Sabtu, 02 Oktober 2010

Sebuah Episode tentang Haji


“Tidak cukup hanya dengan niat saja Bu, harus lebih kongkret. Ada wujud riil-nya :)
Kata-kata yang terucap dengan senyuman itu tepat menohok jantungku.

Ini penggalan dialog yang sangat kuingat bersama seorang Intan Mahasuri, Ibu Rumah Tangga berusia 30 tahun dengan 2 orang anak berumur 3 dan 2 tahun. Calon jama’ah haji kloter 31 asal Bumi Harjo, Kabupaten Way Kanan Propinsi Lampung yang Insya Allah akan berangkat bersama suaminya pada musim haji ini tepatnya tanggal 31 Oktober 2010/1431 H. Usia yang masih teramat muda untuk ukuran umumnya CJHI, itu yang membuatku tertarik ingin berkenalan dengannya pada saat awal pembukaan manasik di Depag beberapa waktu yang lalu.

Aku adalah salah satu dari TKHI atau petugas kesehatan kloter yang akan menyertai mereka, memang aku langsung investigasi begitu ada  moment tatap muka dengan CJH kloterku. CJH termuda ada yang berumur 18 tahun, anak seorang pejabat PEMDA setempat. Selebihnya seperti kebanyakan CJHI adalah mereka yang berumur diatas 50 tahun. Hanya ada 5 pasangan usia subur dibawah 40 tahun, dan diantara mereka semua suami istri Imran dan Intan ini yang langsung akrab denganku. Pak Imran yang seorang guru SMP berumur 32 tahun ini antusias mengenalkanku pada istrinya.

”Bu Dokter, istri saya ini seorang perawat lulusan SPK, walaupun sekarang kerjanya dirumah saja ngurus anak-anak, tapi Insya Allah istri saya bisa membantu sedikit”, katanya ramah menawarkan bantuan sebagai ”relawan”. Adalah langka seorang jama’ah menawarkan diri ikut melayani jama’ah yang lain, bukan kah mereka adalah orang yang seyogyanya memang pantas mendapat pelayanan kesehatan. Bukankah banyak orang yang senang menuntut haknya untuk dilayani? Banyak orang, tapi ternyata tidak identik dengan semua orang bukan?

Dan akupun langsung tertarik ngobrol dengan mereka berdua, sepasang suami istri yang tadinya kufikir adalah orang kaya hingga bisa berangkat haji diusia yang relatif masih muda. Tapi ternyata aku tak sepenuhnya benar. Mereka bukan sepasang jutawan atau tuan tanah. Mereka adalah sepasang suami istri yang luar biasa, yang memaknai bahwa naik haji adalah sebuah cita-cita mulia yang harus segera dilaksanakan.

Berangkat haji memang cita-cita hampir semua muslim yang aku kenal, tapi mungkin cara mengwujudkannya yang sangat beragam. Percakapanku dengan seorang Intan dan suaminya satu yang sangat membekas dan menguatkanku. Bahwa niat berhaji harus lah disertai juga dengan langkah nyata untuk mengwujudkan niat tersebut. Dalam bahasa yang lebih mudah adalah saat kita berniat untuk berangkat haji ke Tanah Suci, selain berdo’a dengan sungguh-sungguh maka saat itu juga semestinya kita menyiapkan dana khusus untuk keperluan tersebut. Menabung, ya menabungkan dana secara khusus untuk haji.Selanjutnya Allah sajalah yang akan mencukupkan tabungan kita itu dengan cara-Nya.

Adalah kisah Intan Mahasuri dan suaminya, Imran Rusidi. Menikah 5 tahun yang lalu tepatnya Juni 2005. Anak pertama mereka lahir hampir 2 tahun kemudian, Januari 2007, selang setahun kemudian Februari 2008 anak kedua mereka lahir. Tabungan pendidikan untuk anak-anak mereka baru mereka rintis sejak awal tahun 2010. Tabungan kesehatan? Ternyata mereka tak mengalokasikannya secara khusus, karena sebagai PNS golongan III B, Imran adalah peserta ASKES. Imran diangkat sebagai PNS tahun 2006 dengan pangkat awalnya III A. Yang luar biasa, setidaknya menurutku, sejak tahun pertama pernikahan mereka mereka sudah mempunyai tabungan haji, yang mereka setor tiap bulan secara rutin dengan besar dana yang relatif tak sama.

Apasaja kah aset kekayaan mereka sekarang?
Gaji PNS golongan III B dengan masa kerja yang kurang lebih 4 tahun tak sampai 3 juta. Kebun atau investasi lainnya mereka belum punya. Ternak? Pernah pelihara ayam dan bebek, tapi tak banyak, sempat beranak pinak tapi saat heboh kasus flu burung semua unggas peliharaan mereka dipotong. Kendaraan mereka adalah motor dinas tua yang sudah sering masuk bengkel. Rumah masih semipermanen, yang setengahnya belum jadi dan kalau hujan banyak yang bocor. Sebelumnya merekapun pernah tinggal diperumahan dinas guru tempat Pak Imran mengajar. Tapi karena banyak guru baru yang membutuhkan hunian, jadi mereka mengalah pindah dari rumah dinas sekitar setahun yang lalu. Harta warisan sejauh ini mereka tak punya dan memang tak mengharap. Intan adalah Ibu Rumah tangga sejati yang aktif mengisi kajian dibeberapa majelis taklim, murni majelis taklim artinya secara pengelolaan tak ada honor tertentu. Ini adalah gambaran lengkap tentang kondisi kekayaan keluarga Imran. Jadi memang prioritas menabung untuk berhaji ini sajalah yang menurutku mampu menghantarkan mereka berangkat haji diusia pernikahan yang baru lima tahun.

Mereka sudah punya 2 anak, satu laki dan satu perempuan, sehat dan lengkap. Kepala keluarganya punya pekerjaan tetap jadi bukan karena alasan ada kepentingan berdo’a ditempat mustajab seperti di multazam, di rawdah atau saat wukuf di Arafah untuk mendapatkan keturunan, jodoh atau ingin dapat pekerjaan mapan yang membuat mereka antusias untuk secepatnya berangkat haji.Bukan...bukan seperti banyak orang yang pernah kudengar ceritanya tentang ini.

 “Umur manusia siapa yang tahu Bu, apalagi sekarang mau naik haji sudah mesti antri”.
” Alhamdulillah berarti kesadaran muslim di Negara kita untuk berhaji sudah semakin baik “, 
Ya betul.
Bahkan setahuku saat ini ada satu Propinsi di Sulawesi yang sampai tahun 2010 ini antrian CJHnya sudah sampai tahun 2020.

“Kami ingin memenuhi panggilan Allah”
Ini alasan mereka saat kutanya motivasi apa yang membuat mereka begitu bersemangat untuk segera naik haji. Semakin yakinlah aku, bahwa Pak Imran dan Ibu Intan adalah orang yang sangat kaya, meski bukan kaya materi. Karena seperti yang sudah kuuraikan tadi, secara finansial mereka amatlah sederhana.

Bagaimana denganku ???
Sungguh aku malu....  

"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, barang siapa mengingkari (kewajiban haji), sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." 
Q.S Ali Imran:97

                                                                   ***
Note: 
CJHI = Calon Jama'ah Haji Indonesia
TKHI= Tim Kesehatan Haji Indonesia

Kado pernikahan untuk Adinda, semoga Barokah :)
Kalaulah ada getahnya, semoga laksana gaharu....diedit 31 Desember 2010

Tidak ada komentar: