Bonus Membacakan Dongeng, Sungguh lebih dari yang Kuharap
Baru berlalu moment indah yang membuat bahagiaku membuncah haru. Menjelang Yunda dan Akang tidur malam ini, jam menunjukkan pukul 20.10 WIB.
“Abi bacakan Fabel dong, Paus penyelamat ya !!” Akang nodong.
“Iya Bi, Yunda juga lagi pengen Fabel”, Yunda menguatkan.
“Sama Ummi ya Nak, Abi lagi caaapek banget”, jurus pamungkas memberi solusi, guap dech teori bahwa harus melibatkan mereka dalam membuat keputusan.
Koor kompakpun beralih…“Ummii…bacakan dong”
Hmm…iya dech, walau sebenernya ngantuk berat, jujur setelah tahu dan akhirnya aku harus mengakui bahwa saat menjelang tidur adalah waktu yang tepat dan sangat baik untuk menyampaikan pesan, menanamkan nilai, membentuk karakter, membuat jiwa tangguh, menempa akhlak nan mulia dan seterusnya. Terlebih lewat bercerita, mendongeng atau sejenisnya, kami (aku dan suami) membuat moment ini seoptimal mungkin.
Akupun bersiap, mulai membaca.
“Paus Penyelamat”(Fabel Islami Ikan Paus yang diperintahkan Allah menelan Nabi Yunus, AS)
“ Laut Tengah sedang tenang, hamparan air biru berkilau. Ombak agak besar, tapi tidak lah badai, angin berhembus kuat. Perahu-perahu besar berlayar dengan baik. Langit biru terang, burung camar terbang rendah. Allah menciptakan alam dengan sangat indah.”
Halaman pertama Fabel itupun terlewati dengan sucses. Kantuk mulai hingap menyergap, lama terdiam, matapun merem melek.
”Teruuus Mi...”, Yunda menggugah kantukku. Lanjut.
”Sekelompok ikan Paus sedang bermain, kepala ikan-ikan paus itu tampak ke permukaan.”
Diam. ”Mereka menghirup udara” Stop.
Sekuat mungkin kuusir kantukku. Kuakui suasana bercerita malam ini begitu parah.Namun tak tega membuat mereka kecewa, meski cerita ini sudah sering dibaca tapi tetap saja mereka masih menikmatinya, masih menunggu kelanjutannya.
”Kok berenti, berenti Mi”, Yunda protes garing. Lanjut lagi.
“Tampak seekor anak paus, ia terlihat sedang mengejar Ibunya.
Keduanya tampak saling mencintai. Kepada Orangtua memeng harus mencintai.”
Halaman kedua terlampaui. “Anak dan induk paus terus berenang.” Diam.
”Dan saat itu Induk Paus melihat sebuah kapal miring.” Diam lagi.
”Tergunjang seperti mau tenggelam.”
Diam lama. Akang menyentuhku tampa kata, aku tersadar mencoba bertahan.
“Abi bacakan Fabel dong, Paus penyelamat ya !!” Akang nodong.
“Iya Bi, Yunda juga lagi pengen Fabel”, Yunda menguatkan.
“Sama Ummi ya Nak, Abi lagi caaapek banget”, jurus pamungkas memberi solusi, guap dech teori bahwa harus melibatkan mereka dalam membuat keputusan.
Koor kompakpun beralih…“Ummii…bacakan dong”
Hmm…iya dech, walau sebenernya ngantuk berat, jujur setelah tahu dan akhirnya aku harus mengakui bahwa saat menjelang tidur adalah waktu yang tepat dan sangat baik untuk menyampaikan pesan, menanamkan nilai, membentuk karakter, membuat jiwa tangguh, menempa akhlak nan mulia dan seterusnya. Terlebih lewat bercerita, mendongeng atau sejenisnya, kami (aku dan suami) membuat moment ini seoptimal mungkin.
Akupun bersiap, mulai membaca.
“Paus Penyelamat”(Fabel Islami Ikan Paus yang diperintahkan Allah menelan Nabi Yunus, AS)
“ Laut Tengah sedang tenang, hamparan air biru berkilau. Ombak agak besar, tapi tidak lah badai, angin berhembus kuat. Perahu-perahu besar berlayar dengan baik. Langit biru terang, burung camar terbang rendah. Allah menciptakan alam dengan sangat indah.”
Halaman pertama Fabel itupun terlewati dengan sucses. Kantuk mulai hingap menyergap, lama terdiam, matapun merem melek.
”Teruuus Mi...”, Yunda menggugah kantukku. Lanjut.
”Sekelompok ikan Paus sedang bermain, kepala ikan-ikan paus itu tampak ke permukaan.”
Diam. ”Mereka menghirup udara” Stop.
Sekuat mungkin kuusir kantukku. Kuakui suasana bercerita malam ini begitu parah.Namun tak tega membuat mereka kecewa, meski cerita ini sudah sering dibaca tapi tetap saja mereka masih menikmatinya, masih menunggu kelanjutannya.
”Kok berenti, berenti Mi”, Yunda protes garing. Lanjut lagi.
“Tampak seekor anak paus, ia terlihat sedang mengejar Ibunya.
Keduanya tampak saling mencintai. Kepada Orangtua memeng harus mencintai.”
Halaman kedua terlampaui. “Anak dan induk paus terus berenang.” Diam.
”Dan saat itu Induk Paus melihat sebuah kapal miring.” Diam lagi.
”Tergunjang seperti mau tenggelam.”
Diam lama. Akang menyentuhku tampa kata, aku tersadar mencoba bertahan.
”Mungkin kelebihan muatan, kata Induk Paus pada anaknya, wah.......”
Glebuuk buku Fabel terjatuh dari peganganku, asli kaget, tepat saat buku hendakku pungut tapi kalah cekatan, karena Akang lebih dulu mengambilnya, menutup dan menaruh diatas bantal tidurnya, menghampiriku dan menciumku, muach :)
Subhanallah. SUBHANALLAH, gemuruh tasbih di hati, ciuman yang tampa kuminta.
Seketika meluap kantukku, tapi aku bertahan dengan mata masih terpejam. Menunggu.
”Bobolah Mi....” suara Akang beringsut.
Ekor mataku melirik Yunda, sudah tidur rupanya, pantes tak terdengar suaranya. Akang mengambil posisi tidur, memejamkan mata, sekejap sudah pulas tertidur.
Aku bangun, menunda tidur, paling tidak sampai menuliskan ini, karena kantuk pun tak lagi tersisa. Andai tadi diawal kutolak baca Fabelnya, aku memang bisa tidur lebih awal, tapi tak ’kan ada moment indah seperti ini. Bonus ciuman spontan dari Akang.
Dan aku ingin mengabadikan moment ini dengan tulisan cinta, bukan kerena ingin seluruh dunia tahu. Hanya ingin membuat aku tak melupakannya. Saat bahagia begitu meluap, mendapat perlakuanmu Nak...Melampaui dari sekedar yang kuharap, karena jujur, tadi aku sempat berharap anak-anakku mengerti bahwa aku begitu mengantuk aku juga sempat berharap merekalah yang minta baca Fabelnya di STOP dulu. Tapi ternyata. Sungguh lebih dari yang kuharapkan. Dan kemarin saat Abi baca tulisan ini, koment candanya riuh. "Mestinya Abi yang dapat ciuman ini."
"Tak apa, bisa lain waktu", hiburku.
Diskusipun berlanjut. Yang jelas, mestinya bukan Abi yang langsung bilang bahwa bacanya dengan Ummi aja, tapi baiknya Abi sampaikan kondisi Abi, dan beri alternatif. Kalu Ummi yang baca gimana Nak? Akan sama hasilnya, tapi prosesnya jauh berbeda, melibatkan anak-anak, ada unsur meminta pendapat disana.
Q.S Ash-Shaffat : 102
"........Ibrahim berkata: Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu. Maka pikirkan bagaimana pendapatmu?............"
Ya, ya...selalu ada kata belajar disetiap kesempatan bersamamu Nak...Belajar dari Ibrohim, belajar menjadi orangtua bijak bestari.
Glebuuk buku Fabel terjatuh dari peganganku, asli kaget, tepat saat buku hendakku pungut tapi kalah cekatan, karena Akang lebih dulu mengambilnya, menutup dan menaruh diatas bantal tidurnya, menghampiriku dan menciumku, muach :)
Subhanallah. SUBHANALLAH, gemuruh tasbih di hati, ciuman yang tampa kuminta.
Seketika meluap kantukku, tapi aku bertahan dengan mata masih terpejam. Menunggu.
”Bobolah Mi....” suara Akang beringsut.
Ekor mataku melirik Yunda, sudah tidur rupanya, pantes tak terdengar suaranya. Akang mengambil posisi tidur, memejamkan mata, sekejap sudah pulas tertidur.
Aku bangun, menunda tidur, paling tidak sampai menuliskan ini, karena kantuk pun tak lagi tersisa. Andai tadi diawal kutolak baca Fabelnya, aku memang bisa tidur lebih awal, tapi tak ’kan ada moment indah seperti ini. Bonus ciuman spontan dari Akang.
Dan aku ingin mengabadikan moment ini dengan tulisan cinta, bukan kerena ingin seluruh dunia tahu. Hanya ingin membuat aku tak melupakannya. Saat bahagia begitu meluap, mendapat perlakuanmu Nak...Melampaui dari sekedar yang kuharap, karena jujur, tadi aku sempat berharap anak-anakku mengerti bahwa aku begitu mengantuk aku juga sempat berharap merekalah yang minta baca Fabelnya di STOP dulu. Tapi ternyata. Sungguh lebih dari yang kuharapkan. Dan kemarin saat Abi baca tulisan ini, koment candanya riuh. "Mestinya Abi yang dapat ciuman ini."
"Tak apa, bisa lain waktu", hiburku.
Diskusipun berlanjut. Yang jelas, mestinya bukan Abi yang langsung bilang bahwa bacanya dengan Ummi aja, tapi baiknya Abi sampaikan kondisi Abi, dan beri alternatif. Kalu Ummi yang baca gimana Nak? Akan sama hasilnya, tapi prosesnya jauh berbeda, melibatkan anak-anak, ada unsur meminta pendapat disana.
Q.S Ash-Shaffat : 102
"........Ibrahim berkata: Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu. Maka pikirkan bagaimana pendapatmu?............"
Ya, ya...selalu ada kata belajar disetiap kesempatan bersamamu Nak...Belajar dari Ibrohim, belajar menjadi orangtua bijak bestari.
***
Yunda Akang, SERU, buat Clay Dan kini, aku ingin suatu saat kalian baca sendiri tulisan ini Nak...dan ceritakan rasamu. |
Kegiatan mendongeng, bercerita atau membacakan cerita adalah kegiatan yang memiliki perbedaan dalam penggunaan media cerita. Namun ketiganya punya komposisi yang sama yaitu ada orang dewasa sebagai narrator, ada materi bacaan dan ada pendengar.
Bercerita dikatakan sebagai kegiatan mendidik tanpa menggurui adalah karena berbagai hal dapat disampaikan orang dewasa dan diterima oleh anak dengan cara yang sangat menyenangkan. Nilai-nilai agama, batasan-batasan sosial dan berbagai hal dapat disampaikan kepada anak dengan cerita. Sehingga tanpa disadari anak sudah mendapatkan kebaikan tanpa merasa dinasehati.
Sejak dini, bahkan sejak awal kehidupannya anak perlu diberikan kegiatan bercerita. Untuk anak dibawah umur tiga tahun dapat diadakan dalam kelompok kecil atau secara individual/sendiri.
Sedangkan di usia 3 tahun ke atas anak sudah mulai bisa duduk tenang dan mendengarkan cerita. Kegiatan cerita dapat dilakukan sebagai pembuka kegiatan belajar mengajar. Dalam beberapa kesempatan juga dapat dilakukan sambil berbagi dengan teman. Ada beberapa orang dewasa yang menggunakan cerita untuk menenangkan anak sebelum tidur siang atau setelah bermain sangat aktif.
