Senin, 08 Agustus 2011

Betapa Aku Bangga

Aku menatap dengan takjub dan kesyukuran, sungguh diluar dugaanku. Tampak sejauh mata memandang, Padang Arafah kini hijau dan rindang dengan pepohonan. Sebelumnya aku membayangkan, mungkin juga seperti bayangan banyak orang bahwa Padang Arafah merupakan hamparan padang pasir yang luas nan tandus. Padang Arafah sendiri luasnya sekitar 5,5 x 3,5 Km, disekitarnya dikelilingi bukit-bukit. Salah satunya adalah Jabal Rahmah, yaitu bukit yang diyakini sebagai tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa setelah turun ke bumi.


Namun, sejak beberapa tahun terakhir, paling tidak dari yang aku saksikan sendiri  November 2010 yang lalu, saat aku bertugas sebagai Tim Kesehatan Haji Indonesia 1431 H, Padang Arafah sudah begitu rindang dengan pepohonan yang tumbuh subur. Bahkan, hijaunya hampir merata di setiap sudut yang menghampar. Pohon-pohon yang tumbuh subur itu tak lain yang sering disebut dengan nama Pohon Soekarno. Di Negeri asalnya, Indonesia, Pohon Soekarno itu dikenal dengan nama Mimba, Pohon Imbo, atau Pohon Imba. Pohon ini memiliki family dekat dengan Pohon Mindi. Kedua tanaman itu memang memiliki kemampuan yang lebih untuk tetap hidup dan berkembang di tanah tandus yang kering. 

Di Indonesia sendiri kedua tanaman itu memiliki beberapa fungsi. Tanaman yang digunakan untuk penghijauan lahan kritis, dan juga dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan dan kayu bakar. Daunnya bermanfaat untuk bahan baku pestisida organik dan sebagai obat bagi kesehatan. Fermentasi dari daun Mimba dan urin kambing atau kelinci yang dipercepat dengan dekomposerbio efektif dapat digunakan untuk pengendalian hama kutu daun pada cabe, tomat, kacang panjang, dan lainnya. Subhanallah…


Berkembangnya tanaman Mimbo di Tanah Suci memang dipelopori oleh Presiden Soekarno saat mengunjungi Arab Saudi sekitar awal tahun 1960 (menurut satu sumber yang kudapat) di zaman pemerintahan Raja Fahd. Sekarang, pohon Soekarno itu sudah meluas, bukan hanya di Makkah tetapi juga di Madinah, Jeddah, dan kota lain di Arab Saudi. Bentuk pohonnya pun dibuat beragam sesuai selera dan kebutuhan. Di Hudaibiyah, tempat bersejarah saat dulu Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian dengan orang-orang Quraisy, Pohon Soekarno dibiarkan tumbuh bercabang-cabang sehingga lingkungannya menjadi rindang. Hudaibiyah sekarang ditetapkan sebagai salah satu tempat miqat untuk ibadah umrah. Disekitar Masjid Aisyiah, Tanim, dan di sepanjang jalan Kota Makkah, Pohon Soekarno dipangkas berbentuk bulat, meruncing, atau lainnya sesuai yang diinginkan. 

Tampak hijau dan rindang Pohon Soekarno,
dibelakang tenda saat Wukuf di Arafah 1431 H.
Adapun saat musim haji, di bawah rindang Pohon Soekarno itu dipasang tenda-tenda untuk penginapan sementara. Tenda-tenda itu dipersiapkan menjelang wukuf yang dimulai pada 9 Dzulhijah setelah shalat Dzuhur. Sekarang suasana Wukuf di Padang Arafahpun tak begitu gersang, disapu sejuk rindang Pohon Soekarno.


Yang jelas, jama’ah haji Indonesia bisa berbangga dengan adanya Pohon Soekarno yang banyak dan terkenal tersebut, tak terkecuali aku. Aku bahkan membayangkan, andai pemerintah Arab Saudi ada penganugerahan Kalpataru atau pemilihan duta lingkungan hidup sejenis sosok yang cinta penghijauan, maka akan ada nama Presiden Soekarno yang selayaknya masuk.  Betapa tidak, melakukan penghijauan sebagai bentuk cinta lingkungan hidup di Negeri sesubur Indonesia saja pantas dihargai, apalagi di Negeri kaya minyak tapi tandus seperti Arab Saudi, yang selama ini hanya ada Pohon Kurma. Sebuah ide cerdas yang sepatutnya diacungi jempol dan ditauladani.


Konon dari yang pernah kubaca, ada dua gagasan besar Presiden Soekarno di Arab Saudi waktu itu, yaitu penanaman pohon di Arafah dan pembuatan 3 jalur tempat Sa’i. Agaknya, gagasan itu direspons oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Alhasil, kini tempat Sa’i antara Bukit Shafa dan Marwah terbagi menjadi tiga jalur. Jalur pertama adalah dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah. Jalur kedua adalah dari Bukit Marwah ke bukit Shafa. Jalur ketiga berada ditengah-tengah antara jalur pertama dan kedua yang diperuntukkan bagi orang yang sudah udzur  atau yang mempunyai keterbatasan fisik dengan memakai kursi roda. Dan aku yang banyak berurusan dengan jama’ah “kursi roda” ini, sangat merasakan manfaat dari ide 3 jalur Sa’i yang digagas oleh Sang Proklamator, Soekarno. Dan aku makin bangga menjadi orang Indonesia. 


Selain ide cemerlang dari Presiden Soekarno tersebut, ada banyak lagi yang membuatku bangga sebagai orang Indonesia saat bertugas mengawal jama’ah haji Indonesia, sangat banyak orang bersimpatik dengan jama’ah haji asal Indonesia yang terkenal beradab dan sangat menjunjung sopan santun. Di tahun 2010 lalu, jumlah jamaah haji Indonesia sebanyak 221 ribu orang dan petugas haji sebanyak 3.250 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah jama'ah haji terbanyak di dunia, pun bila dibandingkan dengan negara Muslim manapun. Belum lagi, penyelenggaraan ibadah haji Indonesia sudah dijadikan sebagai rujukan bagi banyak negara lain. Buktinya, banyak negara yang ingin bertukar pengalaman dengan Indonesia dalam hal penyelenggaraan haji. Saat ini menurut sumber yang kubaca,  negara yang telah bertukar pengalaman dengan Indonesia dalam urusan haji adalah Rusia. Dalam waktu dekat, sejumlah negara lain yakni Aljazair, Cina, Vietnam, Turki, Iran, dan Senegal segera menyusul.


Salah satu negara yang terang-terangan memuji penyelenggaraan haji Indonesia adalah Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi menilai, pelaksanaan ibadah haji Indonesia sangat bagus dan rapi. Mobilisasi jamaah bisa dilakukan secara tertib. Agaknya adab tertib orang Indonesia saat berhaji memang sudah membudaya, Alhamdulillah…Dulu sebagai petugas aku dengan bangga menggenakan baju "dinas" yang ada lambang merah putih didada, betapa tidak, karena identitasku yang sudah dikenal tersebut sering mengundang simpatik nyata. Misalnya sapaan khas penghormatan "salam untuk Indonesia" dengan logat kearab-araban, apalagi kalau mau belanja, para pedagang banyak yang tak segan memberi harga lebih murah saat mengenaliku sebagai petugas asal Indonesia, tak jarang mereka memuji-muji jama'ah Indonesia, wech makin bangga aku jadinya.


Sungguh, betapa aku bangga menjadi orang Indonesia, meski masih ada cerita tentang kasus korupsi yang belum tuntas, meski pengangguran juga masih ramai, meski ada pahlawan devisa yang pulang tinggal nama, meski semuanya belum seindah yang aku inginkan. Bahkan sampai ada satu film yang berjudul "Alangkah lucunya Negeri ini", tapi kebanggaanku tak akan pupus pada Negeri ini, karena harapan itu masih ada dan akan selalu ada. Semoga kedepan Negeriku akan lebih baik lagi dalam semua bidang. 

***

Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Blogger Bakti Pertiwi yang diselenggarakan oleh Trio Mbak Nia, Bu Lidya, Pakde Abdul Cholik.



Sponsored by:

8 komentar:

Nia mengatakan...

Terimakasih atas partisipasi sahabat dalam kontes CBBP
Artikel sudah lengkap....
Siap untuk dinilai oleh tim Juri...
Salam hangat dari Jakarta.....

ESSIP mengatakan...

Jika saja sang proklamtaor yang sudah tiada masih bisa bisa menunjukkan hasil karyanya.. kenapa kita yang masih hidup tidak bisa?

sukses buat kontesnya mbak

Shudai Ajlani mengatakan...

Banyak ya yg ikutan kontes ini, good luck ya bu B)

Tarry Kitty mengatakan...

Masih bs kah aq bangga dgn indonesia?
Entahlah. . . . Hehe
Sukses buat kontesnya mbak :)

Lidya mengatakan...

datang menilai:) terima kasih atas partisipasinya

Mulyani Adini mengatakan...

Ini saja sudah salah satu contoh yang harus kita lakukan....
Bila niat baik maka lakukanlah tanpa harus memadang atau mengharapkan apa2.
Sukses untuk CBBP nya...ceritanya menarik dan aku suka.

Artineke A. Muhir mengatakan...

Mbak Nia dan Mbak Lid:
Terima Kasih para juri yang sudah datang dan menilai, sucses untuk kontes CBBP-nya ;)

Lozz Akbar & SHUDAI:
Thank's untuk kunjungan dan dukungannya...

Mbak Tarry:
Harus tetap bangga Mbak, hehe...
Terima Kasih sudah berkunjung ;)

Ibu dini:
Terima Kasih banyak ya Bu...

Pak Ies:
Iya Pak kebanggaan yang sangat nyata, aku terinspirasi nulis ini waktu nonton "Jejak Kebersaran-Mu" di Global TV jam 04.30 wib, saat berlokasi di Arafah tampak nyata Pohon Soekarno yang subur nan rindang...

Lyliana Thia mengatakan...

Jadi ingin nangis bacanya Mbak...terharu bangeeet...
Negeriku sangat membanggakan...
Dunia sudah melihat itu...
Ah, andaikan kita bisa menghapus citra negatif itu...
Kita pasti bisa...!
Subhanallah Mbak... Smoga sukses kontesnya!