Hari ini orang-orang penting KEMENKES dan MENPAN datang ke BTKL PP Palembang, dalam rangka menilai apakah kantor kami tercinta layak untuk tetap ada. Atau karena funggsinya yang dianggap tumpang tindih dengan BBLK (Balai Besar Laboratorium Kesehatran) jadi harus digabung dalam rangka perampingan. Reformasi biroksari katanya, intinya dalam rangka penghematan anggaran sich sebenarnya.
Jadi untuk sebuah eksistensi bahwa kami memang perlu ada, maka sejak berhari-hari lalu kami bahu membahu untuk memantaskan diri. Walau sebenarnya sebagai orang baru aku ya hanya ikut -ikutan membantu saja. Semua sisi kantor dipoles dan dibenahi. Meski harus pulang sore tapi kami semua menikmatinya, sebuah proses untuk memantaskan diri. Kami memang layak ada, bahwa kami berdaya guna, dan kami punya TUPOKSI yang jelas. Yach begitulah...
Dan meski orang baru akupun merasakan alangkah banyaknya kerja-kerja di BTKL PP ini yang memang belum bisa digantikan oleh instansi lain. Lucunya 9 BTKL PP yang lain tersebar diseantero negeri nasibnya tergantung dari penilaian tim pusat tadi kepada kantor kami. Maka wajarlah para pejabat kantor kemarin sempat ketar-ketir. Dan siang ini setelah prosesnya selesai, kami sudah bisa tersenyum lagi. Walaupun hasilnya belum langsung diketahui, sebab masih harus (katanya) dianalisa lagi. Tapi bagi kami yang penting sudah berusaha, kami sudah melewati sebuah proses untuk menjadi pantas. Pantas untuk tetap ada.
Ahaaa, ini curhatan apa namanya ya...
Entah, yang pasti aku senang karena hari ini bisa menulis lagi, walau tak sepenuh jiwa, jadi maaf kalau tulisan ini jadi terasa hambar.
Dan sehubungan dengan yang namanya proses memantaskan diri dalam keseharian aku sering merasakan langsung. Kemarin saat memberi kuliah perdana pada mahasiswa-mahasiswi baru di STIK, aku sampai bahas hal ini panjang lebar. Saat sering kudapati ada dari mereka yang asyik ngobrol, kutegur berhenti. Tak lama kemudian mulai lagi. Akhirnys aku mengubah bahasan, dari mata kuliah Anatomi jadi berpetuah, bukannya mau sok bijak. Tapi aku mau mereka sepenuh hati, bersungguh-sungguh, menjalani proses memantasksn diri untuk menjadi sarjana kesehatan. Sarjana yang pantas karena memiliki ilmu.
Akupun sangat setuju saat mendengar seorang kerabat yang belum menikah, dengan bahagia menjalani harinya tampa harus menyalahkan takdir. Bahkan saat ada yang bertanya "mana usahamu untuk mencari pacar?" Dengan lantang dijawabnya "aku percaya Allah sudah mengatur jodohku, dan yang harus kulakukan adalah memantaskan diri untuk menjadi istri yang sholeha" Proses memantaskan diri ini tentu berlaku juga pada calon suami, walau dalam kapasitas yang berbeda, karena mereka bisa lebih aktif sebagai pengambil keputusan.
Juga berlaku buatku pribadi, sampai saat ini aku (kita) terus menjalani proses memantaskan diri sebagai sebagai istri, sebagai Ibu sekaligus sebagai anak. Bahkan yang utama dalam berproses memantaskan diri sebagai pengikut Muhammad, SAW. Semoga kelak kita pantas mendapat syafaatnya di hari akhir. Sepenuh pengharapan agar kelak kita dikenali oleh Sang Nabi dari bekas wudhu ini. Mari berjuang sahabat untuk memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik sebagai hamba-Nya. Mari memantaskan diri untuk bisa hidup bahagia, mulia, berdaya guna dan kelak khusnul khotimah!
Entah, yang pasti aku senang karena hari ini bisa menulis lagi, walau tak sepenuh jiwa, jadi maaf kalau tulisan ini jadi terasa hambar.
Dan sehubungan dengan yang namanya proses memantaskan diri dalam keseharian aku sering merasakan langsung. Kemarin saat memberi kuliah perdana pada mahasiswa-mahasiswi baru di STIK, aku sampai bahas hal ini panjang lebar. Saat sering kudapati ada dari mereka yang asyik ngobrol, kutegur berhenti. Tak lama kemudian mulai lagi. Akhirnys aku mengubah bahasan, dari mata kuliah Anatomi jadi berpetuah, bukannya mau sok bijak. Tapi aku mau mereka sepenuh hati, bersungguh-sungguh, menjalani proses memantasksn diri untuk menjadi sarjana kesehatan. Sarjana yang pantas karena memiliki ilmu.
Akupun sangat setuju saat mendengar seorang kerabat yang belum menikah, dengan bahagia menjalani harinya tampa harus menyalahkan takdir. Bahkan saat ada yang bertanya "mana usahamu untuk mencari pacar?" Dengan lantang dijawabnya "aku percaya Allah sudah mengatur jodohku, dan yang harus kulakukan adalah memantaskan diri untuk menjadi istri yang sholeha" Proses memantaskan diri ini tentu berlaku juga pada calon suami, walau dalam kapasitas yang berbeda, karena mereka bisa lebih aktif sebagai pengambil keputusan.
Juga berlaku buatku pribadi, sampai saat ini aku (kita) terus menjalani proses memantaskan diri sebagai sebagai istri, sebagai Ibu sekaligus sebagai anak. Bahkan yang utama dalam berproses memantaskan diri sebagai pengikut Muhammad, SAW. Semoga kelak kita pantas mendapat syafaatnya di hari akhir. Sepenuh pengharapan agar kelak kita dikenali oleh Sang Nabi dari bekas wudhu ini. Mari berjuang sahabat untuk memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik sebagai hamba-Nya. Mari memantaskan diri untuk bisa hidup bahagia, mulia, berdaya guna dan kelak khusnul khotimah!
10 komentar:
semoga hasilnya memuaskan ya mbak
Ikut mendoakan dan semoga mendapatkan hasil yang memuaskan.
Sukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
Iyalah ... semoga proses itu berjalan dengan baik ... :)
"mana usahamu untuk mencari istri?"
waduh ini buat saya ya Yunda...
baiklah Yunda mulai besok saya akan semangat mencari, kalau perlu saya iklankan di Google, pasang banner di perempatan, atau bikin sayembara nulis dengan hadiah saya hahahaha
tapi ya seperti kata Yunda saya pun mulai sekarang harus melakukan proses memantaskan diri.. matur nuwun Yunda, salam buat mahasiswinya ya hehehe
usaha memantaskan diri adalah bentuk positif dari ikhtiar untuk lebih baik; sungguh, saya juga memantaskan diri untuk meraihkan banyak kebaikan yang telah saya harapkan dalam doa-doa kepada-Nya.
yg pentig kita selalu berusaha utk terus memantaskan diri ya :)
Memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup :)
insya allah saya juga lagi belajar memantaskan diri menjadi ibu dan istri yang baik mbak...:)
Insya Allah.. Insya Allah.. Insya Allah..
Aamiin ^___^
semoga menjadi informasi yang bermanfaat
salam kenal
NANGKRING.
obat tradisional lambung.
OBAT SAKIT GIGI ANAK .
Posting Komentar