Setiap anak itu istimewa, mereka mempunyai keunikan masing-masing. Tak bisa dipungkiri, orangtua kadang keliru dalam memberikan perlakuan, mungkin termasuk aku. Yunda, sulungku seperti yang sudah sering kuceritakan, waktu masih kecil adalah sosok anak yang pemalu. Sosialisasi dengan orang-orang yang baru dikenalnya butuh waktu dan proses yang lumayan panjang. Kalau bertemu dengan seseorang pertama kali, ditanya nama nunduk, diajak salaman sembunyi, ya gitu-gitu dech... Biasanya awal berinteraksi Yunda hanya mengamati *hmmm... mengamati kok "hanya" ya... Akupun meralat kata-kata itu dengan menyebut Yunda sang pengamat ulung. Tapi seiring waktu sudah banyak perubahan yang tampak. Nanti kapan-kapan aku tulis.
Lain halnya dalam hal akademik *apa ya istilah yang lebih tepat. Kognitif kali ya? Yunda tak mengalamai kendala, bahkan cenderung menonjol, cemerlang kata Emaknya. Yunda sudah lancar membaca sejak usia 5 tahun lebih, begitu pula dengan mengaji Al Qur'an, sudah sejak TK dulu Yunda piawai. Alhamdulillah... Dan semua itu dilaluinya dengan mudah, maksudnya aku sebagai Emak tak harus mengarahkan atau mendampingi terlalu serius, eh tahu-tahu sudah bisa, berlalu saja masa itu. Aku sadari semuanya sebagai karunia. Maka saat Yunda sedikit bermasalah dengan aktivitas mewarnai, aku ya wajib rela berjuang lebih ekstra. Ini pernah kuceritakan juga di blog dulu.
Soal kepemilikan mainan atau barang pribadi Yunda juga tak ada masalah. Saat punya Al Qur'an pertama kali di TK, ada Al Qur'an di rumah yang dibawanya ke Sekolah. Untuk di rumahpun Yunda biasa pakai Al Qur'an yang ada. Seingatku saat Jidah pulang Umroh, Yunda senang sekali diberi Al Qur'an sebagai oleh-oleh. Al Qur'an itu dibelikan Jidah di Madinah. Waktu itu Yunda langsung membawanya ke Sekolah dan menukarnya. Al Qur'an yang ada di Sekolah dipulangkan ke rumah. Semuanya berlalu dalam damai.
Maka jujur aku kaget saat Yunda agak ngambek kemarin.
Ceritanya begini.
Hamas sudah beberapa bulan ini menyelesaikan Bagdadiyahnya di rumah, pindah ke Al Qur'an dong... Pakai Al Qur'annya bergantian dengan Yunda kalau ngaji di rumah. Oyaaa, Yunda dan Hamas aku biasakan mengaji rutin di rumah, normalnya sehalaman, tapi kalau lagi capek atau hilang mood aku usahakan agar mereka tetap mau ngaji walaupun seayat, biasanya ritual ini ba'da magrib. Kalau aku sedang berhalangan, biasanya aku minta tolong pada Mbak Nyai atau Mbak Endang untuk menyimak.
Ceritanya begini.
Hamas sudah beberapa bulan ini menyelesaikan Bagdadiyahnya di rumah, pindah ke Al Qur'an dong... Pakai Al Qur'annya bergantian dengan Yunda kalau ngaji di rumah. Oyaaa, Yunda dan Hamas aku biasakan mengaji rutin di rumah, normalnya sehalaman, tapi kalau lagi capek atau hilang mood aku usahakan agar mereka tetap mau ngaji walaupun seayat, biasanya ritual ini ba'da magrib. Kalau aku sedang berhalangan, biasanya aku minta tolong pada Mbak Nyai atau Mbak Endang untuk menyimak.
Soal ngajinya Hamas, seperti yang sudah pernah kukisahkan, berbeda dengan Yundanya, aku harus berjuang lebih kuat, mengingat sampai kelas I SD, Hamas belum juga lancar membaca Al Qur'an. Iqro'nya tak ada kemajuan, bahkan tampak mulai bosan. Bukan bermaksud membandingkan dengan Yunda, tapi aku kasian kalau Hamas jadinya kesulitan saat baca soal ujian yang pakai tulisan Arab (Bahasa Arab, Hadist). Maka aku targetkan Hamas harus segera bisa baca Al Qur'an. Syukurnya dengan metode Bagdadiyah di rumah, hal ini teratasi. Namun untuk di Sekolah ya Hamas masih lanjut mengikuti proses bersama Bunda Gurunya. Aku tak hendak menginterpensi. Dan betapa girangnya aku saat Senin (7/5) lalu Hamas mengabarkan bahwa Rabu nanti Hamas sudah diminta Bunda bawa Al Qur'an. Akupun spontan bertanya.
Ummi : "Nanti Hamas mau bawa Al Qur'an yang seperti apa, boleh milih. Akan Ummi belikan" Dengan sumbringah dan mata berbinar, imbas rasa senang karena Hamas sudah benar-benar bisa baca Al Qur'an di Sekolahnya, sudah dapat pengakuan dari Gurunya *padahal ada Al Qur'an di rumah...
Hamas : "Mau Al Qur'an yang besar, seperti yang ada di rumah, tapi warna biru ya Mi"
Al Qur'an yang ada di rumah adalah yang sebesar polio, terjemahan perkata, warnanya PINK KEUNGUAN.
Selasa, aku tak sempat membelinya. Maka Rabu kemarin Hamas belum bawa Al Qur'an dari rumah, masih pinjam milik sekolah. Rabu siang, saat istirahat kantor aku pergi ke Bandung Book Center (BBC, toko buku favorite kami sekeluarga), khusus membeli Al Qur'an untuk Hamas diantar Yuk Susan. Ada yang warna biru terjemahan perkata, hampir saja kubeli. Tak jadi, karena aku lebih tertarik memilih Al Qur'an serupa tapi yang ada tulisan dilengkapi dengan TAJWID. Aku buka, memang tulisan Arabnya lebih besar-besar dan berwarna sesuai tajwid. Aku yakin Hamas pasti suka.
Singkat cerita, sore kemarin aku berikan Al Qur'an tersebut pada Hamas dengan antusias. Hamaspun senang sekali, berulang kali diucapkannya: "Terima kasih ya Mi..."
Aku kaget saat Yunda berkomentar garing.
Yunda : "Ummi, Yunda mau juga Al Qur'an seperti itu, bagus. Kenapa Ummi tak pernah menawari Yunda untuk milih Al Qur'an" *nada ngambek khas anak perempuan, bersungut-sungut.
Deg... aku terdiam. Yapps, Yunda benar. Mengapa aku selama ini tak berfikir Yunda juga berhak punya Al Qur'an sesuai keinginannya. Bukan Al Qur'an yang aku pilihkan atau oleh-oleh Jidahnya, walaupun itu dari Madinah. Acchhh... kuajak ia bicara. Tapi menawarinya seperti pada Hamas kemarin pasti sudah basi, harus spesial dong... Sebelum pembicaraan kami menemukan kata sepakat. Hamas mendekat.
Hamas : "Ummi, boleh nggak Al Qur'an biru ini buat di rumah aja. Biar bisa samaan dengan Yunda. Akang biar bawa yang lama" *Al Qur'an lama yang dimaksud Hamas adalah yang terjemahan perkata warna pink ungu, sebelumnya Hamas menolak membawanya ke Sekolah.
Ummi : "Lho, katanya itu warna cewek, Akang malu bawanya ke Sekolah" *heran.
Hamas : "Ndak papa kok Mi, kan yang biru ini Yunda suka juga"
Duuchhh terharu biru hati Emaknya. Yundapun senang. Tuntas, berakhir dengan bahagia. Magribnya Al Qur'an biru itu yang mereka pakai bergantian.
Tadi pagi, Kamis (10/5), aku coba menggoda Hamas lagi saat mau berangkat ke Sekolah.
Ummi : "Akang nggak malu bawa Al Qur'an warna cewek?" *mesem.
Hamas : "Kan yang penting isinya Mi..." *mantap.
Catatan Hati :
Perlakukan anak dengan spesial, bukan saja saat mereka melakukan sesuatu yang menurut kita (para orangtua) istimewa. Mengenali anak memang sebuah proses yang tak pernah usai, sepanjang masa. Walaupun adil itu BUKAN dengan memberikan 'sesuatu' yang sama.
23 komentar:
Subhanallah...
Lagi-lagi yunda n hamas jadi topik yang menarik. tenar lagi deh...:)
Subhanallah mbaakkk..
Aku terharu bangeeettt. Apalagi kata2 yg penting isinya. Subhanallaaahh..
Semoga Hamas menjadi Generasi yang membawa perubahan bagi agama dan bangsa ini... setiap manusia yang dekat dengan Al-Qur'an semoga diberikan Penjagaan dan Perlindungan oleh Allah swt... TItip salam untuk hamas y
komen apa ya mbak ..
terharu bacanya ..
Subhanallah....
kebahagiaan yg tak terhingga sekaligus keharuan yg memuncak ya Yunda
semoga anak2 menjadi anak2 yg sholeh dan sholehah ,aamiin
salam
Hmm...pelajaran lain tentang pendidikan anak, terima kasih sudah dituliskan di sini ya Mi ;)
Semoga Yunda dan Hamas tambah rajin baca Al Qur'annya :)
dulu semenjak sya kecil juga ngaji cuma sma ibu aja, gak sama kyai atau nyai. Tapi alhamdulillah bsa khatam beberapa kali. Semuanya atas jasa dari seorang sosok ibu... semoga yunda jg punya ibu yang lebih hebat dari pada ibu saya hehe..
Ya Allah saya juga ikutan terharu biru neh baca ceritanya Mbak. Hamas yang ternyata penuh pengertian, Yunda yg sesekali pun ingin dimanja kayak adiknya meski dia anak sulung....so special moment setiap kali kebersamaan dengan buah hati ya Mbak...#ngiriii
a nice story, Bundaaa....^^
subhanallah...
bahagianya memiliki buah hati yg sholeh dan sholehah
salam untuk Yunda dan Hamas ya....
wuaah...saya terharu deh mbak baca cerita tentang yunda dan hamas....semoga mereka rukun selalu ya mbak...
Mengenali anak memang sebuah proses yang tak pernah usai ya mbak, setiap anak di lahirkan dengan karakter yang berbeda-beda, dan menjadi tugas orang tua untuk memahami masing-masing anak sesuai kepribadian nya.
bunda, akang hamas keren deh....jadi ikutan berkaca2 ini :D
warna biru pake nya gantian yaa :D
Subhanallah...
Hamas pengertian yah, Mbak? Yunda khas sifat anak perempuan. Salam untuk keduanya :)
aduh Hamas baik sekali ya. Dia mau mengalah ya.
*terharu*
=========================================
berbagi Kata Kata Motivasi cuy
Hidup ini penuh pilihan. Semakin baik keputusan yang kamu pilih semakin baik juga kamu dalam mengendalikan kehidupanmu.
=========================================
semoga dapat di terima :D
Wuaahhh..berkaca-kaca baca cerita bunda tentang Yunda n Hamas..haru banget..Titip peluk cium pipi mereka bun (T_T)
udah keliatan sifat Hamas sbg pemimpin
Sepertinya banyak kesamaan antara Sabila dan Yunda, Bu Dokter. Soal pergaulan memang Sabila kurang, tapi soal menangkap pelajaran, alhamdulillah, tidak mengecewakan, bahkan mengharukan ( kalau membanggakan dirasa berlebihan ).
Al Quran terjemah perkata + tajwid adalah salah satu yang saya berikan saat Sabila berulang tahun bulan kemarin. Sengaja memilih yang lengkap karena sekaligus persiapan untuk kebutuhan di pesantren nanti biar nda beli dua kali.
Salam untuk dua ponakan saya. Om percaya, kalian akan tetap 'mengharukan' sampai sama-sama sudah dewasa.
Gampang2 susah ya mbak dalam hal seperti ini ....
Syukurlah bisa teratasi ...^^
Gampang2 susah ya mbak dalam hal seperti ini ....
Syukurlah bisa teratasi ...^^
yunda itu mirip dengan pascal mbak agak susah bergaul beda denganAlvin yang bisa main dengan siapa saja
Hamas tampaknya penuh pengertian dengan kakaknya ya jeng. Bagus, biasanya anak laki-laki suka gimanaaaa gitzu ( nengok tengkuk sendiri)
Semmoga kelak Yunda Hamasah menjadi Qori kondang.
Salam hangat dari Surabaya
Posting Komentar