Minggu, 20 Februari 2011

Lomba Menulis Surat Cinta

Tentang Rindu Ini by Artineke A. Muhir

Bismillahirrohmanirrohiim
Assalamu'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarokatuh  

Ba'da tahmid, Shalawat wa Salam  
Kepada engkau ya Rasul Mulia, Muhammad Al Mustoffa                                                                                        
Kucoba tuangkan selaksa rindu yang kian membuncah ini. 
Aku mengenal namamu jauh sejak aku belum bisa membaca, lewat lisan kedua orangtuaku yang kerap menyebut namamu dibanyak kesempatan yang kuingat, terutama dimasa kanak-kanakku.  
Ketika aku mulai pandai membaca, aku semakin tertarik untuk makin mengenalmu. Sosok manusia pilihan, manusia agung nan tiada banding. Ya, aku berusaha semampuku untuk makin dekat denganmu, agar rasa cinta ini makin mengkristal, karena aku percaya hanya dengan mengenal sajalah rasa cinta akan tumbuh, bersemi selanjutnya berbuah dan beranak pinak. 
Ternyata betul adanya, engkau kupuja dan kurindu sejak aku semakin suka membaca siroh-mu, lewat banyak hal yang kurekam aku semakin tak dapat mengelak dari pesona dan belenggu cintamu. Bagaimana mampu kutampik engkau, yang disaat terakhirmu justru menghawatirkan kami para ummatmu.  

Ya Baginda Nabi....  
Sesungguhnya wahai Baginda yang mulia, bila tak pernah kubaca tentang ini, pastilah aku akan iri berkepanjangan kepada para sahabat yang selalu menyertaimu disetiap moment perjuangan menegakkan agama ini. Iri yang mungkin sampai pada derajat minder dan pesimis, masih adakah tempat dan kesempatan untuk kami bersama denganmu di syurga nanti, sedang kami bahkan tak pernah berjumpa denganmu. Sementara berapa banyak mereka para pahlawan Badar, para sahabat yang telah ambil bagian dalam peristiwa hijrah dengan segenap keikhlasan, para anshor yang begitu tulus, sosok pribadi demi pribadi semisal Mus'ab bin Umair yang begitu kharismatik yang telah berhasil mengemban misi sebagai duta da'wah pertama ke Madinah jauh sebelum hijrahmu, belum lagi sosok Fatimah Az Zahra yang begitu engkau kasihi. Lalu apalagi yang tersisa untuk kami ummatmu di akhir zaman ini?
Tapi tunggu, ternyata engkau justru mengakui kami sebagai saudaramu, bahkan didepan para sahabat pilihan dan ini sempat hadirkan cemburu juga protes para sahabat, padahal kita belum pernah bertemu. Aduhai Baginda Nabi, bagaimana bisa kuhapus rindu ini. 

Berabad jarak darimu ya Rasul terasa engkau disini.                                                                   
Cinta ikhlasmu pada ummatmu, bagai cahaya syurgawi. 
Kepadamu ya Rasulullah.... 
Betapa rindu berada dalam majelismu.                                                                                    
Rindu yang berangkai cemburu pada para sahabat yang bisa berdialog langsung denganmu. Dialog cinta tampa jarak, karena engkau sebaik-baik Maha Guru yang mampu sampaikan segala ilmu dengan bahasa bijak yang sesuai dengan pemahaman juga kebutuhan. Bukan dengan bahasa yang penuh retorika yang dielok-elokkan tapi sulit ditangkap maknanya seperti banyak gaya bahasa penguasa negeri ini. 

Ya Rasul kekasih Allah…. 
Betapa kurindu menatap wajahmu, juga rindu melihat senyummu. Sungguh pernahku baca dalam sebuah hadits, seorang sahabat berkata bahwa pada suatu ketika di malam purnama yang terang benderang, ia berkali-kali memandang antara wajah rasulullah SAW dan rembulan. Maka, didapatinya, bahwa wajah Rasul terkasih adalah lebih indah dari rembulan. Subhanallah….betapa berjumpa denganmu adalah sebuah harapan.  

Ya Rasulullah.... 
Selain menatap langsung wajahmu, adalah bertemu denganmu lewat mimpi pastilah satu kerinduan, karena sesungguhnya berjumpa denganmu dalam mimpipun ya Muhammad sama dengan melihat engkau dalam keadaan terjaga, sebagaimana disebutkan dalam sabdamu:  

"Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku dalam keadaan terjaga." Juga, jika seseorang bermimpi berjumpa dengan Nabi SAW., maka dapat dipastikan bahwa yang dilihatnya adalah benar-benar Nabi SAW. sebab, seperti disabdakan beliau, setan dan jin tidak dapat menyerupai beliau SAW"   
Dan aku selalu percaya bahwa mimpi bertemu denganmu tentu hanya milik orang-orang pilihan. Sedang aku? Amalan apa yang mampu aku banggakan untuk sekedar mimpi bersua denganmu disisa usiaku, betapa aku malu. Namun ketahuilah ya Rasulullah, justru inilah yang membuat rinduku makin menjadi. Dan kerinduan padamu ini kurangkum dalam bait do'a agar bisa berziarah ke makammu. Bersama rindu yang kusemai bertahun-tahun kesempatan itupun akhirnya datang.  
Datang ke Kotamu, ada setangkup haru dalam rindu.

