Kamis, 25 Oktober 2012

Cerita Safari Wukuf

Banyak ide yang mendesak-desak ingin dituangkan, tapi berhubung dan berhubung, akhirnya niat mengisi blog ini hanya angan-angan. Kemarin kusempatkan melongok blog ini barang sejenak, memposting tulisan copyan yang tujuannya untuk dokumen pribadi. Dan hari ini biarlah coba kususuri lembar kenangan menjelang detik-detik puncak haji 2 tahun silam. Terbayang juga betapa ketar-ketirnya para rekan-rekan tkhi 1433 H yang sedang bertugas saat ini.

Hari ini bertepatan dengan 9 Dzulhijjah 1433 H, dan sudah sejak beberapa hari yang lalu seorang rekan yang sedang tkhi intens menghubungiku, sekedar menanyakan apakah di Mina ada persiapan air panas, ada colokan listrik kah di 'Arafah? Pertanyaan-pertanyaan sederhana bahkan tak berhubungan langsung dengan tugasnya selaku tim kesehatan haji. Tapi tak mengherankan, sebab tugas inti sudah dibahas tuntas saat pelatihan kompetensi juga integrasi jauh sebelum keberangkatan dulu. Dan saat inipun tentu mereka intens berkoordinasi dengan sektor juga petugas lainnya disana. Soal colokan, air panas itu hanya intermezo yang kebetulan ada akses mudah (dan murah tentu saja) untuk bertanya.

Menjelang punjak haji, sejak sepuluh hari yang lalu adalah saat-saat yang penuh perjuangan buat para petugas haji, termasuk juga tim kesehatannya. Besarnya amanah yang diemban, bagaimana mendampingi dan membantu para jama'ah agar bisa melaksanakan semua tuntunan wajib haji serta terpenuhi semua rukunnya. Tentang apa saja wajib dan rukun haji silakan googling ke tempat lain ya :D Lalu bila ada jama'ah yang sakit, dengan derajat yang berbeda-beda, apa saja yang harus dilakukan petugas kesehatan haji, sehubungan dengan perjalanan 'Arafah-Musdhalifah-Mina yang begitu 'berat'? Ada sekitar 360-450 jama'ah yang harus didampingi lho...

Dulu saat pelatihan, dibanyak simulasi dan bahasan kasus, aku sangat terhibur dengan satu istilah 'Safari Wukuf', bagaimana tidak, sepemahamanku saat itu bila ada satu dua orang jama'ah yang sakit berat menjalang pelaksanaan puncak haji, tinggal didaftarkan 'Safari Wukuf' saja, selesai. Aku dan tim bisa berkonsentrasi dengan jama'ah lainnya. Tapi ternyata, kreteria 'sakit berat' tak sesederhana itu jendral! 

Seminggu menjelang pelaksanaan wukuf, memang pihak sektor (setingkat Puskesmas) sudah meminta daftar jama'ah yang akan diikutkan pada Safari Wukuf. Akupun mendaftarkan 3 nama dari sekian belas kandidat. Tiga orang yang memang KU (keadaan umumnya) sangat memprihatinkan. Satu dengan gagal ginjal yang harus cuci darah setiap dua kali dalam seminggu, atas pertimbangan cuci darah dan keadaan umumnya yang terus memburuk aku daftarkan beliau. Yang satu lagi karena sejak datang sesaknya bertambah-tambah, ada masalah diparu serta DM yang tidak stabil. Aku cemaskan hipoglikeminya yang bisa membuatnya pinsan sewaktu-waktu, dan yang terakhir jama'ah dengan gagal jantung yang sudah ada pembengkakan di kakinya. Buat jalan saja sesak. 

Data masuk, petugas sektor datang menilai, oh masih bisa duduk. Tak lolos ketiganya untuk ikut safari wukuf. Dalam bahasa sederhananya, sakit berat yang boleh diikutkan dalam 'Safari Wukuf' adalah mereka yang sakitnya setara pasien yang ada di ICU. Kalau sakitnya masih bisa rawat di bangsal, maka tanggung jawab pengawasan otomatis ada di pundak dokter kloter. Ada ribuan orang sakit berat yang masuk dalam 'gerbong safari wukuf', mereka hadir untuk wukuf di 'Arafah dengan memakai ambulan. Yang satu ambulannya bisa bersusun delapan tempat berbaringnya. Biasanya dengan pemasangan alat bantu nafas.

Arak-arakan ambulan datang menjelang pelaksanaan wukuf, mereka tak ada bermalam di 'Arafah seperti jama'ah pada umumnya. Datang dan berdiam diri untuk mengisi absen istilahnya, sebab memang tak boleh berwakil, tetap didalam ambulan, karena memang mereka tak berdaya untuk hanya sekedar duduk, atau dalam mobil berkerangkeng karena jiwanya yang terganggu. Dan segera pulang ke RS saat matahari terbenam, bahkan konon khabarnya mereka sudah bergerak keluar 'Arafah jauh sebelum matahari terbenam. Musdhalifah-Mina sudah tak ikut lagi, sebab hanya fase 'Arafah yang memang tak boleh berwakil, tak ada haji bila tak turut serta ke 'Arafah. Maka walau nafas satu-satu dengan pemasangan tabung oksigen, seorang jama'ah harus tetap dihadirkan ke 'Arafah. Agar tak sia-sia puluhan juta ONH yang sudah ia bayar, agar memang benar pantas sepulangnya nanti dikatakan sudah berhaji dan menjadi haji yang mabrur.

Jadi bayangkan, cerita ini menggambarkan, betapa suasana tenda-tenda jama'ah haji di 'Arafah sudah biasa digunakan juga untuk posko kesehatan tingkat pertama. Fase 'Arafah, dimulai sejak kedatangan, yang biasanya siang menjelang sore tanggal 8 Dzulhijjah sampai terbenam matahari di 9 Dzulhijjah adalah satu waktu yang teramat singkat. Jadi bila dalam kurun waktu itu ada satu jama'ah yang sakit lalu sibuk merujuk ke Satgas 'Arafah (di Armina tak ada Dakker, atau pelayanan kesehatan setingkat RS, adanya Satgas, dimana dengan segala keterbatasan, tenda disulap selayak RS), alangkah riwehnya. 

Mana lagi saat aku laporan ke satgas ternyata tempat tidur disana sudah terisi banyak pasien dadakan. Kasian jama'ah yang lain juga bila harus ditinggal-tinggal, mereka butuh pendampingan dan penguatan. Maka bila hanya membutuhkan perbaikan keadaan umum, misal para jam'ah lansia yang mendadak diare atau sekedar tak nafsu makan, ya kembali ke dokter kloter dan tim lagi untuk merawatnya. Pasang infus di tenda saja.

'Arafah, 9 Dulhijjah 1431 H, ada infus di tenda kami.

Dan inipun terjadi pada kloter kami 2 tahun yang lalu, saat malam kami sudah di 'Arafah ada seorang nenek yang karena kecapeaan malamnya gelisah tak bisa tidur, suhu badannya tinggi, panas. Malam itu juga kami infus beliau di tenda, diantara gelimpangan jama'ah lainnya yang tertidur setengah pulas (tak ada yang pulas sepenuhnya kurasa). Saat cairan dan obat-obatan serta vitamin sudah masuk, barulah nenek tersebut bisa tidur. Harapannya kamipun bisa rebahan. Alhamdulillah memang bisa, walau hanya sampai jelang dini hari, ketika saatnya aku dibangunkan lagi karena ada mbah yang diare. Infus lagi ditenda.

Syukurnya jatah tenda kami di 'Arafah lumayan luas. Jama'ah yang sakitpun lebih nyaman bila mereka tetap berada di tenda kloter, sebab mereka berada ditengah orang-orang yang sudah mereka kenal. Kalau harus ke Satgas, duch nelangsanya, mereka mau minta ditemani ya bagaimana yang lainnya. Serba tak memungkinkan. Sementara semua harus disiagakan untuk ke fase Musdhalifah yang hanya singgah sekejab saja. 

Ya demikianlah ceritaku, jadi Safari Wukuf itu memang ada, tapi jangan diharap-harap, sebab bila jama'ah kloter ada yang lolos untuk safari wukuf itu artinya jama'ah tersebut sedang kritis. Sebuah kondisi yang tentunya tak pernah kita harapkan bukan? Biarlah sibuk, tak apalah retok ditenda-tenda. Atau seperti kisah sejawatku yang saat tkhi 1431 lalu ihromnya sampai kena kotoran jama'ah sebab saat di fase Musdhalifah ada jama'ahnya yang sejak di 'Arafah diare, awalnya tak seberapa tapi mendadak jadi muncrat-muncrat, mau di rujuk tapi kemana, semua orang sibuk dengan urusannya masing-masih, sebuah gambaran mini tentang padang mahsyar. Saat semua orang hanya mampu berjuang untuk dirinya sendiri. Tapi tentu tetap sarat bedanya. Saat 'Arafah-Musdhalifah sebagai dokter kloter kami harus tetap peduli dengan jama'ah kloter lainnya, sebab kami berhaji dalam rangka melaksanakan tugas. Jadi meski dengan segenap kepayahan kami harus bisa melayani dan mendampingi para jama'ah demi laporan di akhirat kelak.

17 komentar:

Indra Kusuma Sejati mengatakan...

Suatu pengalaman tugas yang mulia Mba. Dan akan banyak sebuah cerita yang akan dapat dijadikan bekal pembelajaran di sana.

Semoga semua itu menjadi ladang amal sholeh yang mengalir terus dengan kesehatan dari setiap jamaah yang merasakan sentuhan tangan dingin dalam jiwa yang bersih.


SUkses selalu

Salam Wisata,

Niar Ningrum mengatakan...

kemarin liat di tifi pak kemas naik kursi roda lho bu waktu wukuf :D

ternyata bener2 kok banyak yang harus disiapkan yaa bunda :D

Lyliana Thia mengatakan...

gambaran mini ttg padang mahsyar... jd merinding mbak...

ya Allah ternyata ada jg ya jama'ah2 yg berangkat tp kondisi kesehatannya sangat kritis... semoga ketika saatku tiba, aku bisa berangkat dlm keadaan sehat... Amiin...

Damar mengatakan...

baru ngeh maksud safari wukuf nih. Istilah ini apa hanya dikenal di kalangan medis ?

Rohis Facebook mengatakan...

Rohis Facebook mengucapkan..

Selamat Hari Raya idul Adha 1433 H

"Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum.

“Smga Allah menerima amal2 kami & kamu, puasa kami dan kamu.

Maaf klo ada salah2 kata yaa..!

*smile

Sun mengatakan...

kapan sy bs kesna???
#tanya pd diri

BlogS of Hariyanto mengatakan...

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillah kita masih diberi ALLAH SWT , nikmat umur buat menyambut Idul Adha tahun ini,
semoga rahmat dan karunia ALLAH SWT selalu menyertai kita semua,
selamat merayakan Hari Raya Idul Adha,
bila ada salah dan khilaf dalam kata serta sikap selama ini, mohon di maafkan lahir dan batin.
Wassalam

rental mobil surabaya mengatakan...

thanks gan sudah sharing.. :)

iklan baris gratis mengatakan...

ditunggu postingan bermanfaat berikutnya gan..

Haya Nufus mengatakan...

Tugas berat namun sangat mulia ya mbak. Petugasnya harus benar2 prima ∂άn tangkas.

Selamat idul adha.

kakaakin mengatakan...

Subhanallah... Mbak, ternyata sebegitu hebohnya suasana di sana ya. Saya dengar cerita emak yang bolak-balik ketemu petugas kesehatan karena batuk beliau.

NF mengatakan...

Subhanallah, tergambarkan banget nih kerepotannya di sana, tapi berkahnya lebih berlimpah ya mba :)

HP Yitno mengatakan...

jadi pengen kesana dengan segera. Tapi impianku kesan bersama istri tercinta nantinya. Doakan ya sob.

Lidya Fitrian mengatakan...

walaupun telat tetap mengucapkan selamat idul adha ya mbak :)

Lidya Fitrian mengatakan...

walaupun telat tetap mengucapkan selamat idul adha ya mbak :)

tour and travel mengatakan...

sukses terus buat blognya. :D

obat panas lambung mengatakan...

semoga menjadi informasi yang bermanfaat
salam kenal

NANGKRING.
obat tradisional lambung.
OBAT SAKIT GIGI ANAK .