Ini kejadian beberapa hari yang lalu saat aku berkesempatan mendengarkan curhat seorang 'adik'. Begini kisahnya, cieee
Dijeda sebuah pelatihan, aku membaca sebuah pembaharuan dari seorang Ust.Cahyadi Takariawan (beliau baru sepekan lalu dinobatkan sebagai Kompasioner Terfavorit pada penghargaan Kompasiana Awards 2014) yang memang pemberitahuannya rutin masuk ke fb-ku dan biasanya kerap kubaca, seringnya sambil senyum-senyum.
Dijeda sebuah pelatihan, aku membaca sebuah pembaharuan dari seorang Ust.Cahyadi Takariawan (beliau baru sepekan lalu dinobatkan sebagai Kompasioner Terfavorit pada penghargaan Kompasiana Awards 2014) yang memang pemberitahuannya rutin masuk ke fb-ku dan biasanya kerap kubaca, seringnya sambil senyum-senyum.
Dan kali ini, demikianlah isi status beliau:
Sekedar menelpon, atau sms, atau ngobrol via BBM atau WA, untuk menanyakan kondisi dan aktivitas masing-masing, adalah sesuatu banget bagi pasangan suami istri.....
Jangan menelpon atau mengontak hanya karena ada sebuah kepentingan yang khusus. Tidak perlu ada sesuatu kepentingan tertentu. Usahakan terus terhubung dan nyambung. Bahkan untuk sekedar "iseng" atau hal-hal yang sepertinya tidak penting....
Justru ini menjadi penting dalam rangka menyatukan hati dan jiwa suami istri.
Agar mereka selalu nyambung dan terhubung....
Justru ini menjadi penting dalam rangka menyatukan hati dan jiwa suami istri.
Agar mereka selalu nyambung dan terhubung....
********
Istri : Sudah makan Bang?
Suami : Sudah Dek....
Istri : Makan apa Bang?
Suami : Makan siang Dek...
Istri : Ooh aku kira makan nasi Bang...
Suami : Kalo kamu udah makan Dek?
Istri : Udah Bang...
Suami : Makan apa Dek?
Istri : Makan ati Bang....
Suami : Ooh... kirain makan nasi...
Istri : Ooh aku kira makan nasi Bang...
Suami : Kalo kamu udah makan Dek?
Istri : Udah Bang...
Suami : Makan apa Dek?
Istri : Makan ati Bang....
Suami : Ooh... kirain makan nasi...
***********
Isinya cuma iseng dan gak penting kan?
Karena yang penting adalah selalu terhubung dan nyambung....
Isi chatting tidak terlalu penting....
Selamat siang sahabat semua.......
Seperti biasa akupun langsung mesem-mesem sendiri. Ternyata peserta pelatihan disebelahku, yang juga kawan sekamarku selama pelatihan kali ini memperhatikan dan langsung bertanya. "Baca apaan sich Mbak?" Serta merta aku menyodorkan hp-ku, dia membacanya dengan seksama. Aku kembali khusyuk dengan materi pelatihan yang mulai serius lagi. Barulah saat istirahat sholat dzuhur, Bunga (bukan nama sebenarnya) menggenggam tanganku erat. "Mbak, aku telat membaca tulisan bagus seperti tadi, sebenarnya aku punya pengalaman pahit seputar kehidupan berumahtangga". Dan akhirnya mengalirlah kisah berharga darinya tanpa kupinta.
Disaat seperti itu, Bunga benar-benar limbung. Hanya pada Allah tempatnya bercerita, Bunga tak mungkin curhat pada kawan atau saudaranya, itu sama saja membuka aib suaminya, Bunga merasa emosinya masih begitu meraja, yang ada dalam ingatannya kala itu hanya kejelekan dan kesalahan suaminya saja. Hapus semua kebaikannya selama ini. Bunga trauma pada banyak hal, setiap suaminya memegang hp rasa curiganya kembali meluap-luap. Kota Bandung tempat mahasiswi ganjen itu tinggal adalah sebuah tempat yang terlarang untuk didatangi suaminya. Melihat boneka atau kata-kata 'Donald Duck' mampu membuatnya meneteskan air mata. Bagi Bunga inilah ujian terberat dalam hidupnya. Saat-saat sulit masa kecilnya sebagai anak yatim tak pernah dirasakan Bunga sebagai suatu derita.
Suami Bunga sampai kehabisan kata untuk minta maaf. Bunga benar-benar berjuang melawan egonya demi anak-anak. Apalah artinya kebahagiaannya bila dibandingkan kebahagiaan anak-anak mereka. Akhirnya Bunga tak mau berlarut-larut, mereka berdamai. Meski manusiawi saja sampai saat ini kebencian Bunga pada mahasiswi penggoda itu masih membara. Dengan sadar Bunga diam-diam membuka akunnya dan sampailah pada satu kesimpulan memang dia kerjanya begitu, tebar-tebar pesona pada banyak laki-laki. Berharap dijadikan yang kedua. Syair lagi "Jadikan aku yang kedua, buatlah diriku bahagia" kerap diulangnya sebagai status fb-nya. Bunga juga membuka list pertemanan dan siapa saja yang rajin berkomentar, rata-rata adalah para lelaki yang tampaknya 'mapan' dan 'baik-baik'. Jauh dari kesan 'urakan', meski Bunga tak tahu siapa-siapa sajakah mereka itu, karena Bunga tak mau terlalu jauh. Cukup baginya untuk tahu siapa mahasiswi ganjen itu, ternyata tipe perempuan yang mau senangnya saja, tak mau berjuang merintis hidup susah dari bawah sehingga yang diincar adalah para pria yang sudah mapan.
Suami Bunga sampai kehabisan kata untuk minta maaf. Bunga benar-benar berjuang melawan egonya demi anak-anak. Apalah artinya kebahagiaannya bila dibandingkan kebahagiaan anak-anak mereka. Akhirnya Bunga tak mau berlarut-larut, mereka berdamai. Meski manusiawi saja sampai saat ini kebencian Bunga pada mahasiswi penggoda itu masih membara. Dengan sadar Bunga diam-diam membuka akunnya dan sampailah pada satu kesimpulan memang dia kerjanya begitu, tebar-tebar pesona pada banyak laki-laki. Berharap dijadikan yang kedua. Syair lagi "Jadikan aku yang kedua, buatlah diriku bahagia" kerap diulangnya sebagai status fb-nya. Bunga juga membuka list pertemanan dan siapa saja yang rajin berkomentar, rata-rata adalah para lelaki yang tampaknya 'mapan' dan 'baik-baik'. Jauh dari kesan 'urakan', meski Bunga tak tahu siapa-siapa sajakah mereka itu, karena Bunga tak mau terlalu jauh. Cukup baginya untuk tahu siapa mahasiswi ganjen itu, ternyata tipe perempuan yang mau senangnya saja, tak mau berjuang merintis hidup susah dari bawah sehingga yang diincar adalah para pria yang sudah mapan.
Saat ini Bunga memang sudah pulih, makanya ia memilih membagi kisahnya untuk dijadikan pelajaran, Bunga tahu aku suka menulis dan punya banyak kenalan. "Semoga bisa diambil hikmahnya Mbak", begitu pesan Bunga.
Adapun intinya dari kisah Bunga yang aku garis bawahi bahwa kita hidup diakhir zaman, rumah tangga kita sangat jauh bila hendak disandingkan dengan rumah tangganya Rasulullah, SAW dengan Bunda Khodijah, banyak sekali cacat celanya. Sebagai sepasang suami istri selayaknya kita bisa saling melengkapi, menguatkan dan mengingatkan. Terus belajar, terus berbenah memperbaiki diri. Silakan ikut pelatihan-pelatihan keluarga SAMARA atau baca-baca buku panduan tips meraih keluarga SAMARA. Berusaha selalu menjalin komunikasi aktif dengan pasangan, jangan hanya menunggu. Buat agenda liburan keluarga, hangatkan kembali suasana kebersamaan dalam keluarga. Jangan terjebak pada rutinitas, merasa berada di zona nyaman. Adalah salah bila membandingkan dengan kehidupan keluarga orangtua kita dulu yang baik-baik saja meski tak perlu bumbu-bumbu romantis ataupun penyegaran. Analoginya begini, sekarang kita hidup di bumi yang sudah makin banyak polusinya, jadi imunitas kita juga harus ditingkatkan. Jangan samakan dengan kondisi bumi zaman dulu yang semuanya masih serba segar alami, tanpa polutan berbahaya. Bila kita tidak mau meningkatkan imunitas, itu artinya kita akan dilibas polutan yang mengganas.