Madinah Al Munawaroh, kota yang bercahaya, tempat dimakamkannya Nabi Besar Muhammad SAW. Segala puji hanya milik Allah yang telah memberiku kesempatan mengurai sejumput rindu untuk bisa berziarah ke makammu ya Baginda, Rasulullah nan Agung. Setelah sebelumnya, selama dalam perjalanan dari Makkah ke Madinah tak mampu kubendung keharuan akan bayangan perjuanganmu menegakkan risalah ini, terbentang peta hidup saksi sejarah ketegaranmu saat peristiwa hijrah.Sepanjang jalan hanya gurun pasir dan bukit cadas, lebih dari 7 jam perjalanan naik bus. Bagaimana dengan engkau ya Rasulullah, bersama para sahabat yang hanya naik unta atau berjalan kaki? Bahkan dibawah kejaran kafir Quraisy. Betapa peristiwa yang sangat fenomenal. Mungkin ini yang menyebabkan ditetapkannya tonggak tahun hijriyah bermula dari peristiwa hijrah bukan mengambil moment kelahiran Rasulullah atau saat wahyu pertama turun. Hmm…ataukah memang Ali bin Abu Thalib yang mengusulkannya sangat tahu bahwa dirimu ya Rasulullah tak suka tanggal lahirmu terlalu dibesar-besarkan. Sungguh wahai Baginda, membaca jejak juangmu langsung dari medannya mampu membuatku makin cinta, mampu membuatku makin merindu.   

Ya Habiballah…. 
Bahagianya bisa berziarah ke makammu karena akupun membaca bahwa berziarah kepada Rasulullah saat engkau masih hidup ataupun setelah meninggalmu mendapatkan ganjaran pahala dari Allah, SWT. Sejujurnya, aku yakin setiap muslim pasti ingin berziarah ke makammu ini, tinggal jalan dan kesempatannya saja yang berbeda. Penghujung tahun 1431 H, saat menjadi petugas kesehatan kloter aku berkesempatan berziarah ke makammu ya Baginda Nabi,  sebuah perjuangan yang tidak begitu mudah mengingat aku adalah seorang petugas untuk jama'ah 1 kloter, tapi management penanganan jama'ah haji yang sakit di Madinah sangatlah efektif hingga kami para petugaspun bisa menikmati beribadah di kota ini. Bahkan sholat wajib di masjid Nabawi yang ganjarannya 1000 kali lipatpun terasa begitu mungkin untuk kami lakukan. 

Assalamu'alaika ya Rasullulah.. 
Assalamu'alaika ya Habiballah...                                                                                       
Assalamu'alaika ya Nabiyullah...                                                                                                
Tak putus salam untuk Rasullulah kuhaturkan disetiap kesempatan berziarah kemakammu.   

Lantunan sholawat membahana, menggema diseantero penjuru jiwa.   
                                              
Allahummashali'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad”.

Berulang dan terus bergemuruh.   

Lamat-lamat ada suara merdu yang juga mengalun:                                                                       
Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat menatap wajahmu                                                    
Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat kulihat senyummu                                                  
'Kan pasti mengalir airmataku karena pancaran ketenanganmu                                                           
Ya Rasulullah ya Habiballah….                                                                                                    
Terimalah aku sebagai ummatmu                                                                                                        
Ya Rasulullah ya Habiballah….                                                                                                         
Aku rindu padamu….                                                                                                                       
Sungguh air matakupun menderas, sulit untuk kutahan, tangisan rindu.   

Ya Rasulullah Junjungan kami....
Kukenang indah moment ziarah ini, betapa penuh kesyukuran kunikmati setiap detik berada di kota yang begitu engkau cintai, hingga jasadmu kau relakan untuk dimakamkan di kota ini. Dari dalam masjid terlihat, makammu yang berwarna hijau keemasan. Melihat dari kejauhan saja, air mataku sudah bercucuran. Di dekat makammu ya Rasul ada sebuah tempat yang paling cantik dibanding seluruh bagian masjid Nabawi. Tempat tersebut berwarna putih keemasan dan tak pernah kosong. Itulah taman syurga, raudhah. 
Ya Rasulullah, tentang raudhah itu dirimu pernah bersabda:    
                                                
"Tempat yang terletak di antara rumahku dan mimbarku, merupakan suatu taman di antara taman-taman surga"
(HR Bukhari, dari Abu Hurairah)

Adapun yang bisa kuceritakan padamu tentang raudhah, bahwa tempat yang tidak seberapa luas itu selalu ramai dan padat. Lokasinya ditandai dengan lima pilar besar berwarna putih dengan kaligrafi yang sangat indah. Lantainya diberi permadani berwarna hijau putih, berbeda dengan permadani di areal Masjid Nabawi lainnya yang berwarna merah. Bisa kupastikan tampilan fisiknya sekarang sangat jauh berbeda dengan semasa engkau hidup ya Rasulullah. Masjid Nabawi, rumah dan mimbarmu tentu dulu tak berpermadani, bahkan alas tidurmupun hanya pelepah kurma yang mampu meninggalkan bekas dipunggungmu. Tapi kuharap tak mengubah makna semua ini dihadapanmu. Engkau yang sungguh dicinta oleh Sang Pemilik Semesta, jangan lupakan kami sebagai ummatmu. Kami sangat berharap syafaatmu kelak, walau tak semua yang ada padamu mampu kami tiru. Sungguh kuakui, tak akan bisa kami sempurna sepertimu tapi sampai akhir napas ini, aku akan mencoba menjadi selayak ummat yang mampu kau kenali paling tidak dari bekas air wudhu kami. 

Dan rindu inipun makin membuncah.      
Rindu ada dimajelismu. Rindu menatap wajahmu.                                                                          
Rindu senyummu, merindui syafa'atmu.                                                                                       
Merindu semuanya tentangmu.                                                                                                    
Tak kan terbalas semua cintamu.                                                                                             
Hanya kami 'kan selalu berusaha menggenapkan sebentuk cinta, melerai semakna rindu.           
Rindu bisa hadir berziarah di kota ini lagi, lagi dan lagi, Madinah Al Munawaroh. Kota Nabi memang penuh keteraturan,bersih, damai nan syahdu jauh dari hiruk pikuk sebuah kota besar. Kota yang mampu membuat sebagian rindu ini terurai menghasilkan kerinduan berikutnya yang semakin besar, membuncah dan meraja. Rindu yang tak lekang oleh apapun selain berhasil jumpa engkau wahai Penghulu para Rasul. Rindu yang mampu melahirkan motivasi untuk terus menempa diri agar layak sebagai ummatmu, agar tak sia kau sebut kami dideti-detik akhir hayatmu. Agar tak malu engkau bersaudarakan kami, ummat akhir zaman ini.  

Akhirulkalam, dalam rangkaian kerinduan ini aku ingin menegaskan harapan puncak kerinduan, agar dapat berjumpa engkau, menikmati punama dan menatap teduh wajahmu, semoga engkau mengenali diri ini sebagai ummatmu, dan akupun sangat berharap mendapatkan syafa'atmu duhai kekasih Allah. Untuk itu wahai Rabb Sang Penggenggam Hati, izinkan kami menjadi pembelajar sejati, yang tak henti menempa diri hingga khusnul khotimah di jalan-Mu, jalan para Nabi, jalan dakwah yang Engkau ridhoi sebagai ummat Muhammad, SAW.


***
Biodata Narasi:
Seorang dokter fungsional yang bercita-cita membuat kebijakan dibidang kesehatan dan bermimpi punya pusat rehabilitasi mental yang memadukan antara medis dengan spiritual, juga berusaha menggiatkan semua konsep pengobatan ala Nabi dalam bingkai Thibbun Nabawi. Bahagia terlahir dari orangtua yang sangat mengerti bahwa ilmu itu penting, 34 tahun yang lalu di kota Lahat. Atas izin-Nya bersuamikan M. Ridwan Saiman, SH. MH seorang praktisi hukum yang berjuang di blantara carutmarutnya negeri dengan nurani yang tak mau tercemar, yang selalu berada digarda terdepan mendukung semua bentuk aktivitasku. Dipercaya-Nya menjadi ibu dari anak-anak shalih muslih nan multitalent Yunda, Akang dan Adeks. Bersaudara perempuan antaranya Anggun, Satria, Harum dan Wangi. Sedang berusaha menggelorakan semangat menulis yang sempat padam. Terus menempa diri untuk menjadi seorang pembelajar sejati yang tegar, semangat, tangguh, sabar, ikhlas dan semua karakter yang melekat pada diri seorang pejuang.

***

Yang diikutkan dalam “SURAT CINTA UNTUK RASULULLAH”
Naskah minimal 3 halaman. 1 naskah terbaik akan mendapatkan bingkisan buku dari saya. Dan semua naskah yang terkumpul akan kita terbitkan dalam proyek penerbit Indie. Even ini hanya lima hari, dimulai tgl 15 Februari – 20 Februari 2011. caranya: posting info lomba ini & publish naskah karya kamu ke FB dengan mentag Ady Azzumar.

***
Alhamdulillah tanggal 25 Februari diumumkan naskah SURAT CINTA UNTUK RASULULLAH ku, lolos seleksi.

Tidak ada komentar: