Rabu, 02 Juni 2010

Dari dirimu, kubelajar banyak hal...

Sorot mata tajam bernyali menyiratkan semangat yang berkobar. Semangat yang tak pernah bisa dipadamkan oleh serangkaian penindasan, penyiksaan bahkan pembinasaan. Hidup abadi hanyalah di Syurga-nya, jadi tak pernah ada gentar, tak ‘kan ada kata takut mati . Kesyahidan justru dirindu, dipuja, bahkan diburu. Kalaupun ada sirat kebencian, itu semata untuk Zionis Israel, Yahudi laknatullah…

Senyummu damai, penuh cinta. Cinta perdamaian, tapi jelas lebih cinta kemerdekaan, merdeka menjadi hamba-Nya. Meski dalam semua belenggu penjajah yang menghalang, membatasi setiap gerak kakimu ke Sekolah, kau tetap berjaya. Bahkan untuk menjadi hafidz, tak perlu tempat ‘nyaman’.
Dari berita kubaca (eramuslim.com):
Sesaat usai Ramadhan 1429 Hijriah, Khaled Misyal, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz Alquran. Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid, mengalahkan yang ingin syahid lainnya. Betapa kami terlampaui, kalah telak.

Katamu tulus, sarat makna dan pengharapan. Riang berkata, cukup Allah penolong kami. Yang dengan kalimat itu, kau sapa dunia dengan keyakinan bahwa bendera Palestina akan terus berkibar walau nyawa taruhannya.

Tangan dan kakimu, terampil menunjukkan ketangguhan, keperkasaan. Tanpa tempaan permainan serupa layang-layang atau gobak sodor. Karena medanmu, medan berlatih dengan ranjau, mengelak dari desingan peluru juga mesiu. Dan medanmu adalah tempat bertempur dengan batu, kerikil juga katapel.

Mimpimu, adalah mimpi besar, mimpi peradapan. Janji Allah di Al Qur’an. Kemenangan hanya soal waktu, tapi bagimu tak ada celah untuk berpangku tangan, berleha tak ada dalam kamus fikirmu.

Ibumu adalah wanita hebat pengukir sejarah. Wanita yang mungkin tak dikenal media, tersembunyi, terbenam bersama perjuangan membina generasi pejuang. Mereka tidak populer, tapi selalu membisikkan spirit kepahlawanan ke telinga-telinga putera-puteri tercinta...

"Nak, kehidupan abadi itu di surga. Kemuliaan itu senantiasa harus ditebus dengan tetes darah dan derai air mata"!

Setiap zaman ada sejarahnya. Dan setiap sejarah mencipta pahlawannya sendiri. Begitu pun tanah Palestina. Tak terhitung jumlahnya mereka yang syahid. Dan setiap darah yang mengucur dari luka perih yang mengucur deras, seolah menjadi penyubur lahirnya generasi yang siap syahid berikutnya. Tak harus orang dewasa, bahkan semangat kepahlawanan anak-anak Palestina tumbuh lebih cepat.


Wajahmu mengalihkan duniaku* korban iklan :(


...Aach, semua tentang dirimu membuatku harus belajar banyak hal.
Belajar menempa dan membina generasi sepertimu, anak-anak Palestina...

***

membaca eramuslim.com bersama Nanda, tentang anak-anak Palestina, bagaimana mereka dalam penjara, tentang sosok Ibu, wanita-wanita Palestina juga sekolah di Palestina. satu tanya dari mereka, siapa guru-guru di Palestina?


 Foto-foto semua dapat pinjem di Google.

Tidak ada komentar: