Kamis, 12 Juli 2012

Belajar kepada Musa


Kabayan dapat tetangga baru. Mas Paijo, wong Solo pedagang bakso. Sebagai pendatang baru, Mas Paijo cukup tahu diri. Tak lama setelah pindah, segera ke rumah Kabayan menyampaikan undangan khusus agar datang pada jamuan makan sore di rumahnya untuk mencicipi sop ayam istimewa buatan istrinya yang lezatnya tiada tara.

Di waktu ditetapkan, Kabayan bergegas pergi ke rumah Mas Paijo, rasanya tidak sabar untuk menyantap hidangan sop istimewa istri Mas Paijo. Kebetulan Nyi Iteung nggak bisa ikut karena harus menemani ibunya ke luar kota, sehingga dia berangkat sendiri.

Sampai di rumah Mas Paijo, Kabayan langsung dipersilakan ke meja makan. Kabayan melirik dengan ekor matanya ke atas meja makan, terlihat sayur sop yang masih mengepul dengan sambal cabe rawit yang pedas. Sayur tersebut luar biasa harumnya membuat Si Kabayan beberapa kali harus menelan air liurnya.

Setelah duduk di meja makan, Mas Paijo segera menyodorkan piring dan nasi putih yang pulen kepada Kabayan. Kabayan langsung menyambarnya, dan nasi putih sudah menggunung di atas piring. Dengan sumringah Mas Paijo berkata lagi ,"Monggo Mas iki sambelnya" Kabayan pun langsung mengambil sambel yang ditawarkan Mas Paijo.

Kemudian tangannya terus bergerak ke arah sayur sop yang diincarnya dari tadi, tapi tiba-tiba dia menghentikannya ketika mendengar Mas Paijo melanjutan ucapanya ,"Lha iki JANGAN Mas !" . Hal itu terus berulang-ulang, akhirnya Kabayan cuman makan nasi sama sambal saja sampai matanya berair kepedasan.

Akhirnya Kabayan pulang ke rumah, kebetulan istrinya sudah datang. "Ndak sopan Si Paijo, Akang nggak akan datang lagi ke rumahnya !". "Kenapa gitu Kang", kata istrinya heran. "Masa Akang cuman disuruh makan sambel !”. Sementara itu, di rumah Mas Paijo, setelah Si Kabayan pulang, Mas Paijo berkata dengan penuh keheranan kepada istrinya, "Bu kenapa ya kok Mas Kebayan nggak mau makan sayur sop kita, apa sop kita nggak enak ya Bu ?"

Renggangnya pertemanan, atau pecahnya rasa persaudaraan terkadang disebabkan oleh sebuah permasalahan yang sebenarnya kecil tetapi kurang terkomunikasikan dengan baik. Sebagaimana halnya Kabayan dan Mas Paijo yang mengalami keretakan hubungan karena kegagalan dalam mengkomunikasikan kata “ JANGAN ”. ‘Jangan’ yang dimaksud Mas Paijo adalah sayur itu sendiri, tapi ‘jangan’ yang difahami Kabayan adalah Tidak Boleh.

Allah menciptakan manusia dalam beragam bangsa, suku, bahasa, sifat dan karakter. Dalam keragaman tersebut manusia harus berkomunikasi satu sama lain menyampaikan keinginan, ide, gagasan atau pun hanya untuk sekedar bertegur sapa. Maka setiap hari ada milyaran mungkin trilyunan kata, tulisan, simbol, ataupun isyarat yang disampaikan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain. Sehingga terjadinya miss merupakan sebuah kewajaran dalam berkomunikasi bahkan mungkin keniscayaan.

Dalam kehidupan bermasyarakat  yang anggotanya manusia, terjadinya miss adalah juga sesuatu yang mungkin terjadi. Antara sesama tetangga ataupun rekan kerja. Bahkan bisa jadi dengan staff atau atasan di kantor karena berbagai sebab, faktor dan keadaan yang melingkupinya.

Menyadari miss komunikasi itu mungkin terjadi, kita harus terus menerus berusaha untuk memperbaiki cara, pola dan metoda dalam berkomunikasi sehingga mutual understanding (pengertian bersama) yang menjadi tujuan komunikasi bisa tercapai secara efektif atau bahkan mungkin sempurna tak ada miss sedikitpun.

Dalam konteks ini, kita bisa belajar metoda komunikasi kepada Musa as, yang diabadikan Allah di Al-Qur’an.

" Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka mengerti perkataanku(QS Thoha 25-28).

Walaupun ayat ini secara khusus terkait komunikasi Musa kepada Fir’aun, tetapi secara umum hikmahnya tetap bisa kita petik. Bahwasanya kunci sukses komunikasi menurut ayat ini adalah lapang dada (insyirahu shadri). Ketika dada lapang, urusan akan menjadi mudah (tasirul umur) dan lidah pun akan lancar terbebas dari kekakuan (uqdatul lisan) akhirnya orang akan faham dengan apa yang kita maksud.

Negasinya jika dada sempit, segalanya jadi rumit, urusan menjadi sulit dan lidah pun akan menjadi kaku dan kelu akhirnya orang tidak faham dengan apa yang kita maksud. Saat dada selapang air minum di gelas, nyamuk mati yang masuk ke air akan menjadi masalah besar. Tetapi ketika dada selapang air di Sungai Musi, jangankan seekor nyamuk mati, kerbau mati pun tak kan jadi masalah berarti.

Lapang dada merupakan buah dari kedekatan hubungan kita kepada Allah yang dibangun lewat tilawah yang tak kenal lelah, shalat malam yang tak pernah padam, puasa yang tak pernah jera, dzikir yang tidak kikir dan berbagai ibadah sunnah lainnya yang dicontohkan Rasulullah saw.

Maka, periksa dada kita ketika akan berkomunikasi. Komunikasi apa saja, kepada siapa saja. Terlebih ketika akan mengkomunikasikan hal-hal yang sensitif. Jangan sampai Tragedi “Jangan” antara Kabayan vs Mas Paijo menimpa kita.

Wallahu ‘alam.

***
Disarikan dengan sepenuh hati dari nasehat pekanan.
Sya'ban sebentar lagi, mari sambut Ramadhan dengan suka cita.

33 komentar:

Lidya Fitrian mengatakan...

jadi harus tau ilmunya juga ya mbak

Bunda Kanaya mengatakan...

makasih sharingnya ummi... iya ummi suami pindah ke Palembang

mimi RaDiAl mengatakan...

iya tu mba...kdg mslh kecil bs merusak hub. pertemanan bertahun tahun..terima kasih utk sllu mengingatkan :-D

Budhi Insan mengatakan...

hehehehehe,,,
Jangan kalau bahasa Jawa kan artinya sayur..., sedang kabayan mengartikan tidak boleh...

masalah kecil memang kalau tdk diselesaikan dgn baik memang bisa jadi runyam ya mbak...

liza mengatakan...

kakak, iya liza sedang internship.
dulu waktu SMP liza juga diajari ayat ini dan dibacakan setiap mulai pelajaran dan setiap ingin bertemu dengan seseorang yang kita takuti.

Niar Ningrum mengatakan...

niar kirain juga gag boleh makan lho pake kata "Jangan" eeh ternyata "jangan" itu kan sayur orang jawa bilang :D

Miss komunikasi membuat sesuatu menjadi lebih rumit yaa bunda :D

Niar Ningrum mengatakan...

niar kirain juga gag boleh makan lho pake kata "Jangan" eeh ternyata "jangan" itu kan sayur orang jawa bilang :D

Miss komunikasi membuat sesuatu menjadi lebih rumit yaa bunda :D

Unknown mengatakan...

hahaha, kasian ya kalo misscomunication... jadinya berabe

affanibnu mengatakan...

cukup membuat saya nyengir2 sendiri.. :)

hmm..
mungkin ada baiknya jika kita menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.. :)

Diah Alsa mengatakan...

waduuh klo saya jadi Kabayan mah gak bakalan makan juga tuh si Jangan sayur, heheh.

mungkin utk lebih amannya, kita harus menggunakan bahasa yg orang itu sama2 mengerti kali ya Mbak :)

kakaakin mengatakan...

Hmm... ternyata dada yang lapang itu tak bisa dibuat secara instant ya, Mbak...

Mami Zidane mengatakan...

miss komunikasi memang sering terjadi dalam kehidupan sehari2 ya mbak, tapi kalo sudah tahu penyebabnya insyaallah bisa dicari penyelesaian nya agar masing2 pihak tak berselisih ya.

terimakasih sudah mengingatkan mbak

Hany Von Gillern mengatakan...

Setuju dg berlapang dada mbak ... Ilustrasi ceritanya juga menarik

Nia Angga mengatakan...

hehehe itulah gunakan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar ya bun :)

apa kabar??

Nia Angga mengatakan...

hehehe itulah gunakan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar ya bun :)

apa kabar??

Sugiantoro mengatakan...

cerita yang benar2 pernah kualami sendiri dengan orang tasik...jadi ikut "gemuyu"

Della mengatakan...

Iya Mbak, bener banget. Sering gara-gara miskom, aku ribut-ribut cantik sama Bapake. Setelah dia jelasin pelan-pelan, baru aku ngeh :D

Tarry Kitty mengatakan...

Sepele tapi berakkibat fatal ya mbak , sepertinya saya belum pernah mengalami dan jangan sampai mengalami :)

Suwito mengatakan...

gara -gara kasus seperti itu juga pakde ku dulu cuma makan nasi putih doang di jakarta pas kerja proyek... gara - gara ditanyain..
" lauknya apa pak ...?"
" jangan mbak...."
#mlongo....

Arif Chasan mengatakan...

waaah.... ini guyonan saya dulu ama temen-temeeen.... XD
ternyata ada maknanya juga... XD

ESSIP mengatakan...

Komunikasi yang jelas diperlukan dalam sebuah hubungan ya Yunda. Jika ada masalah segera utarakan dengan baik, jangan sampai "nggremeng nang mburi"

Bibi Titi Teliti mengatakan...

eh, baca komen Niar baru nyadar kalo sayur ituh basa Jawa nya = jangan...

Kabayan samaan dengan aku, orang Sunda...jadi gak ngerti yah :)

karyakuumy mengatakan...

walah,, komunikasi antara kabayan sama paijo harusnya lebih bisa di lancarkan lagi.. paijonya sih bilang gitu, coba jelaskan jangan disana itu artinya sayur.. hehee

Jadi komunikasi itu penting ya bu.. :D

Bintang mengatakan...

Betul Yunda, komunikasi dalam satu rasa dan satu bahasa itu sangat penting.
Perbedaan persepsi juga yang membuat Kabayang akhirnya tidak memakan 'jangan sop' itu :)

Ririe Khayan mengatakan...

beberapa kali saya dan teman-teman juga bercanda dengan istilah 'Jangan ~ Sayur' itu mbak, dan meanganalogkan jika istilah tsb sampai keceplosan diucapkan apa adanya ['jangan' gak di ganti sayur]..tentu akan jd masalah yg serius.

HP Yitno mengatakan...

Keragaman bahasa emang unik. Tapi juga bisa membuat hubungan jadi renggang kalau salah mengartikan.

Orin mengatakan...

Iya ya Ummi, kalo ga berlapang dada, bisa2 spt si kabayan dan mas paijo, pdhl ga ada yg salah sebetulnya..

Anonim mengatakan...

jadi inget kejadian minggu kemarin, saat sedang membeli mangga, seorang calon pembeli tiba-tiba bertanya dalam bahasa Sunda, 'buah naon yeuh?'. Spontan dalam hati saya membatin, masa dia nda tahu kalau ini buah mangga. Namun sejurus kemudian saya tersadar bahwa dalam bahasa sunda, 'buah' itu berarti mangga. Jadi ia bukan bertanya apa nama buah, tapi mangga jenis apa, apakah harum manis, indramayu atau yang lainnya. :)

dhenok habibie mengatakan...

hahahaha.. iya, kalo orang jawa sayur itu jangan.. kalo di komering, sayur itu gulai yundo.. jadi kadang sering salah paham gitu juga, soalnya untuk yang lain gulai itu kan nama sayur, misal gulai kambing..

A : ado gulai apo??
B : nah, dak masak gulai aku. adonyo tumis.

hahahahaha.. yundo pasti ngerti maksudnyo :D

melly mengatakan...

makasih sharingnya mba..
jadi tau ilmunya..

Pakde Cholik mengatakan...

Emak dan kami semua memang menyebut sayuran dengan istilah "jangan", misalnya : jangan asem, jangan menir, jangan lodeh, jangan sop

lain lubuk lain ikannya, lain koki lain masakan, lalu meja lain pula jajannya fan lain penyanyi lain juga goyangnya.

Salam hangat dari Surabaya

prih mengatakan...

Saat kecil mendengar dongeng 'jangan' ini dominan terasa lucu, ternyata ada misi hindarkan salah persepsi melalui komunikasi yang bisa dimengerti. Trimakasih mbak Keke.

Elsa mengatakan...

sharingnya bagus banget Mbak
terima kasih