Jumat, 28 Mei 2010

Lebih dari yang kuharap

Baru berlalu moment indah yang membuat bahagiaku membuncah haru…
Menjelang nanda tidur malam ini, jam menunjukkan pukul 20.10 WIB.


“Abi bacakan Fabel dong, Paus penyelamat ya !!” Akang nodong.

“Iya Bi, Yunda juga lagi pengen Fabel”  Yunda menguatkan.

“Sama Ummi ya Nak, Abi lagi caaapek nian”, jurus pamungkas memberi solusi,
guap dech teori harus melibatkan mereka dalam membuat pilihan.

Koor kompakpun beralih…

“Ummii…bacakan dong”
 
Hmm…iya dech, walau sebenernya ngantuk berat, jujur setelah merasakan dan akhirnya mengakui bahwa saat menjelang tidur adalah waktu yang baik untuk menyampaikan pesan, menanamkan nilai, membentuk karakter, membuat jiwa tangguh, akhlak nan mulia dst, terlebih dengan cerita, dongeng atau sejenisnya, kami (aku dan suami) membuat moment ini optimal. Kadang juga game atau tebak-tebakan,tapi khusus yang ini kami biasa melakukannya kalau besok libur, karena biasanya jam tidur jadi molor.

Akupun bersiap, mulai membaca….

“Paus Penyelamat”
(dari Fabel Islami tentang Ikan Paus yang diperintahkan Allah menelan Nabi Yunus, AS)

“ Laut Tengah sedang tenang, hamparan air biru berkilau
Ombak agak besar, tapi tidak lah badai, angin berhembus kuat
Perahu-perahu besar berlayar dengan baik
Langit biru terang, burung camar terbang rendah
Allah menciptakan alam dengan sangat indah”

Halaman pertama Fabel bergambar pun terlewati dengan sucses,
Kantuk mulai hingap menyergap...lama terdiam, mata merem melek

”Teruuus Mi...” Yunda menggugah kantukku.

Lanjut...

”Sekelompok ikan Paus sedang bermain,
kepala ikan-ikan paus itu tampak ke permukaan”

Diam....
”Mereka menghirup udara”

Stop...
Sekuat mungkin kuusir kantukku, walau suasana bercerita malam ini begitu parah,
Tetap tak tega membuat mereka kecewa, meski cerita ini sudah sering dibaca tapi tetap saja mereka masih menikmatinya, masih menunggu kelanjutannya.

”Kok berenti, berenti Mi”, Yunda protes garing.

Lanjut lagi...

“Tampak seekor anak paus, ia terlihat sedang mengejar Ibunya,
Keduanya tampak saling mencintai. Kepada Orangtua memeng harus mencintai.”

Halaman kedua terlampaui

“Anak dan induk paus terus berenang”.
Diam
”Dan saat itu Induk Paus melihat sebuah kapal mirng”
Diam lagi

”tergunjang seperti mau tenggelam”

Diam lamaa...
Akang menyentuhku tampa kata, aku tersadar mencoba bertahan

”Mungkin kelebihan muatan, kata Induk Paus pada anaknya......”

Glebuuk buku Fabel terjatuh dari peganganku, asli kaget,
tepat saat buku hendakku pungut tapi kalah cekatan,
karena Akang lebih dulu mengambil buku itu, menutupnya dan menaruhnya keatas bantal tidurnya, menghampiriku....dan menciumku, muach....
Subhanallah...SUBHANALLAH...gemuruh gelombang tasbih dihati...
Tak kuduga akan terjadi...mendapat perlakuan seindah ini, ciuman yang tampa diminta...

Seketika meluap kantukku,
tapi aku bertahan dengan mata masih terpejam
Menunggu...
”Bobolah Mi....” suara Akang beringsut.

Ekor mataku melirik Yunda, sudah tidur rupanya,
pantes tak terdengar suaranya.
Akang mengambil posisi tidur, memejamkan mata, sekejap pulas tertidur.

Aku bangun, menunda tidur, paling tidak sampai menuliskan ini,
karena kantuk pun tak lagi tersisa.
Andai tadi diawal ku tolak baca Fabelnya, aku memang bisa tidur lebih awal,
tapi tak ’kan ada moment indah seperti ini.

Dan aku ingin mengabadikan moment ini, bukan kerena ingin seluruh dunia tahu
Aku hanya ingin membuatku tak melupakannya
Saat bahagia begitu meluap, mendapat perlakuanmu Nak...
Melampaui dari sekedar yang kuharap, karena jujur,
tadi aku sempat berharap anak-anakku mengerti bahwa aku begitu mengantuk
aku juga sempat berharap merekalah yang minta baca Fabelnya di STOP dulu
Ternyata...
Sungguh lebih dari yang kuharapkan

Kemarin saat Abi baca ini, comment candanya riuh...

"Mestinya Abi yang dapat ciuman gini..."

"Tak apa, bisa lain waktu", timpalku menghibur.

Diskusipun berlanjut...
Yang jelas...bukan Abi yang langsung bilang bahwa bacanya dengan Ummi aja,
baiknya Abi sampaikan kondisi Abi, dan beri alternatif...
"kalu Ummi yang baca gimana Nak?"
Akan sama hasilnya, tapi prosesnya jauh berbeda, melibatkan anak-anak,
ada unsur meminta pendapat.

Q.S Ash-Shaffat : 102
"........Ibrahim berkata: Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu. 
Maka pikirkan bagaimana pendapatmu?............"

Ya, ya...selalu ada kata belajar disetiap kesempatan bersamamu Nak...
Belajar dari Ibrohim, belajar menjadi orangtua bijak bestari


Dan kini aku ingin, suatu saat tulisan ini kalian baca sendiri Nak...
dan saat itu ceritakan 'rasa'mu .... :)


***

kamis, 20 mei 2010
saat boikot facebook
sepekan diperam, biar berasa semarak harum wangi 

penuh bumbu "cinta" disana-sini
kalaulah getah, biarlah "gaharu", 

bermanfaat dan hargapun mahal

Tidak ada komentar: