Kamis, 20 Oktober 2011

Alih Profesi?

Sudah sebulan ini aktivitas harianku bertambah, ya semenjak tahun ajaran baru lalu aku diminta seorang senior menggantikan tugasnya mengajar pada salah satu sekolah akademi kesehatan di Palembang, karena beliau pindah ke Jakarta. Awalnya sempat ragu juga, bisa nggak ya? Karena akukan belum pernah ngajar  :(  Belum lagi kisah seputar ngajar yang suka kudengar. Katanya kalau ngajar mahasiswa tu ribet, harus nyiapin bahan lah, harus belajar lagi lah. Mana kalau pas ngajar banyak yang nanyanya nguji, atau sibuk ngorol sendirilah. Asli bikin maju mundur. 

Tapi berkat dukungan suamiku , begini katanya:
Anggap aja berbagi ilmu, ilmu yang diajarkan itu barokah lho :D Apalagi kalau ilmu yang kita ajarkan tersebut dimanfaatkan dan diajarkan lagi. Wach bisa jadi ladang amal yang tak akan terputus. Katanya bersemangat. Aku sampai terpana, iya juga ya batinku. Aku yakin semua orang akan tergiur bukan, mumpung ada kesempatan juga katanya lagi. Belum lagi pujiannya itu lho, katanya aku cocok jadi guru. Sempet hampir keselek juga dibuatnya, yang kubayangkan dibilang begitu karena kecerewetanku kalee ya... Tapi apalah bahasanya, yang jelas akhirnya aku ambil juga tawaran ini. Ditempat inilah sekarang aku mengajar.

Berbagi Ilmu, mengharap keberkahan...

Baru sebulan sich, tapi lumayan sudah membuatku harus bongkar-bangkir arsip lagi. Nyiapin bahan euy... Secara mata kuliahku ANATOMI FISIOLOGI. Dasar kuliahnya orang kesehatan. Dari system musculoskeletal(otot rangka) sampai system neurologi(persyarafan). Belum system cardiovasculer dan sistem respirasinya. Asli, membuatku terbayang masa-masa sulit saat kuliah dulu. Sampai mengot-mengot ngapalin nama latinnya, belum praktikumnya yang juga padat. Sungguh tak pernah bermimpi aku jadi dosen ANATOMI, termasuk FISIOLOGI. Kalau aku dulu, dua mata kuliah ini dipisah. 

Inilah salah satu bahan kuliah yang membuatku harus belajar lagi:

Si Jantung yang Perkasa, apalagi Sang Pencipta-Nya ya...


Banyaknye… sungguh akupun tak sanggup menghafalnya. Maka malulah aku kalau menuntut mereka untuk menghafalkan semua ini. Jadi langkah pertama yang kulakukan adalah membuat mereka SUKA dulu dengan mata kuliah ini. Menggariskan point-point mana saja yang memang harus diketahui dan selanjut mengajak mereka untuk memahami. Maka tak perlu menghafalkan semuanya ya... Dan justru dengan begini membuatku enjoy dalam mengajar. Memahamkan mereka artinya aku harus lebih dulu faham, dan sungguh dengan mengkaji lagi semua system organ tersebut, aku semakin menemukan banyak cara untuk  bersyukur.  Lihat betapa Allah menciptakan system respirasi, yang membuat kita bisa bernafas setiap saat dengan udara yang tersedia gratis. Belajar system reproduksi mengingatkanku lagi pada makna syukur dipercaya-Nya menjadi seorang Ibu dan makin kurasa kasih sayang Ibu yang sudah melahirkanku. Belum lagi system syaraf yang subhanallah dahsyat peranannya. Semuanya, membuat syukurku makin tak terukur.

Bahagianya lagi aku bertemu dengan para mahasiswa yang semangat belajarnya tinggi, haus ilmu dan sangat menghargai jalannya proses belajar, tertib dan disiplin banget. Kagum aku. Mereka rata-rata anak daerah, perantauan ceritanya :D Jujur diluar bayanganku. Kira-kira apa ya penyebabnya? Entahlah... tapi yang jelas dulu waktu aku mahasiswa juga begitu lho, hehe... air laut kan asin sendiri. Tapi benar lho, aku mahasiswa yang rajin menyimak bila dosen sedang mengajar, ndak sibuk ngobrol, anti nyontek, ndak suka nanya ala nguji, ndak suka ngenyek dosen, rajin belajar kalau suka*jujur... namun termasuk yang sering membolos kalau ada gawe-an penting, nach untuk para mahasiswaku akupun akan mentolerir gaya bolos yang bertanggung jawab sepertiku dulu, cie...

Alhamdulillah, walau awalnya ngejelimet tapi kini aku sudah bisa menikmati aktivitas tambahan ini, dilengkapi dengan rasa haru saat menerima gaji pertama kemarin, senangnya. Meski tak cukup membeli 1 kambing untuk qurban, tapi Insya Allah bisa untuk buat cicilan beli dinar, ooppss… sebuah impian tentu harus dilandasi dengan sikap nyata bukan? Semoga bisa berdisiplin. Dan saat awal melihatku yang menyiapkan bahan kuliah, belajar gictu ceritanya. Yunda dan Akang dengan spontan heboh berkomentar: “Ummi sekarang dah ganti ya kerjanya?” Ha hay... pastilah mereka kira aku kini sudah alih profesi. Padahal sebenarnya: “Bukan alih profesi Nak, cuma lagi belajar jadi Cikgu” :lol:

22 komentar:

bunda Lily mengatakan...

hiiii...ngebayangin susahnya jadi dokter, walaupuntugasnya mulia sangat bagi kemanusiaan, tapi belajarnya bunda bayangin bisa semaput kayaknya ....

anak bungsu bunda justru gagal sewaktu ujian cave katanya ini istilah di kampusnya utk cardio vasculer , Yunda :(
salam

Tarry Kitty mengatakan...

Alhmdlh ya mbak, dgn berani tampil ternyata memberi manfaat plus plus. Hehe

ketty husnia mengatakan...

wah,..cukup buat nyicil beli dinar??? berarti kalo kita barengan beli hewan qurbannya..cukup juga kali mbak..yah..kumpulan orang 10-12 :D
BTW..selamat dulu buat profesi barunya..lebih menantang dan tertantang ya Mbak..ah roda hidup memang harus berputar!

hilsya mengatakan...

senangnya bisa jadi guru... rata2 senior2ku juga milih jadi pengajar ..klo aku rasanya ga terlalu cocok, lebih suka di balik layar..

al kahfi mengatakan...

berbagi ilmu, ilmu yang diajarkan itu barokah<---mba kata2 suaminya bijak sekali,,pastiya seneng banget y punya pasangan yg slalu support ,,smoga maki sukses aj y mbak..:)

Kutus Kutus Herbal, Bali mengatakan...

Aku setuju dan suka banget dengan pandangan suami mu yang bijak itu, bahwa ilmu adalah ibadah dan harus dibagi.

Salam

Susi Susindra mengatakan...

Saya sangat tertarik pada artikel dinar kemarin, loh mbak.

Langkah pertama biasanya sulit, namun sejalan dengan waktu akan menjadi semakin mudah. Selamat menjadi cikgu!

Mulyani Adini mengatakan...

Alhamdullilah ya , sesuatu yang harus kita syukuri tentunya. Diberikan pentunjuk Allah untuk selalu berusaha dan hasilnya memuaskan.
Sukses utk mengajarnya dan moga mahasiswanya juga dapat bekerja sama dengan baik.

Mulyani Adini mengatakan...

Yunda..mb boleh bertanya ya, untuk judul yunda itu dari pertama Indah pada Masanya atau Semua Indah pada Masanya.

Pakde Cholik mengatakan...

Benar kata pak dokter tuh. Mengajar adalah berbagi ilmu dan itu ladang ibadah bu dokter.

Bu dokter pasti mengetahui hadits ini :
"Ilmu adalah ruh agama Islam dan tiang iman; siapa yang mengajar ilmu (pengetahuan) Allah menyempurnakan pahalanya, siapa yang belajar (mempelajari ilmu) kemudian mengamalkannya Allah akan mengajarkannya apa-apa yang tidak ia ketahui"

Selamat mengajar bu dokter guru.
Salam hangat dari Surabaya

Arr Rian mengatakan...

Bunda Semangat ya!!!!

Artineke A. Muhir mengatakan...

Bunda Lily:
Iya Bun, bab cave emang berat, detail banget soale. Anak Bunda kuliah dimana Bun, titip salam ya...

Mbak Kenia:
Iya Mbak nyicilnya sampai berbulan2, hehe... yang penting niat dan berdisiplin ;)

Mbak Tarry:
Makasih dukungannya Mbak, diberani-beranikan, hehe..

Mbak Hilsya:
Iya Mbak betul, semua tentu ada pilihannya, dan semoga kita diberi kemudahan dalam memilih yang terbaik untuk kita ;)

Al Kahfi, Pak Satrio, Rian:
Terima kasih kunjungan dan dukungannya ya...

Bu Dini:
Aamiin, trims ya Bu... dan sejauh ini semua mahasiswanya baik dan selalu bersemangat.
Iya Bu, dulu pakai semua, nach baru-baru ini aku hapus semuanya, jadi: Indah pada Masanya saja :)

Mbak Susi:
Alhamdulillah kalau bermanfaat Mbak, tulisan Mbak Susi juga selalu penuh inspirasi ;)

Pakde Cholik:
Tersanjung aku dikunjungi jum'at ini oleh komandan ;)
Soal cerita tentang Labu, silakan Pakde, monggo, dengan senang hati lho...

Salam kami juga De dari Palembang.

Orin mengatakan...

Ummiiii...dulu sblm bekerja di kantor sekarang, Orin ngajar di tempat les bahasa inggris gituh, dan memang ya, jd guru/mengajar itu sangat sangat sangat tidak mudah, harus banyak belajar :)

Semangat buat profesi barunya ya Ummi ;)

Bunda Kanaya mengatakan...

ummi nanti klo kanaya ada PR ttg ilmu kesehatan, diajarin yaah... hehe

Honey mengatakan...

wah udah jadi dosen

senang sekali deh dengernya

selamat ya ibu dosen :)

Hariyanti Sukma mengatakan...

selamat datang di bidang pendidikan .... menyenangkan loh... karena kita selau saja ada hal2 yang menarik.... apalagi kalo ngajar anak SMA... banyak yang membuat kita tersenyum melihat tingkah laku mereka

Yayack Faqih mengatakan...

swmangat terus bu untuk saling memberi apalagi yg di wariskan itu adalah ilmu yang nyatanya jelas sebagai investasi untuk hari akhirat. orang yg sudah meninggal akan terputus semua amal ibadahnya kecuali tiga perkara yg dalah satunya ilmu yg bermanfaat... berarti ibu sangat beruntung sekali dgn pekerjaanya...

Kakaakin mengatakan...

Hehehe... Perjuangan saya di matkul Anfis dulu lumayan jungkir balik. Dapat C aja merupakan anugrah terindah :D
Sekarang juga pada raib tuh memori saya tentang anatomi, apalagi fisiologi :(

Basith Kuncoro Adji mengatakan...

Wah.. jadi seorang dosen, seperti profesi ayah saya. Selamat yah ibu dosen! :D

Ohya, saya barusan follow blog ini. Saya harap kita bisa saling follow... hehe
http://sejutaimajinasi.blogspot.com/

Damar mengatakan...

Alhamdulillah mendapatkan amanah untuk menularkan ilmu, semoga menjadi ladang amal yang tak terputus ya Mbak, amin.

Ngomongin anatomi manusia, saya teringat buku tebel warna merah kalo ndak salah karang Greys (bener nggak sih soale sudah hampir 20 tahun yang lalu)

Lyliana Thia mengatakan...

Mbak, aku jd inget wkt kuliah anatomi dlu.. Temanku ada yg nyeletuk, "siapa sih yg nemuin ilmu anatomi?! Iseng bgt setiap lubang & tonjolan dikasih nama.." Hahaha...

Aku selalu salut sama para tenaga pengajar mbak, krn selain salah satu profesi terberat, pasti jg mrp ladang amal ya mbak.. Insya Allah.. Amin.. ^_^

Mama Ani mengatakan...

bener sih ke, jadi pengalaman ayuk dulu biar PD terpakasa kacamata ku lepas hehehehhe..