Minggu, 18 Juli 2010

Anak bukan Miniatur Orang Dewasa

Seorang anak perempuan melintas.
Cantik dan memikat, bolak-balik dengan riang,
menebar senyum manis yang diiringi canda bersama kedua orangtuanya
yang terlihat begitu sangat bersahabat.
Aku yakin mereka keluarga bahagia,
tapi bukan itu yang ingin kubagi.
Ini tentang penampilannya.
Pakaian serba minimalis lengkap dengan polesan lipstik yang tidak tipis.
Rambut hitam diikat dengan pita pink
senada dengan warna sepatu hak tinggi yang juga berwarna pink.
Sexy mungkin sebutan yang tepat untuknya.

Jujur aku punya banyak rasa yang tidak semua bisa sempurna kuartikan.

Usianya sekitar 5 tahunan, sebaya Hamas, anak bujangku, mungkin lebih muda.
Caranya berdandan sangat mengusikku, begitu dewasa.
Ingin kutanya padanya apakah inginnya sendiri atau ada andil lainnya.
Tapi jarak kami yang hampir 6 meter menyurutkanku,
belum lagi aku khawatir ada kesalahfahaman nantinya.
Karena yang pernah kutahu, anak kecil berlipstik ada yang ingin coba-coba sendiri,
penasaran ingin tahu, ingin seperti penyanyi cilik idolanya, atau dengan alasan lainnya.

Akan tetapi ada beberapa kesempatan aku miris menyaksikan si-Ibu
atau orang dewasa lah yang 'memaksa' mereka berdandan menor, berlipstik misalnya.
Ya karena beberapa alasan, kondanganlah, mau pentas kek atau sekedar mau ke pasar.
Mereka belia, tak ada kerutan atau plek hitam yang harus disembunyikan.
Jadi mengapa harus mendandani mereka selayak orang dewasa.
Bila memang mereka ingin mencoba sendiri, biarkan.
Tapi tak baik memaksa atau menyuruh mereka berdandan
hanya karena agar tampak lebih cantik.
Tampak lebih canti menurut siapa?
Entahlah....
Mereka jauh lebih cantik bila tampil sesuai keinginan mereka,
paling tidak ini menurutku :)

Duhai Ibu.... ketahuilah, semua anak perempuan cantik walau tanpa polesan make up.
Semua anak perempuan menggemaskan, mereka mempesona, begitu memukau.

Anak-anak ya bukan hanya kecil secara ukuran fisik yang membuat mereka berbeda dari kita.
Mereka secara utuh memang berbeda dari orang dewasa.
Sosok pribadi yang sangat berbeda dari orang dewasa yang sudah banyak dosa.
Jadi anak-anak bukan lah kita dalam bentuk yang diminikan.
Jangan pernah menganggap anak-anak seperti miniatur kita, si-orang dewasa.
Mereka anak-anak, punya dunianya sendiri.
Dunia yang spesial.

Sendiri kutercenung, ingat Yunda, gadis sulungku.
Kangen padamu Nak....sudah hampir 10 hari tak melihatmu, terpisah karena 'integrasi',
Terngiyang dialog beberapa bulan yang lalu,
saat menjelang akad nikah Ami Kiky, ketika sepupu-sepupu perempuanmu dipakaikan lipstik
oleh salon keluarga. Dikau menghampiriku dan bertanya ;

"Boleh ndak Mi kalau Yunda tidak berlipstik ?"
Aku tak langsung menjawab, tapi balas bertanya;

"Memangnya kenapa Yunda ndak mau pakai lipstik juga Nak?"

Jawaban lugas yang tak perlu dicerna :)

" Karena Yunda pengen kayak Ummi aja, ndak berlipstik"


Yunda ( tengah), bersama sepupu-sepupu sebaya


Padahal....andaipun Yunda memilih berlipstik,
aku tak kan keberatan kok, biar saja bila memang inginnya.
Tapi ya itu dia, anak kan peniru ulung.
Dia akan meniru orang dewasa yang ada disekitarnya,
begitu juga dengan Yunda, ia yang sekarang tak pernah mau lagi keluar rumah
tanpa busana penutup aurat lengkap.
Ia yang akan spontan mencari jilbab bila ada suara tamu laki-laki yang mengucap salam.
Yunda tak pernah kusuruh begitu,
tapi ini semua kusadari sebagai buah dari sebuah proses belajarnya dari lingkungan sekitar.

Melengkapi saja....
Yunda tetaplah anak-anak,
walau ia tak suka didandani layak orang dewasa,
tapi ia juga ya tetap suka " barbie" atau "princes" si-boneka mini yang didandani itu.
Si-boneka mini yang dibuat seperti orang dewasa.
Dan menurutku bukan karena Yunda tidak konsisten, tapi ya itu tadi,
Yunda adalah seorang anak perempuan layaknya kanak-kanak sebayanya yang suka boneka.

Dan diantara sekian rasa yang tak terdifinisi sempurna,
aku berdo'a untuk semua anak,
semoga karunia fitrahmu selalu terjaga,
sesuai dengan ingin Sang Pemilik yang menitipkanmu pada kami.

 
Tulisan ini tak hendak mengkritisi dandanan atau penampilan seseorang,
karena itu satu hak asasi masing-masing yang harus saling kita hormati.
Ini hanya sebuah 'note' untuk mengingatkan diri
bahwa anak berbeda dengan kita orang dewasa
mereka bukanlah dewasa mini, jadi tak perlu repot membuat mereka seperti kita,
termasuk masalah berdandan.


***

Bandara Soekarno Hatta menjelang magrib,
16 Juli 2010
Menunggu delay, dan delay
Pasca Integrasi di Pondok Gede.

Tidak ada komentar: