Sabtu, 16 April 2011

Mbak Endang KK

Nama lengkapnya Endang Khusnul Khotimah
sebuah nama yang indah dan mengandung arti.


Sudah hampir 3 tahun ini, ia menjadi bagian keluarga kami.
Sejak masuk SMA, Mbak End tinggal bersama keluarga kami.

Silih berganti khadimat bahkan sekarang tak ada khadimat, Mbak End terus membantuku dalam urusan tugas-tugas rumah tangga disela-sela kesibukanya belajar, les dan sekolah.


Keluarga bahkan kawan dekat yang pernah ke rumah kami di Pakjo biasanya langsung akrab dengan Mbak End, ia anak yang ramah dan sangat simpatik.


"Kelihatan tulusnya"  itu kata banyak orang yang kenal Mbak Endang.

Awal mula kenal Mbak End saat aku ada Posyandu di Sukadana (sebuah desa di wilayah kerja Puskesmas tempatku bertugas), ada seorang Ibu yang membawa 2 BALITAnya yang sedang sakit, dan Ibunya pun ternyata juga sakit. Setelah anamnesa, dialogpun berlanjut. Ternyata anak Ibu tersebut banyak, ada 7 orang. Yang sulung dan kedua sudah merantau ke Jawa masuk Pesantren. Yang ke 3 masih kelas 3 SMP, 2 orang lainnya SD, dan BALITA yang dibawanya adalah yang nomor 6 dan 7. Subhanallah....Merasa senang diajak ngobrol, si Ibupun curhat tentang anak ketiganya yang akan tamat SMP, betapa besar keinginannya untuk melanjutkan sekolah tapi sepertinya sulit terlaksana. Dengan spontan akupun menawari untuk menyekolahkannya, ya kira-kira begitu. Reponnya tak begitu jelas saat itu. Waktupun berlalu sampai hitungan bulan, bahkan akupun nyaris melupakan dialog itu. Tapi tak dinyata suatu hari si Ibu datang bersama suaminya ke rumah dinasku di Puskesmas Sukabumi dan menyatakan menerima tawaranku untuk menyekolahkan anaknya yang baru selesai UAN SMP.
Kaget lah daku....kirain ndak minat, ternyata sejak bertemu denganku beberapa bulan yang lalu suami istri yang bersahaja ini mengumpulkan info tentangku. Dan hasilnya mereka sepakat menitipkan anak gadisnya padaku. Aku masih ingat kata-kata si Ibu hari itu, walaupun redaksinya tak 100 % sama, tapi kira-kira begini....

" Kami dengar Bu Dokter ini orang baik dan anaknya masih kecil-kecil, jadi kami berniat menitipkan anak kami pada Ibu dan Suami. Tolong dibimbing, terserah mau dimasukkan apa, yang penting anak kami bisa Sekolah" sungguh rangkaian kata yang mampu membuatku terharu. Sejak hari itu aku berjanji pada Ibu Bapak Mbak Endang untuk memenuhi harapannya.

Langkah awal ternyata tak begitu mudah, karena saat itu seluruh SMA sudah tutup masa pendaftarannya, belum lagi Mbak Endang harus mengurus surat pindah rayon dan lainnya. Akhirnya berkat pertolongan Mbak Yani guru SMUN 1 Bahuga, Mbak Endang bisa masuk sekloah tersebut dan setelah pembagian raport pertamanya baru bisa diurus pindah sekolah SMU di Palembang. Nilai Mbak Endang rata-rata 7, tak ada yang menonjol tapi juga tak kurang. Sejauh ini menurutku ia tak kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah.

Special momment, di BKB berlatar AMPERA.
Bersama Yunda, saat rihlah ke AGROWISATA BIDAR.
Adapun diluar sekolah, Mbak Endang adalah pribadi yang matang, ia menonjol dari sisi kesabarannya. Ibadahnyapun rajin. Oya aku lupa ceritakan bahwa Bapaknya Mbak Endang seorang guru ngaji di desanya. Selain itu beliau menggarap sawah orang untuk penghidupan mereka sekeluarga. Belakangan Pak Jamal (nama Bapaknya Mbak Endang) sudah bisa menyewa 1/4 hektar sawah. Dari sinilah sekali dua Pak Jamal menitipkan uang untuk Mbak Endang, katanya hasil panen. Tak pernah kutolak, karena menurutku inilah kebanggaanya sebagai orangtua.

Kalau libur sekolah Mbak Endang pulang kampung, tapi sudah 2 kali lebaran Iedul Fitri dilaluinya bersama kami. Itu memang pesan Ibunya, bahwa kalau lebaran biar Mbak Endang bersama kami sekeluarga agar bisa bantu-bantu. Dan bisanya hari ke 3 kami semua akan mudik ke Sukabumi, artinya Mbak Endangpun bisa pulang ke rumah orangtuanya.

Akang, Mas Syamsul (adik Mbak Endang yang keempat), Lina dan Yunda. Saat liburan di Sukabumi.
Lina (adiknya Mbak End yang kelima) bersama Yunda, akrab.
Cita-cita Mbak End, dulu Ibunya pernah bilang sebenarnya Mbak Endang ingin jadi tenaga kesehatan. Tapi aku tak terlalu memikirkan kala itu, terlebih setahun yang lalu saat Mbak End kelas 2 SMA, ada sepupuku (Linda namanya, anak piatu, yang ikut orangtuaku sejak umur 4 tahun. Ibunya adik Mamaku dan sudah meninggal) yang harus masuk kuliah juga dan kami (aku dan suami) diamanahi oleh Mama Papa untuk mendanainya, sebelumnya Mama Papa yang sudah menyekolahkan sampai SMU berhubung adik bungsuku bersamaan masuk FK maka kamipun diminta untuk ambil alih tanggung jawab, itung-itung berbagi keberkahan ya.....tadinya mau masuk bidan, tapi yang negeri tidak masuk kamipun cari info untuk kebidanan swasta. Ternyata menembus angka 20-an juta. Akhirnya Ohtie (ini panggilan anak-anakku untuk sepupuku Linda) tak jadi masuk kebidanan, iapun harus rela masuk FKIP. Dari bidan beralih ke guru. Tak apalah ya....sama-sama mulia :)

Di GOR, bersama Ohtie, Mbak Helmi dan Mbak Ria.
Mampir di Bakso Kepala Sapi BATURAJA, dalam perjalanan ke Palembang.
Kembali ke cita-cita Mbak End, jujur aku pernah dibuat tertegun saat mau berangkat tugas TKHI. Waktu membaca buku kumpulan titipan do'a dari sanak keluarga bagian tulisan Mbak End : mohon do'anya agar bisa jadi Bidan. Ya Robb, sungguh kuterharu. Namun do'a ini tetap aku baca berulang ditempat-tempat mustajab setiap ada kesempatan musim haji lalu. Semoga Allah berikan yang terbaik.

Maret lalu, setelah aku ikut pelatihan BEKAM di HPA pada bulan sebelumnya, aku mulai sering membekam tapi tetap seringnya kesulitan mencari orang yang bisa memBEKAM diwaktu yang pas, akhirnya akupun mengikutkan Mbak End pelatihan BEKAM. Dan ternyata Mbak End beminat sekali, sekarang Mbak End lah yang rutin memBEKAM ku tiap 1/2 bulan sekali dan aku juga yang membekam Mbak End 1/2 bulan sekali. Mbak End juga penderita Ashtma sama sepertiku. Kisah tentang BEKAM inilah akhirnya yang merubah cita-cita Mbak End.
Ceritanya suatu hari beberapa Ibu majelis Taklim tempat Nyai ada yang mau minta Bekam, Ammah Evipun minta ditemani. Awalnya aku yang akan berangkat, tapi ternyata aku ada agenda lain, dan saat itu Mbak End sudah pulang sekolah. Dan Mbak End bersedia menemani Ammah Evi membekam. Singkat ceita Mbak End menuai banyak pujian dari ibu-ibu yang dibekamnya bahkan dapat uang sebagai imbalan jasanya membekam. Mbak End senang sekali, pulangnya langsung bilang bahwa Mbak End tidak usah kuliah Kebidanan karena Mbak End mau jadi ahli BEKAM saja. Luar biasa. Aku kaget sekaligus bersyukur, rasanya lebih mungkin memenuhi harapan Mbak End untuk jadi ahli BEKAM, dibenakkupun langsung ada rencana untuk mengikutkan Mbak End ke MTN, agar lebih faham ilmu BEKAM lanjutan juga tekhnik pengobatan ala Nabi lainnya nanti setamat Mbak End SMA.

Teriring do'a, agar mampu lalui dan dimudahkan dalam UAN tanggal 18 April 2011, senin besok untuk Mbak End kami.
Sucses ya Mbak.....Mbak End pasti BISA :)

Aksi Palestine, masa ada Mbak Ika.

Sebelum belajar bekam Mbak End memang sudah ada bakat dalam hal urut dan pijat. Hal ini sudah diakui oleh Nyai Sun ataupun Jidah Off, jadi Insya Allah kedepan Mbak End akan sucses jadi therapis yang handal. Selain itu, akupun ada niat masukin Mbak End PGTK karena menurut ku ilmu di sini banyak manfaatnya dan berdasarkan anjuran banyak teman yang sudah kenal Mbak End.

"Masukin PGTK aja Ke', cocok buat Mbak Endang yang senang dan mudah dekat dengan anak-anak. Dan biayapun terjangkau" begitu kira-kira usul mereka.

Adalagi komentar lucu beberapa orang kawanku yang kenal Mbak End.

"Ke'....kalu masih ado yang model Mbak Endang, pesen sikok yo, aku galak"
Terjemahannya : "Ke'....kalau masih ada yang model Mbak Endang, pesen satu ya, aku mau"

Wew.....emang barang, pake pesen segala, hehe

Penutup tentang Mbak End, keberadaannya sangat berarti buat kami sekeluarga. Ia bisa jadi teman yang baik untuk anak-anakku, Mbak End bahkan bisa diandalkan untuk sesekali menggantikanku nyimak ngaji dan muroja'ah hafalan Yunda, Mbak End bisa jadi therapis BEKAM untukku juga bisa dengan sangat cekatan membantu menyelesaikan kerjaan RT, terutama saat sedang kosong khadimat seperti saat ini. Tapi besok Mbak End harus fokus untuk UAN bahkan Abipun sudah siap membantuku mencuci menggantikan Mbak End selama UAN. Siip....siip :)

1 komentar:

nicamperenique mengatakan...

mengiri saya sama mbak Keke
mbok saya dibagi 1 yg kayak mbak Endangnya huhuhu mirip tuh sama mbak mpie nya Egi waktu masih bayi ...
sayangnya klo mbak mpie nya itu emang gak mau sekolah lagi :(

titip satu klo ada ya mbak

doa kami buat mbak Endang semoga apapun yg jadi cita2nya dimudahkan dalam pencapaiannya amiiin