Sungguh berat cobaan seorang
Maryam. Dinadzarkan kepada Tuhan sejak dalam kandungan. Melewati hari-hari
dengan menjaga kesucian diri dan tekun beribadah pada Robbnya. Tiba-tiba harus
mengandung anak tanpa disentuh laki-laki. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali
dia harus pergi menjauh. Dan dalam kesendirian saat sakit melilit hendak
melahirkan, sebagai manusia biasa Maryam tidak tahan untuk mengadukan “deritanya”,
dengan berandai dia tidak pernah hadir ke muka bumi dan menjadi sesuatu yang
tidak dikenal dan dilupakan orang.
"Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan". QS Maryam 22-23
"Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan". QS Maryam 22-23
Sang Maha Tahupun mengutus Jibril untuk menghibur Maryam dan memberikan solusi
terhadap “masalah” yang dihadapi dengan cara “berhenti bicara”
alias DIAM ketika nanti menghadapi pertanyaan dan tuduhan dari sekitarnya.
The show must go on. Maryam harus kembali kepada kaumnya dengan
membawa anak yang telah dilahirkannya tanpa ayah. Maka sesuai dengan petunjuk Sang
Maha Segala, Maryam hanya “diam” menghadapi pertanyaan dan hujatan.
Satu-satunya bentuk jawaban yang dia lakukan adalah memberikan isyarat dengan menunjuk pada
anaknya untuk “berbicara” tentang misteri kelahiran dirinya. Dan atas
izin-Nya, bayi merah itu pun kemudian menjelaskan sendiri tentang siapa
dirinya.
Kisah Maryam tidak berulang dan tak
akan pernah berulang, kecuali
jika Allah menghendakinya berulang. Akan tetapi pelajarannya selalu bisa
dipetik sepanjang masa. Salah satunya, kisah Maryam mengajarkan kepada
kita cara yang efektif dan efisien dalam mengkomunikasikan satu kebenaran yang
sulit dijelaskan lewat kata-kata.
Kelahiran bayinya tanpa sentuhan laki-laki, adalah kebenaran Ilahi yang
harus dikomunikasikan Maryam. Tuduhan logis dan sulit dibantah adalah Maryam
telah berzina. Maryam tidak perlu berteriak “tidak”, atau sibuk
membantah tuduhan itu, tapi Maryam menjawab dengan “diam” dan membiarkan
faktanya saja (bayinya) yang “berbicara”.
Di negeri yang
“langit akhlaqnya rubuh berserak-serak dan hukumnya tak tegak doyong
berderak-derak” seperti ungkapan Taufik Ismail dalam puisinya, para “generasi
gemilang” harus berani tampil ke depan untuk mengumpulkan dan menegakkannya kejayaan kembali. Tampil menjadi “gemintang”
yang menegakkan kebaikan tanpa takut celaan orang-orang yang suka mencela.
Maka para “generasi gemintang” dimanapun berada, harus segera “mengandung
dan melahirkan bayi-bayi kebaikan” sebanyak mungkin dan
menghadirkannya di tengah-tengah
masyarakat negeri ini. Bisa jadi lewat karya-karya bernas kita sebagai seorang
blogger. Tampa kata, tak perlu berteriak. Mungkin masyarat tak akan merespon
atau malah mereka akan mencibir, heran dan menuduh kita dengan berbagai tuduhan
miring bahkan fitnah. Tapi jangan hiraukan semua itu, cukup kita jawab dengan “diam”
seperti Maryam dan biarkan “bayi-bayi kebaikan” itu yang nanti akan
berbicara dengan sendirinya.
Persembahan spesial buat Vania,
Hasil editan penuh cinta dari ‘serial nasehat’
dengan judul asli Belajar “DIAM” dari “Maryam”
Selamat hari lahir ya sayang, semoga barokah umurmu Nak...
Salam sayang dari Yunda dan Akang Hamas ^^
Salam sayang dari Yunda dan Akang Hamas ^^
Maaf kemarin tak bisa ikutan Our Pensieves1st Giveaway
15 komentar:
Betul juga mbak. "Diam" malah bisa terkesan elegan dibanding merepet ...
Bagus mbaaakkk..
Mengaminkan supaya banyak kebaikan tersebar dan mengaminkan agar bunda sukses GAnya :)
salam
subhanallah makasih ya bunda, inspiring
"Berbicaralah yang baik atau diam"
hmm, kurang lebih seperti itu juga yaa yundo.. dhe juga sering diam kok, dhe kan pendiam.. hehe #abaikan :D
meskipun seperti biasa panjang, tapi bahasanya jauh lebih santai dan mengalir.. nyaman dan ngena baca postingan ini.. +9 deh pokoknya untuk diam kali ini.. :)
judulnya mantab cing !!! :D
Diam sejujurnya bukan aib ya mbak... Duh mbak Keke... Terima kasih sangat utk tulisannya... Vania save yaaa... ;-)
Bundanya Vania jg lg belajar "diam" demi menjaga lisan... Tp tnyata gak mudah.... Hiks...
Diam sejujurnya bukan aib ya mbak... Duh mbak Keke... Terima kasih sangat utk tulisannya... Vania save yaaa... ;-)
Bundanya Vania jg lg belajar "diam" demi menjaga lisan... Tp tnyata gak mudah.... Hiks...
Diam sejujurnya bukan aib ya mbak... Duh mbak Keke... Terima kasih sangat utk tulisannya... Vania save yaaa... ;-)
Bundanya Vania jg lg belajar "diam" demi menjaga lisan... Tp tnyata gak mudah.... Hiks...
Sungguh, postingan yang mengingatkan saya untuk kembali menata lisan dan juga tulisan, yang terkadang begitu lancang tak terkendalikan.
Sayang sekali ini terlambat diikutkan giveaway. Tapi tak masalah, selalu ada hikmah yang bisa dibagi.
Salam hangat untuk keluarga tercinta.
lebih baik diam ya Mba..
aku juga lebih suka begitu..
Mbak Keke, ikut menyimak rahasia Maryam, dengan 'diam' dan saatnya 'bayi kebaikan' bersuara, indah dan manjur sekali keteladanannya. TFS ya, salam
Kalimat-kalimatnya keren, Yundaaa...saya sampe nggak bisa komen saking bagusnya...
:)
Apik tenan aretikel ini.
Pesan dan maknanya sungguh bagus.
Semoga berjaya dalam GA
Kok belum ikut Indonesia Bangkit jeng ??
Salam hangat dari Surabaya
semoga menjadi informasi yang bermanfaat
salam kenal
NANGKRING.
obat tradisional lambung.
OBAT SAKIT GIGI ANAK .
Posting Komentar