Bukan sebuah bahasan serius tentang diversifikasi pangan, hanya merekam apa yang pernah diajarkan Profesor Gambir. Bahwa sebenarnya konsep diversifikasi pangan bukan suatu hal baru dalam peristilahan
kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia karena konsep tersebut
telah banyak dirumuskan dan diinterprestasikan oleh para pakar.
Kasryno
et al. (1993) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat
erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia,
pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat,
yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi.
Sementara Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada dasarnya diversifikasi
pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu
diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi ketersediaan pangan, dan
diversifikasi produksi pangan. Kedua penulis tersebut menterjemahkan
konsep diversifikasi dalam arti luas, tidak hanya aspek konsumsi pangan
tetapi juga aspek produksi pangan.
Pakpahan dan Suhartini (1989)
menetapkan konsep diversifikasi hanya terbatas pangan pokok, sehingga
diversifikasi konsumsi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi
beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras.
Secara lebih tegas, Suhardjo dan Martianto (1992) menyatakan dimensi
diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya terbatas pada diversifikasi
konsumsi makanan pokok, tetapi juga makanan pendamping.
Dari beberapa
pendapat tersebut terlihat telah terjadi kerancuan dalam mengartikan
konsep diversifikasi pangan. Dan pada dimensi diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya
terbatas pada pangan pokok tetapi juga pangan jenis lainnya, karena
konteks diversifikasi tersebut adalah untuk meningkatkan mutu gizi
masyarakat secara kualitas dan kuantitas, sebagai usaha untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Jadi ya sebenarnya divertivikasi pangan itu bukan hanya terkait makanan pokok saja. Bukan sebatas menggantikan beras dengan nonberas saja tapi lebih mengacu pada menu 3b yaitu beragam, bergizi dan berimbang. Yang mencakup hal pokok; tepat memilih, terampil mengolah dan pandai menyajikan.
Terkait masalah keragaman jenis makanan, dari pempek, lenggang, mie celor, martabak HAR, tekwan, model, celimpungan, burgo sampai laksan dan turunannya, patut di akui bahwa Sumatera Selatan sangat potensial untuk menyukseskan divertifikasi pangan. Tapi pada kenyataannya, anggapan bahwa tak kenyang kalau belum makan nasi ternyata juga masih dianut oleh sebagian masyakat Wong Kito, termasuk keluargaku tentu saja.
Lenggang Panggang, made in SUDI MAMPIR. |
Namun semakin mengetahui tentang aneka rupa pangan yang diunggulkan, seperti kripik gadung yang ternyata mengandung monosodium glutamat alami, tapai yang sebaiknya dimakan sebagai pengganti B1 yang banyak hilang dari beras yang kita makan karena tak tepat cara pengolahannya. Tempoyak yang dua coleh bisa menyamai dua botol Yalult, petai yang banyak kelebihannya. Aku janji dimasa depan akan lebih bisa lagi menjadi orang terdepan dalam menyuksesekan divertifikasi pangan secara sederhana khususnya di singasanaku, dapur rumahku maksudnya, he he ...
Tak muluk-muluk mau membuat Neraca Bahan Makanan (NBM) untuk Palembang, karena ini memang suatu yang harus dikerjakan oleh tim yang beranggotakan para ahli, bahkan harus melibatkan BPS agar hasil sensus pendusuknya akurat, dan tentunya bukan aku anggota tim tersebut. Tidak sanggup juga kalau harus menunggu Pola Pangan Harapan (PPH) ideal, karena sekarang saja Negeriku masih terus berbenah untuk tak lagi menjadi pengimport beras. Tapi paling tidak baik aku atau kita bisa memulainya dari yang paling mungkin untuk dilakukan.
Mulai dari yang paling mudah, paling sederhana dari rumah kita sendiri. Mulai sekarang juga setidaknya untuk membuat anak-anak hobby makan sayur asem, sayur lodeh, ikan panggang, pepes kerang tak melulu mau makan kalau ada ayam saja. Ayam lagi ayam lagi, capek dech kata seorang teman curhat tentang menu yang dipilih anaknya. Lebih naif lagi kalau hanya mau yang dari Ka eF Ce bersaudara itu. Bukan saja soal kantong yang bisa sakit, tapi itu kan jenis makanan yang sudah lama ditinggalkan oleh negara asalnya, nach sekarang kok malah kita yang kedemenan. Semoga ya kalaupun sesekali mau masak ayam, kita bisa nemu ayam kampung yang dipotong sendiri dari kandang kita, seperti zaman aku kecil dulu, mimpi apa ngayal Mak? Ngarep dong!
18 komentar:
yang jelas kalo lenggang itu susah buat dijadikan makanan pengganti beras. biarpun mengenyangkan dan bergizi tetep aja rasanya cuma jajan kalo makan lenggang :D
wahhh enak banget yaaa
mau dong makan disana
Ulasannya bagus mba..
Saya setuju tulisanya mba yg mengatakan : Jadi ya sebenarnya divertivikasi pangan itu bukan hanya terkait makanan pokok saja. Bukan sebatas menggantikan beras dengan nonberas saja tapi lebih mengacu pada menu gizi beragam, bergizi dan berimbang. Yang mencakup hal pokok; tepat memilih, terampil mengolah dan pandai menyajikan.
Itu adalah tugas ibu, bagaimana bisa berbuat seperti itu...
tekwan 1 porsi, 1 tunu panggang _ 2 otak2 aku ga usah makan nasi lg ummi *haiyah* qiqiqiqi
aslm.wr.wb.... Ayuk lenggang Panggangnyo bikin aq ngiler bae. Btw, salam kenal Ayuk. Aku nie skrg tinggal di Balikppn, th 2005 smp 2010 aq sempat ngikut laki aku tinggal di Palembang ..hehehe
kayake enak tuhhh
salam dari semarang
Aku termasuk yang diversifikasi pangan dong ya, sarapan roti, cemilan mi goreng, makan siang dan malam baru pake nasi, hehehe..
Ulasan yang sangat bagus mbak Keke, semua dimulai dari dapur kita dengan mengedepankan materi dan budaya makan setempat. Wuih mbak, saya naksir contoh NBM lokalnya nih .... Salam
Yundaaaa...
Apa kabar?
Kangeeen banget!
Kebetulan di rumah juga sedang menerapkan pola makan sehat, artinya, kurangi jajan diluar dan perbanyak makanan rumah yang variasi dan rasanya lebih beragam. Ada sayur lodeh dan sayur aem seperti Yunda tulis disini, ada juga semur bakso dan tahu yang saya masak hari ini...sssttt, sama tumis jamur juga lo...mau nyobain?
;)
Hohoho...saya belum pernah nyobain lenggang panggang, Yunda...kayaknya enak nih...apalagi kalo dimakan sore-sore pas hujan begini, duuuh, pengeeen!
Hohoho...saya belum pernah nyobain lenggang panggang, Yunda...kayaknya enak nih...apalagi kalo dimakan sore-sore pas hujan begini, duuuh, pengeeen!
bikin laper aja nih mbak
OOT .. ayam kampung konon sekarang ada yang diternakkannya ala ayam ras ya mbak? Jadinya penuh bahan2 kimia juga ...
Btw, makan oat meal masuk diversifikasi pangan juga kan? *sok keren :D*
Eh, judulnya tadi bikin saya bingung: DIVERTIFIKASI, salah tulis rupanya ya ...
di Aceh juga dimana-mana makanannya ayam terus. ada ayam tangkap, ayam lepas, ayam ini ayam itu. btw, kakak, liza pingin dong pempek palembang :D
takjup dengan lenggang panggang...
apakah itu, aku belom pernah tau
Artikel yang bagus dan berguna untuk saya baca. Semoga bermanfaat bagi orang banyak yang membaca artikel ini. Terimakas atas informasi yang diberikan.
Kunjungan balik blog .
terima kasih banyak untuk informasinya senang bisa berkunjung !!!
Posting Komentar