Jarimatika adalah sebuah metode menarik dalam belajar matematika. Sebab disini seseorang hanya mengandalkan 10 jari tangan yang memang dikaruniakan Sang Maha Tahu, tak perlu alat bantu khusus semisal kalkulator atau lidi yang dipotong pendek-pendek, seperti aku kecil dulu *ngaku...
Matematika adalah salah satu pelajaran yang aku sukai sejak kecil, mungkin karena bisa aku kuasai dengan baik berkat dukungan kedua orangtua. Contoh saja, aku masih ingat Papaku pernah membuatkan potongan lidi pendek untuk alat bantu menghitung diawal aku masuk sekolah dasar. Mamaku rajin memotivasiku untuk hafal perkalian juga saat mulai masuk SD #sebuah kenagan yang selalu mampu membuatku berdo'a buat kedua orangtua terkasih, semoga Allah selalu menyayangi mereka di dunia dan diakhirat kelak... Kemampuan matematika juga yang membuatku cepat punya kawan saat masuk SMP, padahal tak ada seorang temanpun yang aku kenal diawalnya. Ya matematikalah yang sedikit banyak membuatku populer dikalangan teman bahkan guru di SMP dulu #sebuah kenangan bernuansa kenarsisan, abaikan, malu
Maka tak heran anak-anakku juga sejak kecil suka dan menguasai matematika, tak ada istilah matematika itu sulit buat mereka. Apa ada hubungannya dengan bakat turunan? Entah... Jadi jujur awalnya aku tak pernah terfikir untuk mengikutkan mereka di les-les berhitung. Cukup belajar di rumah saja bersamaku, seperti halnya membaca dan mengaji. Namun saat kelas III lalu Yunda diajak para sepupunya untuk ikut les jarimatika aku berulang kali memastikan, bahwa Yunda harus serius, harus sampai tamat. Setahuku ada IV level di Jarimatika. Bukannya aku terobsesi agar Yunda bisa ikut olimpiade matematika atau sejenisnya lho...
Tapi yang penting menurutku belajar sampai tuntas, belajar tak boleh setengah-setengah. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan. Dan Yunda membuktikan itu, saat para sepupunya satu per satu berhenti les di pertengahan level 2, Yunda berusaha tak terpengaruh. Tapi akhirnya kelasnya bubar juga, dan aku akhirnya memutuskan untuk mencari guru privat yang mau datang ke rumah kami. Agar tak berat, akupun mengajak anak-anak tetangga. Alhamdulillah baru mulai lagi September lalu, ba'da iedul fitri.
Hamas tentu saja ikutan, mulai dari level 1 dong... Semangatnya tak kalah dengan Yunda. Sekali lagi niatku bukan ingin membuat mereka jadi pakar matematika, tapi metode yang dipakai di jarimatika sungguh menarik minat, membiasakan anak-anak tak memakai alat bantu untuk berhitung. Membuat mereka cepat dan terlatih dalam berfikir. Pada anak-anakku sebenarnya agak telat juga memulainya, sebab saat masuk SD bahkan ada yang sejak TK sudah banyak yang menguasai metode jarimatika ini. Anaknya Yuk Susan, Adit yang sekelas Yunda sudah lama tamat level IV, jadi sekarang kalau untuk kali dan bagi Adit hanya butuh menggerak-gerakkan tangannya sejenak saja, hasilnya Insya Allah tepat #tentu saja sambil berfikir dong, maksudnya langsung bisa jawab, tak perlu kalkulet ituh.
Begitu juga dengan kita para orangtua. Tak ada kata terlambat apalagi malu untuk belajar apa saja selagi itu tentang kebaikan. Sayangnya sampai saat ini aku belumlah bisa ikut pelatihan jarimatika secara khusus, baru pada pengenalan diawal saja. Jadi hanya mampu membuatku bisa menjumlah puluhan sampai ratusan, selebihnya masih kalah jauh sama kemampuan Yunda. Padahal kalau dicermati metode Jarimatika sangat bagus untuk dikuasai para Ibu, bukan saja untuk membuka kursus atau menjadi guru, tapi paling tidak bisa mengajari anak-anak sendiri.
Seperti yang dialami langsung oleh penemu metode ini, kalau ingin berkenalan silakan kunjungi langsung beliau di Jarimatika. Luar biasa, menurutku Mbak Peni ini sosok yang sangat inspiratif. Selayaknya ke depan metode berhitung seperti yang di pakai di jarimatika bisa masuk kurikulum pendidikan nasional. Sebab kalau mengikuti les belum tentu semua anak bisa, sehubungan dengan harus tersedianya biaya tambahan. Walaupun buat sebagian orang hal ini tidak memberatkan. Tapi kalau buat beli buku tulis saja sulit lalu bagaimana harus beli buku paket jarimatika yang harganya puluhan ribu. Harapanku kedepan ada peluang jarimatika masuk kurikulum pendidikan nasional. Semoga para pembuat kebijakan mau mempertimbangkan usulan ini, usulan seorang ibu yang cinta ilmu dan sayang anak-anak
Adakah yang sudah kenal dengan Jarimatika? #hayu cerita...
Sepuluh hari lagi, Yunda genap 9 tahun, semoga barokah umurmu Nak...
Matematika adalah salah satu pelajaran yang aku sukai sejak kecil, mungkin karena bisa aku kuasai dengan baik berkat dukungan kedua orangtua. Contoh saja, aku masih ingat Papaku pernah membuatkan potongan lidi pendek untuk alat bantu menghitung diawal aku masuk sekolah dasar. Mamaku rajin memotivasiku untuk hafal perkalian juga saat mulai masuk SD #sebuah kenagan yang selalu mampu membuatku berdo'a buat kedua orangtua terkasih, semoga Allah selalu menyayangi mereka di dunia dan diakhirat kelak... Kemampuan matematika juga yang membuatku cepat punya kawan saat masuk SMP, padahal tak ada seorang temanpun yang aku kenal diawalnya. Ya matematikalah yang sedikit banyak membuatku populer dikalangan teman bahkan guru di SMP dulu #sebuah kenangan bernuansa kenarsisan, abaikan, malu
Maka tak heran anak-anakku juga sejak kecil suka dan menguasai matematika, tak ada istilah matematika itu sulit buat mereka. Apa ada hubungannya dengan bakat turunan? Entah... Jadi jujur awalnya aku tak pernah terfikir untuk mengikutkan mereka di les-les berhitung. Cukup belajar di rumah saja bersamaku, seperti halnya membaca dan mengaji. Namun saat kelas III lalu Yunda diajak para sepupunya untuk ikut les jarimatika aku berulang kali memastikan, bahwa Yunda harus serius, harus sampai tamat. Setahuku ada IV level di Jarimatika. Bukannya aku terobsesi agar Yunda bisa ikut olimpiade matematika atau sejenisnya lho...
Tapi yang penting menurutku belajar sampai tuntas, belajar tak boleh setengah-setengah. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan. Dan Yunda membuktikan itu, saat para sepupunya satu per satu berhenti les di pertengahan level 2, Yunda berusaha tak terpengaruh. Tapi akhirnya kelasnya bubar juga, dan aku akhirnya memutuskan untuk mencari guru privat yang mau datang ke rumah kami. Agar tak berat, akupun mengajak anak-anak tetangga. Alhamdulillah baru mulai lagi September lalu, ba'da iedul fitri.
Hamas tentu saja ikutan, mulai dari level 1 dong... Semangatnya tak kalah dengan Yunda. Sekali lagi niatku bukan ingin membuat mereka jadi pakar matematika, tapi metode yang dipakai di jarimatika sungguh menarik minat, membiasakan anak-anak tak memakai alat bantu untuk berhitung. Membuat mereka cepat dan terlatih dalam berfikir. Pada anak-anakku sebenarnya agak telat juga memulainya, sebab saat masuk SD bahkan ada yang sejak TK sudah banyak yang menguasai metode jarimatika ini. Anaknya Yuk Susan, Adit yang sekelas Yunda sudah lama tamat level IV, jadi sekarang kalau untuk kali dan bagi Adit hanya butuh menggerak-gerakkan tangannya sejenak saja, hasilnya Insya Allah tepat #tentu saja sambil berfikir dong, maksudnya langsung bisa jawab, tak perlu kalkulet ituh.
Begitu juga dengan kita para orangtua. Tak ada kata terlambat apalagi malu untuk belajar apa saja selagi itu tentang kebaikan. Sayangnya sampai saat ini aku belumlah bisa ikut pelatihan jarimatika secara khusus, baru pada pengenalan diawal saja. Jadi hanya mampu membuatku bisa menjumlah puluhan sampai ratusan, selebihnya masih kalah jauh sama kemampuan Yunda. Padahal kalau dicermati metode Jarimatika sangat bagus untuk dikuasai para Ibu, bukan saja untuk membuka kursus atau menjadi guru, tapi paling tidak bisa mengajari anak-anak sendiri.
Seperti yang dialami langsung oleh penemu metode ini, kalau ingin berkenalan silakan kunjungi langsung beliau di Jarimatika. Luar biasa, menurutku Mbak Peni ini sosok yang sangat inspiratif. Selayaknya ke depan metode berhitung seperti yang di pakai di jarimatika bisa masuk kurikulum pendidikan nasional. Sebab kalau mengikuti les belum tentu semua anak bisa, sehubungan dengan harus tersedianya biaya tambahan. Walaupun buat sebagian orang hal ini tidak memberatkan. Tapi kalau buat beli buku tulis saja sulit lalu bagaimana harus beli buku paket jarimatika yang harganya puluhan ribu. Harapanku kedepan ada peluang jarimatika masuk kurikulum pendidikan nasional. Semoga para pembuat kebijakan mau mempertimbangkan usulan ini, usulan seorang ibu yang cinta ilmu dan sayang anak-anak
Adakah yang sudah kenal dengan Jarimatika? #hayu cerita...
