Kabayan dapat tetangga baru. Mas Paijo, wong Solo pedagang bakso. Sebagai
pendatang baru, Mas Paijo cukup tahu diri. Tak lama setelah pindah, segera ke
rumah Kabayan menyampaikan undangan khusus agar datang pada jamuan makan sore
di rumahnya untuk mencicipi sop ayam istimewa buatan istrinya yang lezatnya
tiada tara.
Di waktu ditetapkan, Kabayan bergegas pergi ke rumah Mas Paijo, rasanya
tidak sabar untuk menyantap hidangan sop istimewa istri Mas Paijo. Kebetulan Nyi Iteung
nggak bisa ikut karena harus menemani ibunya ke luar kota, sehingga dia
berangkat sendiri.
Sampai di rumah Mas Paijo, Kabayan langsung dipersilakan ke meja makan.
Kabayan melirik dengan ekor matanya ke atas meja makan, terlihat sayur sop yang
masih mengepul dengan sambal cabe rawit yang pedas. Sayur tersebut luar biasa
harumnya membuat Si Kabayan beberapa kali harus menelan air liurnya.
Setelah duduk di meja makan, Mas Paijo segera menyodorkan piring dan nasi
putih yang pulen kepada Kabayan. Kabayan langsung menyambarnya, dan nasi putih sudah menggunung di atas piring. Dengan sumringah Mas Paijo berkata lagi ,"Monggo
Mas iki sambelnya" Kabayan pun langsung mengambil sambel yang
ditawarkan Mas Paijo.
Kemudian tangannya terus bergerak ke arah sayur sop yang diincarnya dari
tadi, tapi tiba-tiba dia menghentikannya ketika mendengar Mas Paijo melanjutan
ucapanya ,"Lha iki JANGAN Mas !" . Hal itu terus berulang-ulang, akhirnya Kabayan cuman makan nasi
sama sambal saja sampai matanya berair kepedasan.
Akhirnya Kabayan pulang ke rumah, kebetulan istrinya sudah datang. "Ndak sopan Si Paijo, Akang nggak akan datang lagi ke rumahnya !". "Kenapa gitu Kang", kata istrinya heran. "Masa
Akang cuman disuruh makan sambel !”. Sementara itu, di
rumah Mas Paijo, setelah Si Kabayan pulang, Mas Paijo berkata dengan penuh
keheranan kepada istrinya, "Bu kenapa ya kok Mas Kebayan nggak mau
makan sayur sop kita, apa sop kita nggak enak ya Bu ?"
Renggangnya pertemanan, atau pecahnya rasa persaudaraan terkadang
disebabkan oleh sebuah permasalahan yang sebenarnya kecil tetapi kurang
terkomunikasikan dengan baik. Sebagaimana halnya Kabayan dan Mas Paijo yang mengalami keretakan hubungan
karena kegagalan dalam mengkomunikasikan kata “ JANGAN ”. ‘Jangan’ yang dimaksud Mas Paijo adalah sayur itu sendiri, tapi ‘jangan’
yang difahami Kabayan adalah Tidak Boleh.
Allah menciptakan manusia dalam beragam bangsa, suku, bahasa, sifat dan
karakter. Dalam keragaman tersebut manusia harus berkomunikasi satu sama lain
menyampaikan keinginan, ide, gagasan atau pun hanya untuk sekedar bertegur
sapa. Maka setiap hari ada milyaran mungkin trilyunan kata, tulisan, simbol,
ataupun isyarat yang disampaikan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain.
Sehingga terjadinya miss merupakan sebuah kewajaran dalam berkomunikasi bahkan mungkin keniscayaan.
Dalam kehidupan bermasyarakat yang
anggotanya manusia, terjadinya miss adalah juga sesuatu yang mungkin terjadi. Antara sesama tetangga ataupun rekan kerja. Bahkan bisa jadi dengan staff atau atasan di kantor karena berbagai sebab,
faktor dan keadaan yang melingkupinya.
Menyadari miss komunikasi itu
mungkin terjadi, kita harus terus menerus berusaha untuk memperbaiki cara, pola dan metoda dalam berkomunikasi sehingga mutual understanding (pengertian bersama) yang menjadi tujuan
komunikasi bisa tercapai secara efektif atau bahkan mungkin sempurna tak ada
miss sedikitpun.
Dalam konteks ini, kita bisa belajar metoda komunikasi kepada Musa as, yang diabadikan Allah di Al-Qur’an.
" Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku
dan mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka
mengerti perkataanku” (QS Thoha 25-28).
Walaupun ayat ini secara khusus terkait komunikasi Musa kepada Fir’aun,
tetapi secara umum hikmahnya tetap bisa kita petik. Bahwasanya kunci sukses
komunikasi menurut ayat ini adalah lapang dada (insyirahu shadri). Ketika dada lapang,
urusan akan menjadi mudah (tasirul umur) dan lidah pun akan lancar terbebas dari kekakuan (uqdatul lisan) akhirnya orang akan faham dengan apa yang
kita maksud.
Negasinya jika dada sempit, segalanya jadi rumit, urusan menjadi sulit dan
lidah pun akan menjadi kaku dan kelu akhirnya orang tidak faham dengan apa yang kita
maksud. Saat dada selapang air minum di gelas, nyamuk mati yang masuk ke air
akan menjadi masalah besar. Tetapi ketika dada selapang air di Sungai Musi,
jangankan seekor nyamuk mati, kerbau mati pun tak kan jadi masalah berarti.
Lapang dada merupakan buah dari kedekatan hubungan kita kepada Allah yang
dibangun lewat tilawah yang tak kenal lelah, shalat malam yang tak pernah padam,
puasa yang tak pernah jera, dzikir yang tidak kikir dan berbagai ibadah sunnah lainnya
yang dicontohkan Rasulullah saw.
Maka, periksa dada kita ketika akan berkomunikasi. Komunikasi apa saja, kepada siapa saja. Terlebih ketika akan mengkomunikasikan hal-hal yang sensitif. Jangan
sampai Tragedi “Jangan” antara Kabayan vs Mas Paijo menimpa kita.
Wallahu ‘alam.
***
Disarikan dengan sepenuh hati dari nasehat pekanan.
Sya'ban sebentar lagi, mari sambut Ramadhan dengan suka cita.