Sehubungan dengan pembahasan kita kali ini yaitu menjadikan kegiatan bercerita tidak menggurui maka perlu difahami beberapa hal :
1. anak belum memiliki motivasi belajar dari dalam (internal).
Fitrah mereka adalah melakukan sesuatu untuk mencari kesenangan belaka.
2. anak masih belajar menemukan “sikap belajar” yang tepat. Tabiat anak adalah sulit diam, suka berteriak, berlari, gaduh dan sebagainya.
3. anak lebih cepat bosan. Kemampuan konsentrasi anak masih sangat terbatas yaitu satu menit dikali usianya ( 1 menit X usia = waktu konsentrasi dalam menit). Anak tidak tahan terhadap suasana yang monoton, pasif tanpa “greget” yang dapat merangsang minatnya.
4. anak belum memiliki pengendalian diri yang baik. Anak belum bisa bersikap penuh pengertian seperti orang dewasa.
5. anak belum memiliki perbendaharaan kata yang lengkap. Berkomunikasi dengan anak harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh mereka.
6. anak belum mampu menangkap konsep-konsep abstrak seperti kejujuran, ketauhidan dll. Kecuali jika dijelaskan dengan contoh konkret.
7. Anak banyak dipengaruhi oleh fantasi dan imajinasinya. Dunia anak-anak adalah dunia yang kaya akan fantasi sehingga anak akan antusias sekali terhadap segala bacaan atau tontonan yang dapat membangkitkan imajinasi dan daya fantasinya, seperti menggambar, bermain peran, bermain dan mendengarkan cerita.
Syarat-syarat cerita yang baik:
1. harus menarik minat anak dan pendidiknya
Bercerita dikatakan sebagai kegiatan mendidik tanpa menggurui adalah karena berbagai hal dapat disampaikan orang dewasa dan diterima oleh anak dengan cara yang sangat menyenangkan. Nilai-nilai agama, batasan-batasan sosial dan berbagai hal dapat disampaikan kepada anak dengan cerita. Sehingga tanpa disadari anak sudah mendapatkan kebaikan tanpa merasa dinasehati.
Sejak dini, bahkan sejak awal kehidupannya anak perlu diberikan kegiatan bercerita. Untuk anak dibawah umur tiga tahun dapat diadakan dalam kelompok kecil atau secara individual/sendiri.
Sedangkan di usia 3 tahun ke atas anak sudah mulai bisa duduk tenang dan mendengarkan cerita. Kegiatan cerita dapat dilakukan sebagai pembuka kegiatan belajar mengajar. Dalam beberapa kesempatan juga dapat dilakukan sambil berbagi dengan teman. Ada beberapa orang dewasa yang menggunakan cerita untuk menenangkan anak sebelum tidur siang atau setelah bermain sangat aktif.
Sehubungan dengan pembahasan kita kali ini yaitu menjadikan kegiatan bercerita tidak menggurui maka perlu difahami beberapa hal :
1. anak belum memiliki motivasi belajar dari dalam (internal).
Fitrah mereka adalah melakukan sesuatu untuk mencari kesenangan belaka.
2. anak masih belajar menemukan “sikap belajar” yang tepat. Tabiat anak adalah sulit diam, suka berteriak, berlari, gaduh dan sebagainya.
3. anak lebih cepat bosan. Kemampuan konsentrasi anak masih sangat terbatas yaitu satu menit dikali usianya ( 1 menit X usia = waktu konsentrasi dalam menit). Anak tidak tahan terhadap suasana yang monoton, pasif tanpa “greget” yang dapat merangsang minatnya.
4. anak belum memiliki pengendalian diri yang baik. Anak belum bisa bersikap penuh pengertian seperti orang dewasa.
5. anak belum memiliki perbendaharaan kata yang lengkap. Berkomunikasi dengan anak harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh mereka.
6. anak belum mampu menangkap konsep-konsep abstrak seperti kejujuran, ketauhidan dll. Kecuali jika dijelaskan dengan contoh konkret.
7. Anak banyak dipengaruhi oleh fantasi dan imajinasinya. Dunia anak-anak adalah dunia yang kaya akan fantasi sehingga anak akan antusias sekali terhadap segala bacaan atau tontonan yang dapat membangkitkan imajinasi dan daya fantasinya, seperti menggambar, bermain peran, bermain dan mendengarkan cerita.
Syarat-syarat cerita yang baik:
1. harus menarik minat anak dan pendidiknya
2. panjangnya cerita sesuai dengan waktu konsentrasi anak , minatnya dan pengalamannya.
3. tidak melanggar syariah.
4. tidak ada bahaya di dalamnya.
Menjadi pencerita diperlukan keterampilan tersendiri yaitu disebut seni peran. Modal utama dari seni peran adalah tubuh, jiwa, dan pengalaman kehidupan sehari-hari baik secara fisik emosional maupun suasana. Syarat melaksanakan seni peran adalah harus wajar, indah masuk akal serta sadar dan benar.
Kiat-kiat bercerita :
- tersenyum dan aturlah duduk anak
- jagalah perasaan pendongeng agar selalu gembira lepas dari rasa tidak ikhlas
- seleksi cerita yang akan disampaikan. Jangan bacakan buku yang anda belum pernah membacanya.
- Selalu siapkan buku atau cerita alternatif jika yang ditawarkan tidak diminati anak-anak
- Periksalah media cerita dan lihatlah dari tempat anak-anak akan duduk, apakah gambarnya cukup besar dan jelas
- Letakkan atau pegang media cerita sejajar mata anak. gerakkan media dari kiri ke kanan dan sebaliknya sehingga semua anak dapat melihat. Perlihatkan bahwa anda sangat menghargai buku dengan cara memegang dan membuka buku secara perlahan dan hati-hati.
- Ketika membacakan kata atau kejadian yang berulang-ulang berhentilah sejenak agar anak-anak bisa menyelesaikan kalimat anda.
- Beritahu anak bahwa waktu untuk memberi komentar atau bertanya adalah ketika cerita telah selesai.
- Jika tiba-tiba ada distraksi yang membuat konsentrasi anak buyar tarik kembali perhatiannya dengan cara misalnya memberikan sentuhan pada punggungnya.
3. tidak melanggar syariah.
4. tidak ada bahaya di dalamnya.
Menjadi pencerita diperlukan keterampilan tersendiri yaitu disebut seni peran. Modal utama dari seni peran adalah tubuh, jiwa, dan pengalaman kehidupan sehari-hari baik secara fisik emosional maupun suasana. Syarat melaksanakan seni peran adalah harus wajar, indah masuk akal serta sadar dan benar.
Kiat-kiat bercerita :
- tersenyum dan aturlah duduk anak
- jagalah perasaan pendongeng agar selalu gembira lepas dari rasa tidak ikhlas
- seleksi cerita yang akan disampaikan. Jangan bacakan buku yang anda belum pernah membacanya.
- Selalu siapkan buku atau cerita alternatif jika yang ditawarkan tidak diminati anak-anak
- Periksalah media cerita dan lihatlah dari tempat anak-anak akan duduk, apakah gambarnya cukup besar dan jelas
- Letakkan atau pegang media cerita sejajar mata anak. gerakkan media dari kiri ke kanan dan sebaliknya sehingga semua anak dapat melihat. Perlihatkan bahwa anda sangat menghargai buku dengan cara memegang dan membuka buku secara perlahan dan hati-hati.
- Ketika membacakan kata atau kejadian yang berulang-ulang berhentilah sejenak agar anak-anak bisa menyelesaikan kalimat anda.
- Beritahu anak bahwa waktu untuk memberi komentar atau bertanya adalah ketika cerita telah selesai.
- Jika tiba-tiba ada distraksi yang membuat konsentrasi anak buyar tarik kembali perhatiannya dengan cara misalnya memberikan sentuhan pada punggungnya.
*****
Pemerhati anak-anak sekaligus psikiater kondang Kresno Mulyadi menyatakan, saat ini mendongeng secara langsung kepada anak-anak dipandang sebelah mata karena orang tua lebih mengandalkan kecanggihan teknologi. “Padahal perbedaan antara mendongeng langsung dan melalui film atau VCD sangat jauh, dan mendongeng lebih maju bila dibandingkan mengajari anak lewat teknologi canggih,” kata Kresno kepada ANTARA usai memberikan materi pada seminar dan workshop mendongeng di Aula Institut Agama Islam Banten (IAIB) Serang, Sabtu.