Sepuluh hari lagi, Yunda genap 9 tahun, semoga barokah umurmu Nak...
25 komentar:
selamat ya atas prestasi Yunda dan Hamas bisa menjadi salah satu pemenang dalam kompetisi ini...semoga kelak bisa lebih sukses lagi :)
selamat ya atas prestasi Hunda dan Hamasah...selamat juga buat bundanya,, sebagai seorang ibu, aku perlu belajar banyak nih dari Bunda..
Selamat utk Yunda & Hamas..
Jarimatika itu memang bagus.. Dulu sekolahnya anak2 sy wkt TK ngajarin konsep berhitungnya pk metode jarimatika. Dan selain mengasyikkan juga memang bikin mereka cpt..
Cuma pas SD, sklhnya yg skrg gak pk metode jarimatika.. Akhirnya anak sy sempet kebingungan.. Kadang dia pake jarimatika, kadang dia pk cara konvensional tp kadang di campur2. Kl udah di campur2 jd amburadul hasilnya..
Emang butuh konsistensi dr si anak juga ya mbak. Akhirnya sy minta dia milih mau pk cara apa. Dan dia milih pk yg konvensional aja kyk temen2nya.. Ya udahlah sy ngalah :)
subhanallah.. yunda dan hamas hebat...
ayra nih kecilnya kayaknya ga terlalu suka dengan angka. semoga ntar beranjak gedhe bisa cinta matematika:D
jarimatika ama kumon tuh sama ga sih?
TK di kampung saya sudah mulai ada jarimatika mbak, kalau di SD belum ada kayaknya :).
Selamat buat Yunda dan Hamas, semangat terus.... :)
Selamat ya buat yunda dan hamas. sempga maikin pintar ya. siapa dulu ya bundanya :)
Selamat ya buat yunda dan hamas. sempga maikin pintar ya. siapa dulu ya bundanya :)
selamat ya yunda, seneng pasti apalagi ummi nya :) mesti dicoba neh buat fityan n akifah
tapi ga bikin anak tambah pusing kan mba,kasian kalo tambah pusing ,hhehehee
yunda dan hamas, anak-anak cerdas. nanti ajarin Kanaya ya....
anak saya malah belum kenal jarimatika mbak...kayaknya seru ya belajar jarimatika...
anak2 dulu sempat diperkenalkan jarimatika ...., tp karena akhirnya ekskul dapat sempoa... ya belajar salah satu saja
jadi inget waktu kecil, ngitungnya pake lidi
jadi namanya diganti lidimatika, hehe
selamat ya bunda atas prestasi kedua anaknya ^^
Wah, Yunda & Hamas hebat sekali. Selamat ya...... semoga DnB kelak pinter matematika juga. Jadi pengen cari2 les jarimatika di Jepara. Papanya anak2 hanya punya 1 jurus perkalian dan bisa dipakai. Kalau bisa penjumlahan, pengurangan dan pembagian juga, alangkah senangnya.
saya belum.. :D hihi..
dulu waktu kecil.. sayanya blajarnya dengan sistem hafalan.. :D
aku tahunya aritmatika sempoa ... hehe :D
itu menggunakan sistem hitung jari yaah ... ?
kepingin anak2 bisa matematika dg santai.. ga megap2 kayak ibunya, tp malah belum kesampaian
selamat buat anak2.. senengnya
sebuah kompetisi penting yang perlu juga diselenggarakan di tempat2 lain.
belom kenal Bu Dokter....
sempat nyari nyari juga
dan berharap ada pelatihannya disini..
:(
Dija juga mau belajr jarimatika dong...
Kayaknya saya baru denger kali ini Yunda soal Jaritmatika. cek tekape ah bentar lagi
Oh ya selamat nih buat Yunda ama Hamas
Selamat yaa..
Aku juga lebih tertarik matematika dari pada pelajaran yang lain, seneng aja sama hitung2an..
Jadi inget waktu belajar jarimatika tapi ga les, aku sendiri yang menngajarkan sendiri sama Olive pake metode CD juga kan di pandu, lumayan tapi mogok di tengah jalan...
Sekarang lupa lupa ingat juga..
Jarimatika sangat terkenal, tapi sekarang banyak metode yang muncul, dari sempoa, kumon, dll. Salam kenal
jaman sd dulu aku belajar ngitungnya pake lidi. berarti namanya lidimatika dong..?
Subhanallah...
Saya pernah baca buku tentang cara itung2an pake jari. Keren banget ya. Rasanya saya pengen ikutan belajar juga, meski sudah gedhe kek gini... :D
Dulu aku jg suka matematika Ummi, walopun ga bisa #eh? hihihihi
Yunda dan Hamas memang pintar yaa *kagum*
Posting Komentar