaya. Bahkan, sebagian bakteri menguntungkan bagi kita. Namun begitu, bakteri penyebab penyakit bisa juga memicu timbulnya penyakit seperti penyakit tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptokokus dan beberapa jenis infeksi telinga.
Adapun virus, ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Virus tidak bisa bertahan hidup di luar sel tubuh kita. Dia menyebabkan penyakit dengan cara menyerang sel-sel yang sehat dan bereproduksi.
T: Apa saja jenis infeksi yang disebabkan oleh virus dan tidak boleh diobati dengan antibiotik?
J: Infeksi yang disebabkan oleh virus yang tidak boleh diobati dengan antibiotik termasuk:
J: Antibiotik, juga dikenal sebagai antimicrobial drugs (obat antikuman) yang melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada tahun 1927, Alexander Fleming menemukan antibiotik yang pertama, yaitu penisilin. Setelah digunakan dalam dunia medis sejak tahun 1940-an, antibiotik terbukti membantu mengurangi serangan berbagai penyakit.
Pertanyaan Seputar Resistensi Antibiotik
T: Apa itu resistensi antibiotik?
J: Resistensi antibiotik (antibiotic resistency) merupakan kemampuan bakteri atau kuman lainnya untuk melakukan perlawanan terhadap pengaruh antibiotik. Seringkali masyrakat kita menyebutnya dengan ‘kebal terhadap antibiotik’. Ini terjadi ketika bakteri berubah sedemikian rupa sehingga mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali efektifitas obat-obatan yang dirancang untuk mengobati atau mencegah terjadinya infeksi. Bakteri tersebut mampu bertahan hidup dan terus berkembang, sehingga menjadi lebih berbahaya.
T: Kenapa kita harus memahami masalah resistensi antibiotik?
J: Resitensi antibiotik saat ini sudah menjadi salah satu masalah besar dalam dunia kesehatan di seluruh dunia. Hampir semua jenis bakteri telah menjadi lebih kuat dan semakin tidak merespon terhadap perawatan antibiotik ketika sangat diperlukan. Bakteri yang ‘kebal’ ini bisa menyebar dengan cepat ke anggota keluarga yang lain, teman sekolah, teman kerja – sehingga mengancam orang banyak dengan rantaian penyakit menular baru yang akan lebih sulit untuk diobati dan lebih mahal juga tentunya.
Resitensi antibiotik dapat menyebabkan bahaya serius bagi anak-anak dan orang dewasa yang terkena infeksi biasa yang dulunya mudah diobati dengan antibiotik. Kuman dapat membentuk perlawanan terhadap obat-obatan tertentu. Nah, kesalahpahaman yang umum terjadi adalah banyak orang mengira bahwa tubuh seseoranglah yang menjadi ‘kebal’ terhadap obat-obatan tertentu. Padahal, yang ‘kebal’ itu sebenarnya kumannya, bukan orangnya.
Selanjutnya, ketika kuman menjadi ‘kebal’ terhadap berbagai obat, akan menjadi sangat sulit untuk mengobati infeksi yang disebabkannya. Lebih lanjut lagi, seseorang yang terkena infeksi dan infeksi tersebut sudah ‘kebal’ terhadap antibiotik, dapat menularkannya ke orang lain. Dengan begini, sebuah penyakit yang sukar diatasi akan tersebar dari satu orang ke orang lain.
T: Mengapa bakteri menjadi ‘kebal’ terhadap antibiotik?
J: Sebenarnya penggunaan antibiotiklah yang memancing berkembangnya bakteri yang ‘kebal’ terhadap antibiotik. Setiap kali seseorang meminum antibiotik, bakteri yang sensitif akan terbunuh, namun kuman yang ‘bandel’ akan tetap tersisa dan berkembang dengan pesat.
Pemakaian antibiotik yang terlalu sering dan tidak pada tempatnya merupakan sebab utama berkembangnya bakteri ‘kebal’ ini.
Walaupun antibiotik dianjurkan untuk mengobati infeksi bakteri, ia tidak efektif dalam melawan infeksi virus seperti pilek, sebagaian besar radang tenggorokan dan flu. Oleh sebab itulah diperlukan pemakaian antibiotik yang bijaksana.
Ingat, antibiotik membunuh bakteri, BUKAN virus.
T: Bagaimana proses bakteri menjadi ‘kebal’ terhadap antibiotik?
J: Sebenarnya ada beberapa cara yang ditempuh si bakteri. Sebagian bakteri akan membangun kemampuan untuk menetralisir kekuatan antibiotik sebelum menyerangnya. Sebagian bakteri lain memompa antibiotik keluar dengan sporadis. Sebagian lagi bisa mengalihkan daerah yang akan diserang oleh antibiotik, sehingga tidak mempengaruhi fungsi bakteri yang bersangkutan.
Antibiotik membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang mencurigakan. Terkadang, salah satu bakteri ada yang tetap bertahan karena memiliki kemampuan untuk menetralisir atau menyelamatkan diri dari antibiotik. Dari satu bakteri yang selamat ini, ia bisa berkembang dengan pesat sehingga dapat menggantikan jumlah bakteri yang terbunuh.
T: Bagaimana saya dapat mencegah terjadinya resitensi antibiotik?
J: Gunakanlah antibiotik HANYA pada kasus tertentu, dimana ia akan bermanfaat.
Berikut beberapa tips yang mungkin berguna:
Ya, benar. Bahkan, meminum antibiotik ketika kita atau anak kita terserang virus bisa lebih banyak dampak buruknya daripada baiknya. Meminum antibiotik ketika anak kita tidak memerlukannya justru dapat meningkatkan resiko terkena infeksi di masa yang akan datang, yang mana infeksi ini tidak mempan lagi dilawan dengan antibiotik.
Baiklah, untuk lebih memahami pemakaian antibiotik yang tepat, sepertinya ada beberapa hal mendasar yang perlu kita ketahui.
Pertanyaan Seputar Bakteri, Virus dan Antibiotik
T: Apa itu bakteri dan virus?
J: Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang biasa ditemui dimana-mana, baik di dalam tubuh maupun di luar tubuh kita, kecuali dalam cairan darah dan cairan tulang belakang. Banyak bakteri yang tidak berbahaya. Bahkan, sebagian bakteri menguntungkan bagi kita. Namun begitu, bakteri penyebab penyakit bisa juga memicu timbulnya penyakit seperti penyakit tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptokokus dan beberapa jenis infeksi telinga.
Adapun virus, ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Virus tidak bisa bertahan hidup di luar sel tubuh kita. Dia menyebabkan penyakit dengan cara menyerang sel-sel yang sehat dan bereproduksi.
T: Apa saja jenis infeksi yang disebabkan oleh virus dan tidak boleh diobati dengan antibiotik?
J: Infeksi yang disebabkan oleh virus yang tidak boleh diobati dengan antibiotik termasuk:
- Pilek
- Flu
- Sebagian besar jenis batuk dan bronkhitis
- Radang tenggorokan (kecuali untuk radang tenggorokan yang disebabkan bakteri streptokokus)
- Sebagian infeksi telinga
J: Antibiotik, juga dikenal sebagai antimicrobial drugs (obat antikuman) yang melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada tahun 1927, Alexander Fleming menemukan antibiotik yang pertama, yaitu penisilin. Setelah digunakan dalam dunia medis sejak tahun 1940-an, antibiotik terbukti membantu mengurangi serangan berbagai penyakit.
Pertanyaan Seputar Resistensi Antibiotik
T: Apa itu resistensi antibiotik?
J: Resistensi antibiotik (antibiotic resistency) merupakan kemampuan bakteri atau kuman lainnya untuk melakukan perlawanan terhadap pengaruh antibiotik. Seringkali masyrakat kita menyebutnya dengan ‘kebal terhadap antibiotik’. Ini terjadi ketika bakteri berubah sedemikian rupa sehingga mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali efektifitas obat-obatan yang dirancang untuk mengobati atau mencegah terjadinya infeksi. Bakteri tersebut mampu bertahan hidup dan terus berkembang, sehingga menjadi lebih berbahaya.
T: Kenapa kita harus memahami masalah resistensi antibiotik?
J: Resitensi antibiotik saat ini sudah menjadi salah satu masalah besar dalam dunia kesehatan di seluruh dunia. Hampir semua jenis bakteri telah menjadi lebih kuat dan semakin tidak merespon terhadap perawatan antibiotik ketika sangat diperlukan. Bakteri yang ‘kebal’ ini bisa menyebar dengan cepat ke anggota keluarga yang lain, teman sekolah, teman kerja – sehingga mengancam orang banyak dengan rantaian penyakit menular baru yang akan lebih sulit untuk diobati dan lebih mahal juga tentunya.
Resitensi antibiotik dapat menyebabkan bahaya serius bagi anak-anak dan orang dewasa yang terkena infeksi biasa yang dulunya mudah diobati dengan antibiotik. Kuman dapat membentuk perlawanan terhadap obat-obatan tertentu. Nah, kesalahpahaman yang umum terjadi adalah banyak orang mengira bahwa tubuh seseoranglah yang menjadi ‘kebal’ terhadap obat-obatan tertentu. Padahal, yang ‘kebal’ itu sebenarnya kumannya, bukan orangnya.
Selanjutnya, ketika kuman menjadi ‘kebal’ terhadap berbagai obat, akan menjadi sangat sulit untuk mengobati infeksi yang disebabkannya. Lebih lanjut lagi, seseorang yang terkena infeksi dan infeksi tersebut sudah ‘kebal’ terhadap antibiotik, dapat menularkannya ke orang lain. Dengan begini, sebuah penyakit yang sukar diatasi akan tersebar dari satu orang ke orang lain.
T: Mengapa bakteri menjadi ‘kebal’ terhadap antibiotik?
J: Sebenarnya penggunaan antibiotiklah yang memancing berkembangnya bakteri yang ‘kebal’ terhadap antibiotik. Setiap kali seseorang meminum antibiotik, bakteri yang sensitif akan terbunuh, namun kuman yang ‘bandel’ akan tetap tersisa dan berkembang dengan pesat.
Pemakaian antibiotik yang terlalu sering dan tidak pada tempatnya merupakan sebab utama berkembangnya bakteri ‘kebal’ ini.
Walaupun antibiotik dianjurkan untuk mengobati infeksi bakteri, ia tidak efektif dalam melawan infeksi virus seperti pilek, sebagaian besar radang tenggorokan dan flu. Oleh sebab itulah diperlukan pemakaian antibiotik yang bijaksana.
Ingat, antibiotik membunuh bakteri, BUKAN virus.
T: Bagaimana proses bakteri menjadi ‘kebal’ terhadap antibiotik?
J: Sebenarnya ada beberapa cara yang ditempuh si bakteri. Sebagian bakteri akan membangun kemampuan untuk menetralisir kekuatan antibiotik sebelum menyerangnya. Sebagian bakteri lain memompa antibiotik keluar dengan sporadis. Sebagian lagi bisa mengalihkan daerah yang akan diserang oleh antibiotik, sehingga tidak mempengaruhi fungsi bakteri yang bersangkutan.
Antibiotik membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang mencurigakan. Terkadang, salah satu bakteri ada yang tetap bertahan karena memiliki kemampuan untuk menetralisir atau menyelamatkan diri dari antibiotik. Dari satu bakteri yang selamat ini, ia bisa berkembang dengan pesat sehingga dapat menggantikan jumlah bakteri yang terbunuh.
T: Bagaimana saya dapat mencegah terjadinya resitensi antibiotik?
J: Gunakanlah antibiotik HANYA pada kasus tertentu, dimana ia akan bermanfaat.
Berikut beberapa tips yang mungkin berguna:
- Tanyakan kepada dokter apakah antibiotik memang diperlukan untuk jenis penyakit yang diderita anak Anda dan tanyakan juga apa yang bisa Anda lakukan agar si kecil bisa segera sembuh.
- Jangan menggunakan antibiotik untuk infeksi virus seperti demam atau flu.
- Jangan menyimpan antibiotik yang tersisa dengan pertimbangan untuk digunakan nanti jika Anda memerlukannya lagi. Obat yang tersisa dari pengobatan apa saja yang anak Anda terima sebaiknya dibuang saja ketika masa pengobatannya sudah selesai.
- Jika memang diperlukan antibiotik, maka ikuti arahan dokter Anda. Jangan ada dosis yang terlewatkan. Sempurnakan konsumsi obat sesuai yang diresepkan, walaupun anak Anda sudah membaik kesehatannya. Jika pengobatan dengan antibiotik terhenti lebih awal, sebagian bakteri mungkin akan bertahan dan menyerang lagi.
- Jangan meminum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain. Tidak setiap antibiotik cocok dengan penyakit anak Anda.
- Jika dokter Anda menyatakan bahwa penyakit si kecil bukan disebabkan oleh infeksi bakteri, tanyakan solusi untuk meredakan gejalanya. Jangan memaksanya untuk meresepkan antibiotik.
- Anak-anak memiliki rasio tertinggi untuk pemakaian antibiotik.
- Tekanan dari orang tua ternyat sangat mempengaruhi pola pemakaian antibiotik di seluruh dunia. Sebuah studi menunjukkan, 62% dari konsultasi dokter akan berakhir dengan resep antibiotik ketika orang tua memaksa dan pada kasus dimana orang tua tidak mengaharapkan penggunaan antibiotik, angkanya menurun drastis menjadi 7%.
- Antibiotik terdapat dalam resep dari sekitar 68% pemeriksaan penyakit saluran pernapasan dan dari angka tersebut, menurut aturan, 80% diantaranya sebenarnya tidak perlu.
sumber tipsbayi.com
6 komentar:
Saya salah satunya yang paling sering kena radang tenggorokan mbak...... sakit banget.....hehehehe:)
Iya pernah ngerasain kena radang tengorokan, sakit emang. Tapi karena kita dah gede, imun kita dah lebih sempurna, usahakan untuk tidak gampang minum antibiotik. Walaupun saat sudah radang biasanya penyebabnya bakteri. Tapi coba dech kembali ke madu....terus perbanyak minum air putih. Sayur buah juga ditingkatkan konsumsinya. Istirahat cukup, maksudnya jangan lembur dulu broo...Semoga kedepan kalaupun kena radang tenggorokan tidak sesering dan separah dulu. Karena sejatinya didalam madu ada antibiotik dan juga zat untuk menghilangkan sakit. Selamat mencoba ya....
Dok, kadang emang ada bbrp dokter yg "asal" kasih AB...
Utk sakit skrg ini, Vania dicek darah dulu, begitu didpt hasil leukosit normal, dokter gak kasih AB.. Walaupun gak tega ngeliat anak diambil darah, tp aku hargai krn utk pemberian terapi yg tepat memang...
Trus utk radang tenggorokan emang biasanya kami jg pake madu, tapiii susah sekali pilih madu asli, kadang2 alih2 sembuh, tenggorokan malah jd gatal... Padahal dgn cara2 membedakan madu asli dan palsu, madu tsb udah memenuhi kriteria... Ini yg kadang2 bikib qta takut minum madu klo lg radang tenggorokan...
Makasih infonya yah dok... Bermanfaat bgt... :-)
makasih buk dokter dengan semua infonya..
Aku suka minum antibiotik....krn aku alergi udang,kepiting dan juga udara dingin....dan klu lg pengin mkn..maka tubuhku langsung bengkak2 dan gatal..tp setelah minum antibiotik, maka 1/2jam kembali normal..
Lyli:
Iya cek lab memang membantu menegakkan diagnosa. Dua anakkupun pernah dirawat inap karena diare, sebenarnya ndak tega. Tapi menurutku diinfus justru lebih bai daripada keburu dehidrasi atau kejang demam.
Iya cari madu asli memang butuh perjuangan, aku baru dapat info, madu Asy Syifa yang banyak dijual di toko obat herbal itu ASLI lho...kebeneran mau beli juga, karena jenis madu plus Spirulina-nya HPA stoknya lagi kosong.
Hmmm....boleh ya minta sesuatu,
Bunda:
Bunda sayang....iya jadi termasuk alergi sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.
Untuk pencegahan alergi boleh lah bunda coba dengan madu, pastikan yang asli ya Bun....Coba, yakin dan buktikan. Itung-itung nyunah ya Bun...
Posting Komentar