Kresno menuturkan dirinya pernah melakukan percobaan kepada dua kelompok belajar anak untuk mengetahui hasil dari mendongeng. Satu kelompok diberi dongeng dan satunya lagi tidak.
“Ternyata dari kelompok anak yang diberi dongeng kecerdasan emosionalnya terbangun lebih pesat bila dibandingkan dengan yang tidak diberi dongeng,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Kresno mendongeng perlu dilakukan bukan saja oleh pendidik atau tenaga pendidik, melainkan juga oleh seluruh orang tua.
“Jangan hanya mengandalkan kemajuan teknologi, apalagi mengandalkan pembantu,” katanya.
Ia menjelaskan kegiatan mendongeng penting bagi anak dan balita. Berdasarkan penelitian medis, mendongeng bisa menunjang perkembangan otak anak, memicu perkembangan saraf motorik, dan mengolah daya imajinasi anak.
“Pada akhirnya, kecerdasan emosional anak akan terbangun. Banyak contoh anak didik saya yang kritis bertanya sana sini tentang apa pun sebab mereka dirangsang dengan dongeng. Saat mendengar dongeng, anak akan lebih berani untuk mengeluarkan pertanyaan kritis,” katanya.
Kresno menuturkan dirinya pernah melakukan percobaan kepada dua kelompok belajar anak untuk mengetahui hasil dari mendongeng. Satu kelompok diberi dongeng dan satunya lagi tidak.
“Ternyata dari kelompok anak yang diberi dongeng kecerdasan emosionalnya terbangun lebih pesat bila dibandingkan dengan yang tidak diberi dongeng,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Kresno mendongeng perlu dilakukan bukan saja oleh pendidik atau tenaga pendidik, melainkan juga oleh seluruh orang tua.
“Jangan hanya mengandalkan kemajuan teknologi, apalagi mengandalkan pembantu,” katanya.
Ia menjelaskan kegiatan mendongeng penting bagi anak dan balita. Berdasarkan penelitian medis, mendongeng bisa menunjang perkembangan otak anak, memicu perkembangan saraf motorik, dan mengolah daya imajinasi anak.
“Pada akhirnya, kecerdasan emosional anak akan terbangun. Banyak contoh anak didik saya yang kritis bertanya sana sini tentang apa pun sebab mereka dirangsang dengan dongeng. Saat mendengar dongeng, anak akan lebih berani untuk mengeluarkan pertanyaan kritis,” katanya.
Ia mengatakan ada orang tua yang sadar akan pentingnya mendongeng untuk anak-anak, namun ada pula yang melakukan kegiatan ini hanya melalui televisi ataupun VCD. Tentu saja mendongeng langsung dengan dongeng yang ada di televisi jauh berbeda manfaatnya bagi anak. “Ketika ayah atau ibu mendongeng pada anak-anaknya, mereka akan melihat dan menikmati ekspresi orangtuanya saat bercerita sehingga imajinasi dan pemahaman anak-anak dapat berkembang dengan mudah,” katanya. Kresno juga mengimbau kepada para orang tua agar sesibuk apapun sebaiknya meluangkan waktu untuk lebih sering mendongeng atau bercerita pada anak-anak.
Daftar Pustaka;
- Tulisan Emmy Soekresno, S.Pd
- Tabloid Ayah Bunda: Manfaat mendongeng buat si kecil. Dan beberapa artikel serupa.
- matanews.com/2009/07/26/jangan-pandang-sebelah-mata-mendongeng
- tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Manfaat-Mendongeng-Untuk-Si-Kecil
- Buku Yuk Jadi Orang Tua Shalih!
- Buku Cerdas Akal, Cerdas Hati
- Fabel Islami: Ikan Paus yang diperintahkan Allah menelan Nabi Yunus, AS
- Buku Spiritual Ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar