Saat ini pola penyakit telah
mengalami transisi epidemiologi, yamg ditandai dengan beralihnya penyebab
kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit
tidak menular (non-communicable disease). Perubahan pola penyakit tersebut
sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi, sosial ekonomi, dan sosial budaya.
Kecenderungan perubahan ini juga tekah terjadi di Indonesia, sehingga menjadi
salah satu tantangan dalam pembangunan di bidang kesehatan.
Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
utama adalah kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit
kronik obstruktif telah mengalami peningkatan jumlah kasus, khususnya di negara
berkembang. Kondisi ini berdampak pada peningkatan angka kematian dan
kecacatan. WHO memperkirakan pada tahun 2020, penyakit tidak menular akan
menyebabkan 73% kematian dan 60% dari seluruh kesakitan di dunia. 2 dari 3
kematian setiap tahunnya terjadi karena penyakit tidak menular. 9 juta kematian
terjadi pada usia kurang dari 60 tahun. 90% kematian akibat penyakit tidak
menular terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Lebih dari 70% penderita penyakit tidak menular tidak
tahu kalau dirinya sakit dan 30%nya tidak berobat secara teratur di Indonesia.
Milyaran Rupiah hilang terbuang percuma
akibat penyakit tidak menular dan memperburuk kemiskinan.
Masalah
PTM yang kian meningkat dan mengancam pertumbuhan ekonomi nasional.
Masyarakat kurang menyadari tentang PTM
dan faktor risiko untuk timbulnya PTM di
masyarakat Fasilitas yankes yang ada belum memadai untuk
pencegahan & penanggulangan PTM. Kegiatan Pencegahan & Penanggulangan
PTM masih terkotak kotak & belum terkoordinasi secara terpadu. perlu reformasi
pelayanan kesehatan & perencanaan yang komprehensif dan berbasis
masyarakat. Dengan memperhatikan masalah PTM di masyarakat maka dapat
dilihat bahwa morbiditas & mortalitas tinggi dan faktor risiko ptm tidak
memberikan gejala. Dengan itu maka dapat menggunakan sumberdaya masyarakat,
memberdayakan Potensi masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sesuai
dengan budaya & kebiasaan masyarakat maka dapat dibentuk Posbindu PTM,
dimana posbindu pptm berbasis masyarakat dengan mengutamakan fungsi koordinatif
dan konsultatif dimana Pemerintah hanya sebagai motivator, fasilitator
dan kendali mutu pelayanan kesehatan.
Berdasarkan
permasalahan di atas, maka perlu tetap dilaksanakan Posbindu PTM seperti yang
telah dirintis pada tahun 2014 lalu. Dan untuk memperlancar pelaksanaannya
diharapkan ada kader-kader POSBINDU terlatih. Untuk itu maka akan dilaksanakan
pelatihan kader-kader POSBINDU sebanyak 1 kali yang berlokasi di kantor BTKLPP
Kelas I Palembang.
Secara umum Posbindu
PTM BTKL PP Kelas I Palembang sendiri
bertujuan untuk :
1. Membudayakan Gaya Hidup Sehat (berperilaku
CERDIK) dalam lingkungan yg kondusif di rutinitas kehidupannya.
2. Faktor
risiko PTM yg kurang menimbulkan gejala secara bersamaan dapat terdeteksi &
terkendali secara dini.
3. Metodologis dan bermakna secara klinis dimana kegiatan
dpt dipertanggung jawabkan secara medis dan dilaksanakan oleh kader khusus dan
bertanggung jawab yg telah mengikuti pelatihan metode deteksi dini atau
edukator PPTM
Dengan memperhatikan
tingkat ekonomi masyarakat Indonesia maka Posbindu PTM ini termasuk fasilitas
kesehatan yang murah dimana dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dgn biaya
yg disepakati/sesuai kemampuan masyarakat. Selain
itu Posbindu PTM mudah dijangkau karena diselenggarakan di lingkungan tempat
tinggal masyarakat/ lingkungan tempat kerja dgn jadual waktu yang disepakati
Distribusi peserta berdasarkan jenis kelamin dari 2 kali pelaksanaan POSBINDU PTM. Adapun peserta yang mengikuti POSBINDU PTM pertama berjumlah 56 orang dan POSBINDU PTM kedua berjumlah 50 orang dan yang menjadi catatan bahwa secara keseluruhan peserta tersebut bukan orang yang sama. Adapun distribusi hubungan umur dengan gula darah pada POSBINDU PTM pertama dapat terlihat bahwa umur 18-44 tahun dan 44-54 tahun tidak ada yang gula darahnya >200 mg/dl dan pada umur 55+ lebih gula darahnya lebih cenderung meningkat, bahkan ada 1 orang yang > 200 mg/dl. Dan dari 56 peserta yang mengikuti POSBINDU PTM pertama hanya 37 orang saja yang diperiksa kadar gula darah sewaktunya bisa terlihat bahwa tidak ada peserta yang gula darahnya > 200 mg/dl. Dan dari 50 orang peserta yang mendikuti POSBINDU PTM kedua hanya 30 orang saja yang diperiksa kadar gula darah sewaktunya.
Foto Kegiatan POSBINDU Ke I di BTKL PP Kelas I Palembang.
Laporan eeeuuyyyy...