Kamis, 21 Maret 2013

Harus Bahagia

Menjalani dua kehamilan sebelumnya dengan gagah perkasa, tak ada keluhan berarti dan tentunya limpahan perhatian dari seluruh keluarga terutama suami sungguh sebuah anugerah besar. Dikehamilan pertama nuansa perjuangannya jelas lebih kental, pengalaman pertama dan saat itupun masih coass. Belum lagi si Sulung berjalan, aku sudah hamil lagi. Alhamdulillah pada kehamilan kedua suasana kerja di Puskesmas sangatlah bersahabat. Saat melahirkanpun semuanya lancar dan menyenangkan. 

Namun jangan ditanya kisah seru saat membesarkan dua batita (bawah tiga tahun) sekaligus dalam satu rumah, meski banyak pertolongan tapi energiku sungguh terkuras. Bisa dibilang kala itu aku angkat tangan. Kasian anak-anak kalau tak mendapat porsi selayaknya #aduhai semoga ini bukan alasan yang dibuat-buat. Akhirnya akupun menggunakan alat kontrasepsi. Beberapakali berganti karena ternyata tak langsung cocok. Inginnya, setelah lewat masa balita (bawah lima tahun) kedua anakku, aku segera hamil lagi. Mana lagi dulu saat mengajukan izin untuk bisa ikutan jadi petugas haji, suami mengajukan syarat bila anak-anak sudah berumur diatas lima tahun. Pas sangat, batinku.

Ternyata eh ternyata proposal kita tak selamanya sama dengan skenarionya Allah ya... Manusia hanya bisa berencana. Jadi sejak pulang bertugas Januari 2011 lalu, aku sebenarnya tidak pakai si kontrasepsi apapun lagi. Bahkan disela kesibukan bertugas di dua tanah suci selalu kuselipkan do'a agar Allah mengizinkan aku untuk bisa hamil lagi sepulang ke kampung halaman nanti. Dengan segenap pengharapan dan kesungguhan. Serangkaian usaha juga kulakukan. Minum suplementpun dilakoni. Tapi baru setelah waktunya pas menurut-Nya, yaitu lewat dua tahun aku baru hamil lagi.

Kini, saat menjalani kehamilan ketiga, setelah sekian lama waktu berlalu, tak membuatku membedakan perlakuan. Aku anggap sama, dengan tetap menjalankan aktivitas ini dan itu tanpa pengurangan. Syukurnya Allah sangat sayang padaku, diberinya peringatan bahwa kehamilanku kali ini membutuhkan perlakuan yang berbeda. Umur tak bisa ditipu. Maka saat pekan-pekan lalu aktivitasku masih dipuncak, aku ya sempat ngeflek. Deg, kagetnya diriku. Sampai pucat kata banyak kawan kantor yang melihatku hari itu. Sungguh bukan pucat karena darah yang keluar, karena itu jumlahnya hanya seuprit, jadi pucatnya sempurna karena cemas.
 
Asli aku benar-benar cemas, sepanjang jalan ke RS siang itu tak putus do'aku, tak henti-hentinya juga menyemangati diri ini untuk terus berjuang, agar bisa bertahan melawan rasa mules dan pegal disekujur panggul. Akhirnya kata-kata dokter SpOG kuturuti. Bedrest seminggu, syukurnya aku diperkenankan untuk melakukannya di rumah. Semua resep obat aku minta di tebus penuh #tumben, sebab kebiasaanku hanya memilih obat yang kusuka saja, bukan contoh yang baik. 
 
Sampai di rumah langsung disiapkan segala sesuatunya untukku menjalankan aksi 'bedrest', hanya boleh bangun untuk aktivitas mck dan sholatpun sebisanya dalam posisi duduk. Sampai tak ada lagi flek baru bisa lega duduknya, pesan dokter SpOG. Surat izin ke kantorpun dibuat untuk seminggu. Anak-anak dikondisikan oleh Abinya untuk mendukung program bedrestku. Yunda dan Hamas yang memang sudah sangat berharap punya adik dan sudah bisa diajak diskusipun menyanggupi. Mereka bahkan siap siaga bila sedang berada di rumah. Dari mengambilkan minum atau mengajakku bercerita. Yunda bahkan sudah bisa membuatkanku susu. Senangnya. 

Tapi senyaman apapun yang namanya kita biasa beraktivitas terus mendadak disuruh mantap tak boleh kemana-mana ya bosan juga. Asli jenuh. Syukurnya hari kedua sudah aman, walaupun belum berani kemana-mana tapi paling tidak aku sudah leluasa untuk duduk atau sekedar makan ke meja. Anak-anak tentu senang dengan perkembanganku, setiap pulang sekolah Hamas selalu menanyakan khabarku dan adiknya dengan gaya yang lucu. Dan yang gemas, mereka yang saat aku hanya terbaring tak berani bikin onar gaduh, saat melihatku sudah pulih ya balik lagi dong ke aslinya. Namanya juga anak-anak. Aku panggil mereka dengan nada tinggi stop, tak lama berantem lagi. Lucu juga, tapi ya mereka cepat ingat kalau aku sudah memanggil. 

Pernah karena kesalnya aku panggil mereka ke kamar, kuminta diam di kamar bersamaku. Aku ajak mereka bicara, sampai akhirnya Hamas minta maaf karena tadi sudah membuatku marah. Setelahnya dengan nada sok bijak Hamas mengajak Yundanya berdamai "Yunda, aku minta maaf ya, ngak mau ribut-ribut atau rebutan lagi." Geli aku. Yundanya cuma nyengir, dalam hal mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata Hamas memang lebih jago. Setelahnya kuizinkan mereka main lagi. Saat mau keluar kamar Hamas menciumku, seraya berkata, "Supaya Ummi sehat, Ummi harus bahagia." Ahaaa Nak, mendengar kata-katamu itu saja sudah sangat membuat aku bahagia. Luar biasa, harus bahagia. Itu benar adanya. Seseorang yang bahagia bisa membaginya kepada sekitar bukan?

Ya inilah ceritaku sepanjang bedrest kemarin. Alhamdulillah sekarang semuanya sudah berjalan normal kembali, sudah masuk kantor dan beraktivitas seperti bisa. Bedanya sebelum bedrest mualnya nyaris tak ada, sekarang justru mualnya nyaris tak mau hilang. Semoga hanya untuk waktu yang singkat saja. Biasanya masuk trimester kedua semua rasa mual itu lenyap, berdasarkan pengalaman orang-orang, sebab dua kehamilanku sebelumnya tak ada rasa itu, semuanya aman terkendali. Lahap tak ada fase mual dan juga tanpa ngidam.

Ternyata benar cerita seorang senior yang iapun saat hamil anak ketiga, dua anaknya sudah besar bahkan > 10 tahun, jadi kedua kakaknya sangat menyayangi si adik. Semasa kehamilanpun mereka sudah bisa menunjukkan sayangnya. Tak lagi berusaha merebut perhatian si Ibu. Karena mereka sudah bisa mandiri dan sudah lama mengharapkan kehadiran seorang adik yang akan meramaikan suasana rumah lagi. Sepertinya ini pula yang terjadi di rumah kami. Mohon do'anya ya, semoga semuanya lancar dan bahagia :D

9 komentar:

anazkia mengatakan...

Assalamu'alaikum...

Mbak Aritneke, apa kabar? Masya Allah, ini saya lama banget, sih, gak BW. Jadi gak up-date tulisan2 temen, deh :(

Barakallah atas kehamilan ketiganya, ya, Mbak. Semoga senantiasa diberi kesehatan. Baik ibunya juga bayi di dalam kandungan. Insya Allah...

dey mengatakan...

semoga selalu sehat ya Mbak ..

ayu mengatakan...

Semoga senantiasa sehat dan lancar hingga persalinan ya mbaaak

the others mengatakan...

Bener mbak, kudu dan harus bahagia. Demi mbak, anak2 dan khususnya janin dalam kandungan.
Semoga kehamilan lancar dan sehat2 aja sampai proses melahirkan nanti.

catatan kecilku mengatakan...

Untung Yunda dan Hamas sudah gede, sudah ngerti saat diajak bicara jadi bisa membantu banyak dalam menjalani kehamilan yang ketiga ini ya?

Lidya Fitrian mengatakan...

Kehamilan pertamaku dan kedua bedanya dirasa cape mbak. Yang kedua .berasa capenya. Semoga sehat selalu ya mbak. Jangan lupa ikutan Syukuran rame-rame ya mbak :)

Della mengatakan...

Subhanallah, pinter ya Yunda dan Hamas :)
Iya Mbak, harus seneng terus, biar enjoy :)
Sehat terus yaaaaa.. ^O^

rina mengatakan...

jadi keingetna dulu hamil Kanaya, cemas dan cemas padahal kurangbaik bagi janin ya mbak... semoga segera pulih dan dede janin sehat selalu

hilsya mengatakan...

waah, selamat yaa...
insya Allah sehat dan lancar selalu.
kadang kalo liat anak kecil, pengen rasanya punya anak kecil tapi usia nyaris kepala 4 yg bikin maju mundur

bener, kakak2nya pasti bakalan care banget. umminya tenang aja, bakalan ada banyak asisten yang bantu :)