Sabtu, 28 Mei 2011

Ibu dan Bloggerwati yang Hebat

Tulisan ini aku buat khusus untuk seorang sahabat yang baru saja kukenal, dalam rangka merayakan Milad Blognya yang pertama, Mbak Susi, penulis Blog Susindra.

Dalam acara Giveaway Susindra  ini, Mbak Susi mengajukan dua pertanyaan:

Pertama, dari satu tahun karya Mbak Susi, posting di Blog Susindra.mana yang paling disuka?



Sebenarnya aku suka semuanya Mbak, hmmm...tapi kalau disuruh pilih aku paling suka tulisan yang berjudul:
Jadi Ibu Rumah Tangga plus Bloggerwati.

Mantap Mbak, walaupun tulisannya singkat dan lebih sederhana dibanding tulisan-tulisan Mbak Susi yang lain, tapi menurutku Mbak Susi sudah melakukan satu keputusan yang besar, dari sebagai Ibu Bekerja menjadi Ibu Rumah Tangga. Salut Mbak...dan aku yakin Mbak bahagia dengan keputusan ini.

Pada bagian tulisan ini akupun makin yakin keputusan Mbak untuk menjadi Ibu Rumah Tangga sangat didukung suami dengan meng-cut aktivitas cuci setrika (yang memang menurutku, kerja rumah tangga yang cukup berat). Aku kembali setuju denganmu Mbak, menjadi Ibu Rumah Tangga plus. Pilihan sebagai bloggerwati juga dalam rangka mensucseskan suami. Aku bisa merasakan bahwa kalian adalah pasangan yang saling menguatkan. Cerminan keluarga SAMARA. Selamat ya Mbak...

"Aku sangat bersemangat menikmati peran ibu rumah tanggaku. Pagi ini aku langsung memasak masakan istimewa karena tadi malam jam 10 aku sudah mencuci piring dan mengepel rumah. Jadi kerjaan pagi ini hanya memandikan D&B, memasak sambil mencuci baju. Semua pekerjaan kelar kecuali mencuci baju. Papa langsung meng-cut aktivitas cuci baju, alasannya karena kami telah mengambil tenaga cuci-setrika. Katanya dia lebih suka aku berblogging sambil menyelesaikan proyek website furniture dan guide furniture yang Susi siapkan dan targetkan 3 bulan mendatang berhasil mendapatkan penghasilan. Oke deh papa. Aku siap blogwalking menyapa teman".

Itulah alasan aku memilih posting ini.

Pertanyaan kedua, adalah kesan dan pesan untuk Blog Susindra

Kesan pertama mengenal pribadi Mbak Susi adalah beliau seorang yang menyenangkan, mau berbagi ilmu dan pengalaman. Ini juga yang menjadi kesannya blog Susindra, banyak sekali pengetahuan2 yang bisa aku dapat disana, gaya bahasanya mengalir sehingga jauh dari kesan menggurui.

Pertama kali aku mampir di blog Susindra, aku langsung tahu bahwa Mbak Susi orang yang mau membuka diri, terlebih cara Mbak Susi mengadakan Giveaway Susindra ini, sejujurnya aku suka, karena mengajak kami para teman blogger (terutama yang baru kenal sepertiku) untuk membuka arsip-arsip tulisan, secara tidak langsung kamipun makin mengenal siapa Mbak Susi. Dengan mengenal maka selanjutnya tumbuhlah rasa sayang, cie...Tapi bener 'kan Mbak, tak kenal maka tak sayang ;)* senyum sambil ngediiip, kliip.

Dan setelah sucses membongkar lemari arsip tulisan Mbak Susi yang rapi dan keren (aku jadi tahu, ini berkat saran teman blogger Mbak Susi yang baik hati). Buatku, tulisan-tulisan yang sangat berkesan adalah saat Mbak Susi bercerita seputar D&B, gue banget kayaknya. Kesanku, Mbak Susi sangat pantas disebut sebagai Ibu yang ideal. Tulisan-tulisan Mbak di     Pertanyaan anak yang menyerempet Bahaya, Jangan pernah bilang Binbin Nakal, Kegiatan Sekolah Distin di Pendopo kabupaten Jepara hari ini, Keceriaan Destin - Binbin dan jajan Bolang-Baling khas Kudus, Destin dan Binbin Susindra, Intuisi Ibu untuk Memilih Teori Pengasuhan Anak, dan masih banyak lagi, semuanya membuat aku semakin yakin pada hebatnya sosok Mbak Susi sebagai Ibu, juga pesan moralnya banyak sekali. Terlebih pada Intuisi Ibu untuk Memilih Teori Pengasuhan Anak, terima kasih Mbak untuk berbaginya.

Adapun pesanku hanya dua saja Mbak, spesial sebagai pesan seorang yang baru kenal:

  1. Mbak Susi tetaplah menjadi Ibu yang hebat untuk D&B dan teruslah berbagi ilmu tentang pernak-pernik pengasuhan anak. Semoga selalu bahagia menjadi Ibu Rumah tangga.
  2. Membaca posting Mbak Susi, Menjelang Satu Tahun Blog Susindra, aku berharap Mbak Susi tetap semangat berbagi lewat Blog Susindra. Menjadi bloggerwati yang disuka banyak kalangan. Tetap semangat menjalin silaturrahim dan semoga usaha furniturenya makin maju dengan adanya promosi lewat Blog ini. Tetap semangat ya Mbak Susi...Lucu baca tulisan Mbak Susi tentang puasa blogging 3 hari gara-gara kecanduan blogging, wech benar-benar bloggerwati hebat ya Mbak Susi ini :)
Dan tak lupa aku ucapin Selamat untuk Blog Susindra...
Semoga makin jaya dan salam hangat dari kami di Palembang.

Kenalkan, ini kedua anakku namanya Yunda dan Akang. Salam kenal untuk D&B ya...

 

Kamis, 26 Mei 2011

Bukan karena tak Bahagia

Kita masih di kota ini, saat banyak sahabat kembali ke ranah asal
tetap bangga menyandang status perantau
walau dengan kondisi yang jelas berbeda
dan kita masih rekat seperti dulu, walau hanya sesekali bertemu

Ya, tujuh tahun setelah usai masa kampus kita jarang bersua raga
khabar seperti hembusan angin, ada tapi tak nyata
tapi tak mengapa
bukan kah sekarang banyak kesempatan kita bisa berdialog lagi

Dirimu masih selayak dulu
ceria dalam canda, ceritamu apa adanya
walau gemilang karir telah kau dapat, wakasek di satu SMA ternama
hanya jelas pada gelar pembesar yang kerap kujuluki
....ayo diet, begitu ingatku kerap kali
"biar saja, ini tandanya aku jomblo bahagia" timpalmu tetap dengan tawa

Ach..........
tapi sampai kapan?
tak ada jawaban, tak juga kucela
harapku, esok lebih baik
akan ada cara Allah menjagamu

Sore tadi kau datang dengan 'tak sehat'-mu
maafkan, ternyata sudah kerap kali
"mengapa tak kemari?", sebuah pertanyaan tak patut
apakah aku berhak menggugat, padahal aku bahkan tak pernah ke rumahmu
setulusku, maafkanlah....
"tak mengapa, biar aku yang kemari, aku juga rindu anak-anakmu"

tak ada kabut, ulas senyummu terlalu nyata
dan acara berdarah-darah itupun harus terjadi, akhirnya dirimu ku BEKAM
dan aku masih terus mencoba, membumbuimu agar mau genapkan 1/2 dien
"tolong sadarilah, sakitmu mengisyaratkan,
bahwa dirimu perlu dikuatkan"

hapus kisah pilu masa lalu, masih banyak pria baik untukmu
bukan aku keberatan menjadi labuhan
tapi akan indah untukmu kini dan kelak
usia kita tak lagi remaja
semua ingin lihatmu mendua, dengan orang yang tak mesti sempurna
selalu ada cinta bila kita mau membuka diri
semoga usai episodemu, lalu esok datang dengan lebih cerah
"Allah bantu dirinya, yakinkanlah ia pada yang sering kami bahas dulu"
Semua Indah pada Masanya, bukan karena dirimu tak Bahagia


~ Untuk seorang sahabat yang sedang sakit, Syafakillah. Katakan, SEHAT  ~
Seorang sahabat anugerah-Nya, melukis indah kisah bersama di kost-an walau beda Fakultas.

Tentang Ngeblogku

Mengambil semua manfaat yang baik dan Menebar semua kebaikan.
Karena Kita pernah Ada.

Semangatku untuk menulis lagi banyak dipengaruhi oleh seringnya aku membaca banyaknya catatan di facebook, senang bisa dapat banyak hikmah dan juga menjalin persahabatan, terlebih caranya mudah dan cuma-cuma. Apalagi ajakan menulis bersama yang menurutku sangat membantu orang-orang yang punya minat menulis tapi tak punya ilmu tentang kepenulisan sepertiku.  Tapi berkat berbagi ilmu kepenulisan dan juga kesempatan untuk menulis bersama, puisi pertamaku masuk dalam buku antalogi “Selaksa Makna Cinta” yang digawangi group UNTUK SAHABAT. Selanjutnya saat beberapa tulisanku posting dicatatan facebook, ada adik tingkatku yang ikut membaca tulisanku bilang.
“Mbak buat blog aja, lebih seru lho kalau nulis diblog”, kira-kira begitu katanya.
Dan akupun langsung minta diajari buat blog, tapi karena ia sedang sangat sibuk jadilah aku hanya diajari dasarnya saja. Yang penting bisa entri baru. Jujur itu saja sudah membuatku takjub, ternyata nulis diblog jauh lebih keren, begitu fikirku saat itu. Buka-buka (atau ngintip bahasaku) blog orang lain membuatku makin penasaran belajar membuat blog yang cantik, tapi aku ternyata masih si-blogger pemalu. Malu bertanya pada orang yang belum kukenal. Sementara mereka yang ada dilingkunganku ilmu nge-blognya sangat pas-pasan. Jadilah aku nge-blog dengan gayaku sendiri. Sampai saat aku awal nge-blog kira-kira setahun yang lalu, aku bahkan sudah pernah menemukan ajakan kontes blog yang juga diadakan Mbak Anazkia dan Denaihati  dengan tema berbagi kisah sejati, ingin ikutan tapi bingung caranya. Cantumkan banner dan buat link, walah aku nggak ngerti apa maksudnya. Waktu mau belajar tanya-tanya dengan adik tingkatku yang mengerti, ternyata waktunya keburu habis. Yang kuingat ada follownya Mbak Anazkia di blogku, tapi maaf aku justru ngerti mem-follow baru-baru ini. Parah ya....

Blogwalking? Sejujurnya aku juga baru tahu caranya. Ayo ngaku yang sudah ngajarin aku. Walaupun blogwalking ternyata butuh waktu khusus ya....Tapi aku suka nuansa silaturrahimnya yang hangat, berbeda dengan gaya pertemanan di facebook.  Akupun menikmati aktivitas ngeblogku, sedikit ada peningkatanlah. Dan soal semangat menulis diblogku justru sekarang sedang maniak, sampai akupun tidak pernah lagi memposting catatan di facebook, keasyikan nulis indah diblog menyisipkannya dengan foto-foto yang menurutku benar-benar bisa melengkapi isi tulisan. Sesekali mengirim tulisan keproyek antalogi, dan senangnya bila bisa lolos untuk dibukukan.

Adapun semangat menulisku makin meningkat dipicu oleh satu pertemukan dengan tokoh penulis wanita Negeri ini yang sudah go internasional, siapalagi kalau bukan Helvy Tiana Rosa, yang karyanya sudah menginspirasi banyak orang. Dan pertemuan dengan tokoh FLP inipun terjadi di tanah haram, Mekkah Al Mukarromah tanggal 02 Desember 2010 bertepatan dengan musim haji 1431 H yang lalu, saat aku menjalankan tugas sebagai dokter kloter atau dikenal dengan sebutan TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia). Pertemuan ini terjadi atas undangan seorang teman facebook yang juga pengurus FLP Saudi Arabia, karena mereka sedang mengadakan workshop kepenulisan yang menghadirkan Mbak HTR sebagai pembicara, memanfaatkan moment Mbak Helvy yang juga sedang naik haji. 

Aku yakin, siapapun yang punya mimpi jadi penulis, pasti senang bisa bertemu dengan Mbak HTR, tak terkecuali aku. Apalagi kalau itu di tanah haram, Mekkah. Senangnya tentu berlipat ganda. Terlebih bila tidak hanya sekedar ketemu, melainkan bisa menimba ilmu penulisan langsung darinya. Kebayangkan rasanya. Itu yang kualami. Pesan Mbak HTR tentang menulis, sangat singkat tapi langsung kuaplikasikan. Sederhana saja ternyata. Bahwasanya menulis itu hanya perlu satu kata, mulai, itu saja. Semua kemauan, semangat, bahkan bakat tak akan ada artinya, karena tidak akan pernah bisa menghasilkan sebuah tulisan. Sekali lagi menulis hanya butuh satu kata “mulai”. Selanjutnya beliau menyarankan untuk mempublikasikan tulisan agar kebaikan dari yang kita tulis bisa dirasakan banyak orang, jadi tulisan kita semakin berkah. Beliau memberikan tips, jangan ragu, publikasikan saja. Jangan khawatir tak ada yang membacanya.

Beliaupun mewanti-wanti bahwa menulis itu ibarat jurus kungfu, akan makin lihai bila sering dilatih, jadi menulislah terus. Usahakan tiap hari ada yang kita tulis, walau hanya satu kalimat, anggaplah kita sedang melenturkan otot-otot dalam berlatih kungfu.  Atau dalam kata lain pena itu ibarat pedang, akan tajam sebuah pedang bila sering diasah. Begitu pesannya, singkat saja jadi memudahkan kita untuk melaksanakannya. Dan aku yakin sekali pertemuanku dengan Mbak HTR adalah skenario hebat dari Allah yang Maha Segala agar aku makin rajin menulis. Thanksfull to Mbak Helvy untuk ilmu dan semangat menulisnya. Walau aku hanya pertemu sesaat, bahkan tak sampai acara selesai, tapi nasehatmu telah mampu menggerakkanku. Menulis dan terus menulis.

Aku makin keranjingan menulis diblog karena bisa dihias-hias sesuka hatiku, menampilkan foto-foto yang berkesan bagiku. Aku menganggap menulis diblog sebagai ajang belajar mempublikasikan tulisan. Mumpung gratis. Belakangan mulai punya teman sesama blogger yang tulisannya sarat ilmu dan juga menghadirkan rasa persaudaraan yang makin hangat, membuatku makin suka nge-blog. Dan kemajuan pesatku sudah berani ikutan kontes giveaway yang diadakan oleh para sahabat sesama blogger. Biar bisa nyicipin hadiahnya, mengharap.com. Hallaahh, itu buatku nomor sekian karena yang paling penting buatku adalah latihan menulis, mengikuti sarannya Mbak HTR, rajin latihan kungfu, maksudnya banyak-banyak latihan nulis. Kedepan aku ingin juga menambah ilmu tentang dunia blogger, serba-serbi nge-blog ria. Agar blog-ku makin bergizi.

Bahwa menulis itu Universitasnya adalah membaca itu sudah kita ketahui, dan akupun mengakui kebenarannya. Semakin banyak kita membaca, makin kaya juga ide yang bisa kita tulis.  Sejak kecil aku suka membaca, membaca apa saja. Karenanya aku sangat percaya, bahwa semua orang yang suka membaca sebenarnya bisa menulis. Tapi mengapa banyak orang yang belum juga mau menulis? Padahal bila keutamaan menulis sudah kita ketahui, maka tak ada alasan untuk tidak mulai menulis. Ingatkanlah pada diri kita bahwa tradisi membaca dan menulislah yang telah menghantarkan umat islam mencapai puncak kejayaannya. Tradisi membaca dan menulis terus mewarnai setiap aktivitas ulama dan intelektual muslim terdahulu sehingga mampu menghantarkan kejayaan sebuah peradaban yang diawali dengan mengikat ilmu dengan tulisan dan menyebarkannya. Sebagaimana dikatakan Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”, maka itulah sebabnya para ulama zaman awal tidak pernah melepaskan hari-harinya dari aktivitas menulis.

Setelah tahu keutamaan menulis, selanjutnya semangati diri kita bahwa dengan menulis, kita bisa mengabadikan fananya hidup ini. Bukankah dengan meninggalkan tulisan maka nama kita akan terus ada? Kata seorang adikku, “Dengan menulis aku akan membuat dunia mengingatku, bahwa aku pernah ada”. Atau dalam bahasa yang lain, tulisan yang kita buat akan menjadi rekam jejak atau dokumentasi yang bisa kita tinggalkan untuk anak-anak kita, generasi penerus kita. Meminjam kata seorang teman blogger (dari blog-nya Thia), “Ini kutulis sebagai dokumentasi untuk sang penerus mimpi.”  Hmm....makin terasa nyata manfaat baik nge-blog.

Aku sebenarnya suka menulis sejak dulu, biasanya untuk mengungkapkan rasa hati yang menurutku paling aman bila diluapkan lewat goresan jemari, aktivitas menulis yang hanya kunikmati sendiri. Lega rasanya bila sudah menumpahkan rasa yang mengganjal atau harapan yang bertumpuk lewat berlembar tulisan, seolah sebagian bebanku hilang. Saat itu aku suka sekali dengan ungkapan bahwa menulis bisa jadi keranjang sampah yang sehat buat diri. Pada tahap berikutnya aku terinspirasi dengan ulasan seseorang, “Sebenarnya sampah yang diolah justru akan semakin banyak manfaatnya.”
Maka selanjutnya tulisanku sampai ketangan orang-orang terdekat, walau hanya sesekali alias jarang sekali. Dulu zaman kuliah pernah ikut menulis di mading dan majalah fakultas, tapi hanya sesekali. Faktornya tak lain karena malu :)  Iya malu, entah karena apa, akupun gagal menemukan penyebabnya. Jadi malu, karena pernah menaruh malu justru tidak pada tempatnya. Selain itu juga aku tak punya ilmu yang cukup tentang kepenulisan, sering diajak ikut acara latihan kepenulisan oleh banyak temanku, tapi waktunya selalu tak tepat. Jadilah aku hanya sebatas semangat dan minat saja.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula aku belajar. Belajar dari lingkungan sekitar dan beragam peristiwa, aktivitas menulisku diilhami oleh para tokoh yang telah berhasil berjuang dengan tulisannya, dengan karya-karyanya. Terutama sosok Zainab Al Ghazali, beliau yang terlahir di wilayah Al-Bihira, Mesir pada 1917, dan merupakan keturunan dari kalifah kedua Islam, Umar bin Khattab dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Zainab Al-Ghazali adalah satu dari banyak pejuang wanita yang mengukirkan sejarahnya dengan menulis. Pena telah menjadi alat perlawanannya untuk menentang kezaliman melawan rezim Mesir pada saat itu, Presiden Gamal Abdul Naser. Hingga ia harus mengalami hidup yang penuh siksaan dalam tahanan. Tapi semua itu tidak membuatnya gentar, penjara dan siksaan tidak pernah mematahkan tekadnya bahkan membuatnya lebih kuat. Zainab Al-Ghazali meninggalkan jejak perjuangannya,  ia telah mengukirkan sejarah dirinya.

Demikianlah, dengan pena, seorang tokoh bisa menombak penguasa yang telah berlaku sewenang-wenang. Pena di tangan seorang tokoh kerap bersuara meskipun harus pula berbuah penjara dan siksaan. Ya, menulis memang mampu menghadirkan banyak fenomena. Begitu banyak tokoh mencipta karya, begitu banyak fenomena tercipta. Satu fenomena yang seakan-akan mengguratkan heroisme adalah perlawanan pena seorang tokoh.

Adalah aku, aku baru mulai menulis lagi, walaupun dengan segala keterbatasan. Alasan utama aku mulai menulis, bukan karena ranah bicaraku kehabisan kata, akau dibungkam penguasa. Bukan. Bukan pula karena medan gerakku disekap atau dikebiri, sungguh bukan karena itu semua. Aku (mulai) menulis karena aku makin meyakini bahwa hanya dengan menulislah aku akan terus hidup. Bahwa hanya dengan menulis, jejakku akan bisa direkam.  

Menulis dan menulis adalah kegiatan utamaku diblog. Aku akan berjuang untuk bisa terus nulis, termasuk menulis diblog, mengambil manfaat baik sebanyak-banyaknya dari kegiatan nge-blog ini dan juga semampuku menebar segala kebaikan. Merekam jejak diri untuk sang penerus mimpi, semoga bermanfaat minimal untuk orang-orang terdekat. Karena kita pernah ada. Semoga abadi, mampu memberi warna  sekitar, menghusung cerah semesta. 

Tulisan ini aku sertakan untuk ikut memeriahkan Blogger Return Contest  yang diadakan Mbak Anazkia dan Denaihati dengan tema Blogger nggak cuma Ngeblog.


Selasa, 24 Mei 2011

Catatan Perjalanan

Memoar Haji Seorang Dokter Kloter

Vania Sayang, berbagi cerita denganmu hari ini tentu suatu kebahagiaan....
Banyaknya cerita yang dikirim untukmu, penuh hikmah dan syarat pelajaran bikin hati terharu Nak... Jadi larut dan baru tersadar, bahwa Uwakmu ini justru belum bercerita :)
Aduh Vania tua amat ya dipanggil Uwak, hihi....
Tapi terserah Vania dech mau panggil apa, yang Vania suka saja ya....

Cerita kali ini tentang perjalanan ke Tanah Suci. Pasti Vania tahu ya Nak Tanah Suci itu apa, 'kan dah sering dengar dari Bunda atau Nenek. Pernah lihat juga 'kan Nak di TV?
Ini Uwak segarkan lagi ya ingatan Vania, tentang Tanah Suci itu.
Mekkah dan Madinah.  
Di Mekkah ada Masjidil Haram dan ada Ka'bah didalamnya. 
Di Madinah ada Masjid Nabawi, ada makam Rasulullah dan Raudhah.

Ka'bah, selalu ramai jama'ah yang tawaf.
Masjid Nabawi dimalam hari, bercahaya.
Semoga Vania tak akan pernah lupa lagi dengan Ka'bah yang juga adalah kiblat kita Ummat Islam.
Atau Vania pernah diceritakan Bunda tentang Rukun Islam, nach....masih ingatkan Nak :)
Betul sekali sayang, Tanah Suci itu tempat kita sebagai muslim menjalankan ibadah haji.
Vania pintar....ihh jadi gemes dech :)

Na sekarang biar seru, kita nyanyi  tentang Rukun Islam dulu yuk....
Bareng-bareng Bunda ya....
Satu, dua, tiga....
Rukun Islam yang 5
Syahadat, sholat, puasa
Zakat untuk si-papa
Haji bagi yang kuasa


Siapa tidak sholat???
DUARRR.....
Siapa tak bayar zakat?
Celaka diakhirat, oleh Allah dilaknat
Mudah ya Nak, mirip lagu Balonku ada 5. Karena memang cara menyanyikannya yang sama.
Semoga Vania suka ya.....

Sekarang Vania tambah ingetkan tentang apa itu ibadah haji?
Iya Vania betul lagi, ibadah haji itu termasuk rukun islam ke 5, hukumnya wajib bagi seorang muslim yang mampu. Sliip Vania betul lagi, mampu ngak sama dengan kaya. Karena banyak lho orang kaya yang belum mampu berhaji, selalu menunda-nunda, ada saja alasannya. Semoga kita tak seperti itu ya Nak....

Ini cerita Uwak untuk Vania....
Vania sayang, musim haji tahun 2010 yang lalu Uwak diizinkan Allah menjalankan ibadah haji, walaupun bukan sebagai jama'ah biasa. Uwak diberi kesempatan naik haji gratis, tampa bayar lho Nak....

Iya karena Uwak berangkatnya sebagai Petugas Kesehatan Haji Indonesi, tepatnya sebagai dokter kloter 31 JKG. Tugas Uwak saat itu sebagai koordinator kesehatan kloter yang harus mengurusi 450 orang jama'ah dan waktu itu Uwak didampingi oleh 2 paramedis yang lain. Bayangkan Nak... kami bertiga harus mengurusi banyak orang. Berat rasanya, tapi karena Uwak yakin ini tugas mulia makanya Uwak tetap semangat.

Vania sayang....
Suatu saat Vania harus sampai ketempat ini, niatkan ya Nak....
Syaratnya Vania harus jaga kesehatan terus, makan yang bergizi dan rajin olah raga, ajak Ayah dan Bunda juga ya Nak....Nanti Vania akan makin mengerti mengapa Uwak wanti-wanti pesankan ini. Iya Nak, karena Haji itu satu bentuk ibadah fisik. Artinya semua rangkaian ibadah selama di sana sangat mengandalkan kesehatan dan kebugaran fisik. Saat berangkat sebagai petugas tanggung jawab Uwak adalah membantu para jama'ah untuk tetap sehat menjelang, puncak haji dan sampai kepulangannya. Subhanallah Nak, senangnya bila kita bisa mendampingi para jama'ah melaksanakan ibadahnya dengan maksimal karena ditunjang oleh kesehatan yang juga baik. Tapi Nak, tak banyak jama'ah haji Indonesia yang sucses menjalankan semua rangkaian ibadah selama disana, paling banter mereka dikondisikan untuk tetap ikut ibadah wajibnya saja.

Sayang kan Nak... padahal berapa banyak biaya yang sudah dikeluarkan untuk berangkat, tahun lalu mencapai 31 juta. Vania mau tahu penyebabnya? Ini karena kondisi kesehatan mereka yang tidak memungkinkan, sudah banyak yang lanjut usia. Jadi mau tawaf keliling ka'bah 7 kali, mereka harus naik kursi roda. Apalagi sya'i bolak balik syafa-marwa, banyak yang tak kuat lagi. Belum daya ingat para lanjut usia sudah semakin menurun, akibatnya sering kesasar dan banyak lupa tuntunan ibadah haji. Och sungguh rugi ya Nak....

Vania sayang, padahal perjalanan haji bagi seorang jama'ah asal Indonesia rata-rata 40 hari. Puncak haji itu kan fase wukuf di Arafah, Musdhalifah dan mabid 3-4 hari di Mina, jadi paling lama totalnya hanya 5 hari saja pelaksanaan ibadah wajib. Sisa waktu adalah untuk serangkaian ibadah sunnah yang memang sangat menggiurkan pahalanya. Coba Vania renungkan, Satu kali sholat wajib di Masjidil Haram, Mekkah sama dengan 10.000 sholat dimasjid biasa. Sedangkan untuk sholat di Masjid Nabawi, Madinah itu setara 1.000 kali. Ayo siapa coba yang ingin ketinggalan. Vania tolong ya Nak.....bilang dengan semua yang Vania sayangi kalau mau berangkat Ibadah haji usahakan saat masih muda ya....agar selama disana bisa optimal beribadahnya bahkan bisa menolong orang lain. Biasanya jama'ah yang masih muda yang bisa banyak melakukan ibadah-ibadah sunnah selama disana. 

Bahkan selama disana mereka menikmati wisata yang memang sudah ada paket-paketnya, kalau disana disebutnya paket ziarah. Ziarah ke Laut Merah, ke tempat pemotongan hewan, ke Jabal Rahmah (tempat pertemuan Adam dan Hawwa), ke peternakan Onta, ke kebun kurma dan lain-lain. Buat para Lansia, biasanya hanya diam dan tidur di kamar saja. Kasian kan Nak....walaupun tidak semuanya, ada juga yang tetap ikut ziarah, tapi pulangnya langsung cari Uwak, minta obat. Begitulah Nak.....Uwak sich cuma ikut yang ke Jabal Rahmah karena sekalian lihat tenda-tenda untuk persiapan wukuf di Arafahnya, terkait tugas. Inginnya sich ikut ziarah terus, kan seru bisa jalan-jalan tapi yang sakit banyak Vania, jadi selesaikan yang wajib dulu. Namanya petugas. Agar Vania tak penasaran, Uwat tunjuk kan ya suasana Jabal Rahmah menjelang puncak haji 1431 H. Oya Vania, Jabal itu artinya bukit. Bukit cadas, bukit bebatuan ditengah padang Arafah.


Untuk menjaga kesehatan, harus sering-sering pakai masker dan banyak minum putih. Banyak sekali orang yang berdo'a minta jodoh atau minta agar pernikahannya langgeng, sampai nulis nama mereka di bebatuan Jabal Rahmah. Jangan ditiru ya Nak....karena ini tidak disunnahkan tapi justru merusak lingkungan.Lihat batu dekat Uwak duduk itu, banyak coretannya.

Capek ya sayang, istirahat dulu dech.....
Sambil lihat-lihat foto yang Uwak ambil selama disana, ini spesial Uwak buka koleksinya untuk Vania lho:)


Didalam Masjidil Haram, bersama seorang Ibu dari Mesir. "Makasih ya Nak sajadahnya", kira-kira begitu katanya. Beliau lupa kalau bawa sajadah dan dijadikan sorban, tapi berbagi itu memang indah Nak....
Vania, lihat ada adik bayi. Posisi ini persis didepan Ka'bah, dekat hijir ismail, menjelang berangkat ke Madinah.
Masih di Baitullah, suasana yang selalu dirindui setiap muslim.
Do'akan ya Nak....semoga Uwak bisa kemari lagi bukan sebagai petugas.
Siap-siap ya Nak....kita lanjut lagi ceritanya :)
Vania tahu nggak bahwa Indonesia adalah negara terbanyak lho jumlah jama'ah haji setiap tahunnya?
Dan tiap tahun jumlah ini akan terus bertambah, seiring dengan kesadaran beragama yang makin baik juga tingkat ekonomi yang makin sejahtera. Tapi yang justru memprihatinkan, jumlah yang makin banyak tidak dibarengi dengan mutu yang makin baik pula. Sedih Uwak lihatnya, banyak jama'ah haji kita yang hanya sibuk belanja. Kalau ditanya mengapa tak sholat ke Masjid Haram, alasannya kurang enak badan. Tapi kalau belanja oleh-oleh bisa dari pagi sampai malam, enak saja tu badannya. Gitu dech Vania. Belum lagi yang rajin ngeluhnya. Cuaca panas dikeluhkan, antri kamar mandi ngeluh, makanan tak sesedap di Indonesia bisa jadi bahan keluhan berkepanjangan. Ach....Vania semoga kedepan lebih baik lagi ya Nak....apalagi saat generasi Vania nanti.

Tapi tidak semua lho Vania, banyak juga jama'ah haji yang Uwak lihat semangat sekali beribadah selama disana, kadang sulit sekali ketemu mereka di Maktab (nama tempat menginap selama di sana, semacam hotel) karena mereka dari sebelum subuh sampai setelah Isya beribadah di Masjidil Haram. Waktu itu di Mekkah Uwak dapat Maktab yang jaraknya sekitar 2 Km, jadi tanggung memang kalau mau bolak balik. Ada juga angkutan, tapi kan mesti tambah ongkos, belum lagi cuaca yang memang jauh lebih panas dibanding di Indonesia. Jadi memang kalau Uwak seorang jama'ah yang leluasa beribadah sunnah, Uwak juga pilih banyak-banyak berada di Masjidil Haram, mumpung di Mekkah, kapan lagi. Tapi Uwak kan beda, ke Masjidil Haram harus lihat situasi dan kondisi kesehatan para jama'ah dulu, kalau aman baru bisa berangkat. Dan itupun harus gantian dengan petugas yang lain. Selama di Mekkah biasanya Uwak hanya bisa 1 waktu sholat saja ke Masjidnya. Beragam, ada yang ambil waktu subuh, itupun berangaktnya biasanya tengah malam, sekitar jam 2. Atau ambil waktu dhuha sampai dzuhur. Biasanya Uwak suka pergi bersama dengan rombongan jama'ah yang lain. Kadang lihat mereka jalan bareng suami atau orangtuanya, Uwak suka sedih sendiri. Tapi Uwak yakin suatu hari Uwak akan balik lagi kemari, tidak sendiri lagi dan bukan sebagai petugas. Do'akan ya Nak....

Selama disana, ditengah beratnya tugas Uwak sebagai dokter kloter, banyak sekali jama'ah yang suka bantuin Uwak, sampai kadang kalu Uwak lagi sibuk-sibuknya, tak sempat balik ke kamar (Uwak sekamar dengan jama'ah Ibu-ibu, karena petugas kesehatan dan petugas dari Departemen Agamanya laki-laki semua), pakaian Uwak sudah dicucikan dan Ibu yang lain sudah menstrikakan, terharu dech Nak....Samapi sekarang kami masih suka telfon-telfonan, kadang mereka curhat atau konsul kesehatan, tapi yang banyak sich sekedar melepas rindu. Och indahnya persaudaraan itu ya Nak....

Vania sayang, kalau cerita mengapa sampai Uwak bisa jadi petugas, Vania penasaran ngak?
Ceritanya Uwak kan senang sekali bertualang, saat masih kuliah dulu Uwak bercita-cita kalau sudah jadi dokter Uwak ingin ikut seleksi Petugas Kesehatan Haji, jadi sejak masih kuliah dulu Uwak sudah tertarik dengan tugas ini. Nach lulus kuliah Uwah sudah punya Yunda kecil, selang 1,5 tahun kemudian Akangpun lahir. Tapi keinginan Uwak untuk jadi petugas kesehatan haji masih terus Uwak pupuk. Uwak berharap suatu saat Uwak bisa, ternyata panggilan itu datang juga, mulai tahun 2009 seleksi petugas kesehatan haji pakai sistem online jadi lebih murni sebelumnya daerah yang menentukan. Akhirnya tahun 2010 saat Akang, anak kedua Uwak umur 5 tahun Uwak dapat izin suami untuk ikut seleksi. Vania juga ya, nanti kalau sudah punya suami wajib minta izin suami dulu kalau mau melakukan sesuatu.
Wech ternyata 2010 ini tahun pertama yang selesksinya pakai sistem gugur, Uwak keder juga. Tapi syukurnya Uwak lulus Nak, berangkat haji gratis dapat honor lagi. Hmmm.....eunaknya :)
Awalnya Suami Uwak berat melepas Uwak berangkat sendiri, tapi Uwak berhasil meyakinkan. Yang dikhawatirkannya adalah karena Uwak punya penyakit Ashtma, sedangkan tugas Uwak selama disana berat dan cuaca yang sangat ekstrim. Panas dan dingin yang berbeda dari Indonesia. Alasan yang masuk akal bukan? Uwak sebenarnya juga cemas, tapi Uwak mengantisipasi semuanya dengan persiapan yang mantap. Olahraga teratur, bawa habatussauda, spirulina dan Kopi Radix untuk menjaga stamina selama disana, adapun untuk jaga-jaga Uwak tetap bawa inhaler. Ini untuk obat Ashtma Vania, kalau Vania bingung tanya sama Bunda ya.....Alhamdulillah selama disana, kesehatan Uwak justru paripurna, jangankan Ashtma, batuk pilekpun Uwak tak mencicipi. Para jama'ahpun banyak yang heran, kenapa Uwak nggak kena batuk pilek seperti kebanyakan jama'ah, bahkan ada yang sampai berulang kali. Ini karena Allah sudah menunjukkan Maha Kuasanya.

Vania sayang.....selama disana, jujur Uwak suka kangen keluarga, kangen rumah juga, terutama kangen sama Yunda dan Akang. Suka nangis sendiri, tapi cuma sebentar kok, karena Uwak justru dikuatkan oleh khabar tentang mereka yang selalu mendo'akan Uwak. Do'a anak sholeh memang selalu berguna buat para orangtua seperti kami Nak....jadi Vania, jadilah anak sholeha dan do'akan terus Ayah dan Bunda ya....

Kalaulah melihat anak-anak kecil yang ikut tawaf di Ka'bah, ikut berbondong-bondong bahkan banyak yang masih pakai kereta dorong, Uwak suka iri. Kenapa ya peraturan di Nageri kita hanya memperbolehkan yang sudah berumur >16 tahun. Padahal dari tempat lain banyak lho Vania yang anaknya ikut, masih kecil-kecil juga. Apa karena letak Indonesia yang jauh? Sekitar 8-9 jam naik pesawat. Jauh sich, tapi Uwak ketemu dengan jama'ah Pakistan yang melahirkan di Mekkah selang 8 hari dari puncak haji, hebat ya....Nach di Indonesia, wanita hamil malah dilarang berangkat haji. Vania setuju ya kalau kebijakan tentang haji di Negeri kita masih banyak yang harus dikaji lagi? Semoga semakin baik dari waktu ke waktu ya Nak....kita do'akan sama-sama.

Wach....dah panjang ceritanya ya Vania, dah bosen ya dengerinnya. Vania boleh main dulu dech, atau Vania mau bobo dulu, entar kalau sudah nggak ngantuk dilanjutin lagi ceritanya.
Sebab kalau sudah cerita, apalagi pengalaman yang berkesan, Uwak susah ngeremnya, hehe...
Sebelum bobo, Vania akan Uwak ajak sejenak membayangkan suasana selama wajib haji, ini adalah situasi terberat bagi semua jama'ah haji, termasuk untuk petugas seperti Uwak, karena banyak jama'ah yang jatuh sakit. Sementara semua harus ikut proses ini, karena hajinya tak sah bila ada yang tak ikut serta. Bahkan yang sakit parahpun tetap harus berangkat wukuf, naik ambulan, namanya ikut Safari Wukuf. Tapi ini ada syaratnya Nak, harus yang parah banget, jama'ah kloter Uwak sebenarnya ada 4 orang yang Uwak daftarin, tapi tak ada satupun yang dinyatakan lulus seleksi. Alasannya banyak yang lebih parah lagi. Jadilah Uwak dan tim Uwak harus kerja ekstra selama wajib haji. Bahkan ada beberapa jama'ah yang harus diinfus saat saat Wukuf. Ada yang harus terus dipasang nebulizer karena sesak. Pokoknya kasian sekali Nak....tapi Alhamdulillah semua jama'ah kloter Uwak bisa melewati tahapan wajib haji dengan selamat, meski selama lempar jumrah banyak yang harus berwakil, karena sakit atau tak memungkinkan karena faktor usia lanjut. Terlebih selama di Mina banyak yang ngedrop kesehatannya. Vania pernah dengar cerita tentang tragedi terowongan Mina? Ya Nak....memang benar kata Pak Kyai yang pernah Uwak dengar, Mina itu tempat semua masalah haji biasanya muncul. Dan ini sudah sunnatullah, itulah mengapa dalam prosesi ibadah haji ada yang namanya lempar jumroh, sebagai simbol melempar syetan. Nanti Vania tanya lagi ya sama Bunda tentang ini, seru lho Nak.....
Sekarang Vania lihat foto-foto ini dan silakan membayangkan :)

Gambar tenta-tenda di Arafah. Saat Wukuf semua harus pakai Ihram. Ihram? Nanti Vania tanya sama Bunda ya....

Didalam tenda saat Wukuf, banyak yang sakit.
Yang harus pasang infuspun banyak, tapi di Arafah hanya semalam, jadi jama'ah relatif lebih tenang.

Tenda di Mina, meski permanen dan be-AC tapi jumlahnya sangat terbatas. Belum lagi fasilitas MCK juga sangat minimalis, antri tak kenal waktu, tengah malampun antri. Mabid di Mina selama 3 hari sungguh membuat para jama'ah tertekan, banyak yang selalu menggerutu dan ngeluh berkepanjangan, padahal kan ngak baik ya Nak....

Tempat lempar Jumroh, sekarang sudah sangat baik, tertib dan luas. Disiapkan 3 lantai dengan sistem memutar, jadi cerita zaman dulu banyak jama'ah yang meninggal karena tabrakan sekarang Insya Allah sudah aman. Tetap lewat terowongan Mina. Tenda Uwak dulu termasuk yang dekat, hanya sekitar 2 Km, banyak lho yang jaraknya lebih jauh, sampai 7 Km. Apapun keadaan kita, harus banyak-banyak bersyukur.

Nah sekarang Vania bobo ya, istirahat dulu....Besok kita sambung lagi  :) Jangan lupa baca do'a sebelum bobo ya, udah hafal kan Nak....

***.

Vania  sayang sekarang kita lanjut lagi ya ceritanya....
Dah segerkan Nak? Siap-siap :)
Vania pernah lihat peta Arab Saudi belum? *Uch, berat banget pertanyaannya, hmm.....
Uwak cuma mau bilang, ternyata jarak antara Mekkah dan Madinah itu jauh lho....
Kalau naik Bus sekitar 7-8 jam perjalanan. Vania inget cerita tentang hijrah? Minta Bunda ulang ya ceritanya. Hijrah ini salah satu cerita favorite Uwak....cerita andalan juga untuk Yunda dan Akang.Nach saat semua tahaf sudah diselesaikan di Mekkah, sekitar 1 bulan lebih. Tibalah saatnya Uwak dan rombongan berangkat ke Madinah.

Madinah Al Munawarroh, Madinah yang penuh cahaya, konon gemerlap cahayanya bisa dilihat sampai dari atas pesawat.

Vania sayang, selama dalam perjalanan menuju ke Madinah, Uwak merasakan suasana yang mengharu biru. Uwak bayangkan sosok Nabi Muhammad yang Agung bersama para sahabat saat peristiwa hijrah, mereka hanya berjalan kaki, sebagian dengan naik onta. Sejauh mata memandang hanya gurun pasir dan batu cadas Nak, panas terik sangat menyengat. Apalagi merek harus berangkat dibawah kejaran kaum kafir Quraysi, sungguh peristiwa yang luar biasa. Uwak selalu terkesima kalau dengar cerita hijrah. Sangat fenomenal. Wajar bila dianggap sebagai tanda babak baru dakwah Nabi.

Vania bisa tebak lanjutan cerita Uwak ini....
Ya, akhirnya Uwak sampai di Madinah....kagum dan sangat terpesona. Begitu damai. Kota yang bersih, tertib dan sangat bersahaja. Uwak langsung jatuh hati. Rasa segera ingin beristirahatpun hilang, dikalahkan oleh hasrat untuk berziarah ke makan manusia paling mulia, Nabi Akhir zaman. Vania benar, makam yang Uwak maksud adalah makam Nabi Muhammad, SAW yang terletak di masjid Nabawi.
Dan Uwak yakin banyak yang seperti Uwak, sangat senang berada di kota ini Nak....

Jarak antara Maktab dengan masjid Nabawi hanya 300 m saja. Kubah masjid bahkan terlihat jelas dari Maktab Uwak, suara adzanpun terdengar keras. Pokoknya semua jama'ah kloter Uwak langsung sehat sampai di Madinah. Oya Nak, di Madinah hanya 8 hari, inipun untuk serangkaian ibadah sunnah. Ziarah ke makam Nabi, ke Raudhah dan sholat wajib selama 40 waktu di Masjid Nabawi (ini namanya sholat Arbain). Entah karena senang hampir pulang ke tanah air, atau senang karena leluasa bisa ke Masjid Nabawi tampa khawatir kesasar, rata-rata jama'ah kloter Uwak jadi sehat dan segar, mereka bahkan bersemangat bisa ikut sholat Arbain di Masjid Nabawi. Uwak juga luar bisa bahagianya, karena semua jama'ah sehat artinya Uwak bisa leluasa selama di Madinah. Ditambah managemant penanganan jama'ah yang sakit sangat berbeda dengan di Mekkah. Kalau ada jama'ah kloter yang perlu diinfus, maka Uwak harus langsung merujuknya ke Sektor, dari sanapun biasanya langsung dibawa ke BPHI (Balai Pengobatan Haji Indonesia). Rangkaian kemudahan dari Allah yang sangat Uwak syukuri. Uwakpun puas berpetualang di Madinah. Ke Raudhah, ikut shalat Arbain, kepasar kurma, pokoknya tuntas.

Vania ikut senang kan dengernya....
Tentang jama'ah yang sakit? Ada, tapi tak banyak, rata-rata aman terkendali. Ada satu jama'ah Uwak yang sejak awal datang ke Madinah sampai menjelang pulang ke tanah air harus rawat inap di BPHI karena Ashtmanya anfal dan paru-parunya gagal mengembang jadi perlu pasang oksigen, ini dipicu juga oleh cuaca dingin di Madinah saat itu yang mencapai 6 derajat celsius, dingin menusuk sampai ke tulang. Uwak sangat bersyukur bisa bertahan dicuaca yang sangat dingin itu.

Vania sayang.....
Kalau Vania tanya apakah jama'ah haji di kloter Uwak  yang sakit parah selama di Madinah hanya satu? Ternyata ada yang lain Vania, jadi ada satu jama'ah kloter Uwak yang sakit gagal ginjal, beliau harus darah seminggu 2 kali, bayangkan Nak....di Madinah kondisinya malah ngedrop....sedih lihatnya, dan beliaupun harus rawat inap sampai ke RS Saudi Arabia. BPHIpun tak sanggup lagi. Gratis memang. Selama di Mekkah kondisinya stabil walaupun saat proses cuci darah harus selalu didampingi (biasanya rekan Uwak yang lain yang berangkat, Uwak ngurusi yang lain). Di Madinah kondisi beliau memprihatinkan, tapi semua prosedur diserahkan ke BPHI bahkan merekalah yang menjemput pasien sampai ke Maktab. Peraturan di Madinah, yang sakit tanggung jawab BPHI sedangkan petugas kesehatan kloter bertanggung jawab pada semua jama'ah lain yang ada di Maktab. Sungguh sangat membuat Uwak lega.

Halooo....Vania masih dengerin Uwak? 
Kalau dah capek wajar Nak....
Uwak lihat Bunda Vania saja dah hampir pulas, hohahehiiiiiiii.....
Sekarang saatnya Uwak suguhi dengan foto-foto seputar Madinah dan Masjid Nabawi. Ini dia....

Di pojok Masjid Nabawi, bertemu dengan jama'ah haji asal Pakistan yang baru saja melahirkan Bayinya di RS Mekkah sesaat setelah Wukuf di Arafah. Bayi merah ini berumur sekitar 10 hari.

Bersama jama'ah kloter 31 JKG, yang tetap cantik diusia lanjutnya. Saat di Mekkah mereka banyak di Maktab, tapi di Madinah sholat 5 waktu selalu mereka usahakan di Masjid Nabawi.

Bersama jama'ah yang menjadi saudaraku sekamar. Berrr dinginnya, tapi kita tetap semangat mau ke Raudhah.

Masjid Nabawi tampak depan, elok dengan payung-payung emasnya yang menawan.

Kalau gitu kita cukupkan sampai disini dulu ya Vania....
Apa, kenapa sayang? Sepertinya Vania ingin nanya sesuatu ya? 
Boleh kok Nak....
Hmmm.....Vania tanya, apakah saat kepulangan ke Indonesia apakah jama'ah kloter Uwak masih lengkap 450 orang? Vania benar-benar hebat, ternyata Vania ngikutin serius ya cerita Uwak :) GR.com. Maaf ya Nak....kemarin Uwak lupa cerita tentang yang satu ini. Jadi ini kejadiannya saat masih di Mekkah, tapi setelah selesai semua rangkaian wajib haji. Artinya beliau meninggal saat sudah berhaji, mati syahid Insya Allah Nak....Allah menjanjikan seseorang yang telah melaksanakan wajib haji dan hajinya itu mabrur maka ia seperti bayi yang baru dilahirkan kembali. Aamiin semoga Mbah Kasdan, jama'ah kloter Uwak yang meninggal saat di RS Mekkah menjadi haji yang mabrur dan diampuni semua dosanya. Vania tahu berapa umur Mbah Kasdan? Sekitar 86 tahun. Tapi di kloter Uwak ada yang lebih tua lagi Nak...Mbah Zahro umurnya 90 tahun, khabar terakhir beliau masih sehat sampai hari ini. Allahu Akbar.
Waktu Mbah Kasdan meninggal Uwak sedih dan terpukul sekali, Uwak selama di Mekkah selalu berdo'a minta semua jama'ah Uwak sehat, bilapun ada yang sakit mohon disembuhkan dan sampai pulang ke tanah air Uwak minta semuanya utuh, 450 orang jangan ada yang kurang. Gitu do'a Uwak, berulang-ulang. Salah satu sebabnya dulu waktu Uwak pelatihan untuk persiapan berangkat tugas, oleh panitia selalu diwanti-wanti agar berusahalah sekuat tenaga agar jama'ah kloter kita utuh, berapa yang berangkat harus sama saat kepulangan, itu tandanya kita sucses dalam tugas. Uwak sangat terobsesi. Tapi ternyata Uwak salah Nak....dari keluarga Mbah Kasdan, Uwak akhirnya dapat cerita bahwasanya si Mbah memang sangat berharap bisa meninggal di Tanah Suci setelah selesai berhaji. Huhu....ternyata do'a Uwak kalah ya Nak sama do'anya Mbah Kasdan. Selamat jalan Mbah....

Vania sayang, masih ada lanjutan dikit nich ceritanya.
Ternyata saat detik-detik kepulangan Uwak dapat khabar dari BPHI bahwa kloter kami akan ada tambahan jama'ah dari kloter lain. Seorang jama'ah wanita yang mengalami stoke setelah wukuf, karena kloter Ibu ini termasuk yang datang awal, jadi mereka pulang duluan dan kondis si Ibu belum stabil, akhirnya beliau ditinggal dan pulang menyusul bersama rombongan kloter Uwak, jadi ternyata inilah jawaban do'a Uwak. Pulang bersama 450 jama'ah lagi. Dan Uwak saat di Mekkah Madinah pernah membatin, ingin naik Ambulan Saudi Arabia yang gagah dan sangat tampak berbeda dengan Ambulan kita yang dimiliki BPHI (kalau yang ini Uwah sudah sering naik saat merujuk jama'ah sakit). Dan keinginan terpendam Uwak akhirnya terlaksana, Uwak harus naik Ambulan Saudi Arabia untuk mengawal jama'ah titipan sampai ke pesawat. Takjub sendiri Uwaksaat itu, betapa Allah Maha Pemurah. Berdo'alah, maka Allah pasti akan mengabulkannya. Jadi Vania, yakinlah Nak....Allah akan mengabulkan semua do'a.

Vania sayang, akhirnya selesai juga cerita Uwak....kepanjangan ya Nak? 
Hiiikkksszz.
Maaf ya Nak....tapi semoga ada yang bisa Vania rekam dari cerita ini. 
Sebenarnya banyak lagi yang ingin Uwak ulas dalam cerita ini, tentang asal muasal bangunan Ka'bah, tentang Raja Abraham yang pernah mencoba menghancurkan Ka'bah dengan pasukan gajahnya yang diabadikan Allah dalam surah Al-Fil. Suatu saat Vania akan hafal surah ini, Uwak yakin itu. Uwak juga belum cerita tentang air zam-zam dan asal muasal ditemukannya sumber air zam-zam. Tentang gua hira tempat Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama, Uwak juga belum cerita. Itu semua ada di Mekkah Nak....Uwak ceritakan ini saja dulu ya, semoga Vania tambah penasaran setelah denger cerita Uwak ini, dan makin tergiur untuk pergi ke sana.

Oke Vania sayang, semoga terkabul semua cita dan do'a....
Jadi anak sholeha yang membanggakan Ayah dan Bunda...
Sehat dan bahagia selalu.....
Dan selamat hari lahir ya Nak :D
Posting ini diikutkan dalam Vania's May Giveaway.

***

Thia, maaf ya kalau tulisannya kepanjangan, keasyikan bercerita.
Padahal Vanianya dah keburu kabur :(
Nggak papa dech....niatnya kan ikut memeriahkan....
Uwak itu artinya tahukan Thia? Di Palembang biasa pakai sapaan tersebut, kira-kira sama dengan Bude. Walaupun aku sendiri kurang akrab dengan sapaan itu, karena sampai saat ini belum ada yang panggil aku Uwak. Anak-anaknya adik, anaknya sepupu, anaknya tetangga dan rekan kerjaku pada latah ikutan paggil Ummi sich....jadi ya yang kuingat cuma sapaan Uwak. Untuk bahasa bercerita saja, ngarang gitu lho....


Dari depan rumah khas Palembang teriring salam hangat dari kami.

Senin, 23 Mei 2011

Karena Kita pernah ADA

Tentang  Menulisku

Sudah sering kita dengar bahwa Universitas untuk menulis itu adalah membaca, dan akupun mengakui kebenarannya. Semakin banyak kita membaca, makin kaya juga ide yang bisa kita tulis.  Sejak kecil aku suka membaca, membaca apa saja. Karenanya aku sangat percaya, bahwa semua orang yang suka membaca sebenarnya bisa menulis.

Tapi mengapa banyak orang yang belum juga mau menulis? 

Padahal bila keutamaan menulis sudah kita ketahui, maka tak ada alasan untuk tidak mulai menulis. Ingatkanlah pada diri kita bahwa tradisi membaca dan menulislah yang telah menghantarkan umat islam mencapai puncak kejayaannya. Tradisi membaca dan menulis terus mewarnai setiap aktivitas ulama dan intelektual muslim terdahulu sehingga mampu menghantarkan kejayaan sebuah peradaban yang diawali dengan mengikat ilmu dengan tulisan dan menyebarkannya. Sebagaimana dikatakan Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”, maka itulah sebabnya para ulama zaman awal tidak pernah melepaskan hari-harinya dari aktivitas menulis.


Setelah tahu keutamaan menulis, selanjutnya semangati diri kita bahwa dengan menulis, kita bisa mengabadikan fananya hidup ini. Bukankah dengan meninggalkan tulisan maka nama kita akan terus ada? Kata seorang adikku, “Dengan menulis aku akan membuat dunia mengingatku, bahwa aku pernah ada”. Atau dalam bahasa yang lain, tulisan yang kita buat akan menjadi rekam jejak atau dokumentasi yang bisa kita tinggalkan untuk anak-anak kita, generasi penerus kita. Meminjam kata seorang teman blogger (dari blog-nya Thia), “Ini kutulis sebagai dokumentasi untuk sang penerus mimpi.”  

Aku sebenarnya suka menulis sejak dulu, biasanya untuk mengungkapkan rasa hati yang menurutku paling aman bila diluapkan lewat goresan jemari, aktivitas menulis yang hanya kunikmati sendiri. Lega rasanya bila sudah menumpahkan rasa yang mengganjal atau harapan yang bertumpuk lewat berlembar tulisan, seolah sebagian bebanku hilang. Saat itu aku suka sekali dengan ungkapan bahwa menulis bisa jadi keranjang sampah yang sehat buat diri.
Pada tahap berikutnya aku terinspirasi dengan ulasan seseorang, “Sebenarnya sampah yang diolah justru akan semakin banyak manfaatnya.”
Maka selanjutnya tulisanku sampai ketangan orang-orang terdekat, walau hanya sesekali alias jarang sekali. Dulu zaman kuliah pernah ikut menulis di mading dan majalah fakultas, tapi hanya sesekali. Faktornya tak lain karena malu :)  Iya malu, entah karena apa, akupun gagal menemukan penyebabnya. Jadi malu, karena pernah menaruh malu justru tidak pada tempatnya. Selain itu juga aku tak punya ilmu yang cukup tentang kepenulisan, sering diajak ikut acara latihan kepenulisan oleh banyak temanku, tapi waktunya selalu tak tepat. Jadilah aku hanya sebatas semangat dan minat saja.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula aku belajar. Belajar dari lingkungan sekitar dan beragam peristiwa, aktivitas menulisku diilhami oleh para tokoh yang telah berhasil berjuang dengan tulisannya, dengan karya-karyanya. Terutama sosok Zainab Al Ghazali, beliau yang terlahir di wilayah Al-Bihira, Mesir pada 1917, dan merupakan keturunan dari kalifah kedua Islam, Umar bin Khattab dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Zainab Al-Ghazali adalah satu dari banyak pejuang wanita yang mengukirkan sejarahnya dengan menulis. Pena telah menjadi alat perlawanannya untuk menentang kezaliman melawan rezim Mesir pada saat itu, Presiden Gamal Abdul Naser. Hingga ia harus mengalami hidup yang penuh siksaan dalam tahanan. Tapi semua itu tidak membuatnya gentar, penjara dan siksaan tidak pernah mematahkan tekadnya bahkan membuatnya lebih kuat. Zainab Al-Ghazali meninggalkan jejak perjuangannya,  ia telah mengukirkan sejarah dirinya.

Demikianlah, dengan pena, seorang tokoh bisa menombak penguasa yang telah berlaku sewenang-wenang. Pena di tangan seorang tokoh kerap bersuara meskipun harus pula berbuah penjara dan siksaan. Ya, menulis memang mampu menghadirkan banyak fenomena. Begitu banyak tokoh mencipta karya, begitu banyak fenomena tercipta. Satu fenomena yang seakan-akan mengguratkan heroisme adalah perlawanan pena seorang tokoh.

Adalah aku, aku baru mulai menulis lagi, walaupun dengan segala keterbatasan. Alasan utama aku mulai menulis, bukan karena ranah bicaraku kehabisan kata, akau dibungkam penguasa. Bukan. Bukan pula karena medan gerakku disekap atau dikebiri, sungguh bukan karena itu semua. Aku (mulai) menulis karena aku makin meyakini bahwa hanya dengan menulislah aku akan terus hidup. Bahwa hanya dengan menulis, jejakku akan bisa direkam.  
Semangatku untuk menulis lagi banyak dipengaruhi oleh seringnya aku membaca-baca catatan di facebook, senang rasanya bisa dapat banyak hikmah dan pelajaran sekaligus juga persahabatan terlebih caranya mudah dan cuma-cuma. Apalagi ajakan menulis bersama yang menurutku sangat membantu orang-orang yang punya minat menulis tapi tak punya ilmu tentang kepenulisan sepertiku.  Tapi berkat berbagi ilmu kepenulisan juga kesempatan untuk menulis bersama, puisi pertamaku masuk dalam buku antalogi “Selaksa Makna Cinta” yang digawangi group UNTUK SAHABAT. Adrenalin menulisku semakin meningkat. Dan Allah memang sebaik-baiknya pembuat scenario. Saat semangat menulisku sedang menggebu-gebu aku justru dipertemukan dengan tokoh penulis wanita yang sudah go internasional, siapalagi kalau bukan Helvy Tiana Rosa, yang karyanya sudah menginspirasi banyak orang. Dan pertemuan dengan tokoh FLP inipun terjadi di tanah haram, Mekkah Al Mukarromah tanggal 02 Desember 2010 bertepatan dengan musim haji 1431 H yang lalu, saat aku menjalankan tugas sebagai dokter kloter atau dikenal dengan sebutan TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia). Pertemuan ini terjadi atas undangan seorang teman facebook yang juga pengurus FLP Saudi Arabia, karena mereka sedang mengadakan workshop kepenulisan yang menghadirkan Mbak HTR sebagai pembicara, memanfaatkan moment Mbak Helvy yang sedang naik haji. 

Aku yakin, siapapun yang punya mimpi jadi penulis, pasti senang bisa bertemu dengan Mbak HTR, tak terkecuali aku. Apalagi kalau itu di tanah haram, Mekkah. Senangnya tentu berlipat ganda. Terlebih bila tidak hanya sekedar ketemu, melainkan bisa menimba ilmu penulisan langsung darinya. Kebayangkan rasanya. Itu yang kualami. Pesan Mbak HTR tentang menulis, sangat singkat tapi langsung kuaplikasikan. Sederhana saja ternyata. Bahwasanya menulis itu hanya perlu satu kata, mulai, itu saja. Semua kemauan, semangat, bahkan bakat tak akan ada artinya, karena tidak akan pernah bisa menghasilkan sebuah tulisan. Sekali lagi menulis hanya butuh satu kata “mulai”.
Beliaupun mewanti-wanti bahwa menulis itu ibarat jurus kungfu, akan makin lihai bila sering dilatih, jadi menulislah terus. Usahakan tiap hari ada yang kita tulis, walau hanya satu kalimat, anggaplah kita sedang melenturkan otot-otot dalam berlatih kungfu.  Atau dalam kata lain pena itu ibarat pedang, akan tajam sebuah pedang bila sering diasah. Begitu pesannya, singkat saja jadi memudahkan kita untuk melaksanakannya. Dan aku yakin sekali pertemuanku dengan Mbak HTR adalah skenario hebat dari Allah yang Maha Segala agar aku makin rajin menulis. Thanksfull to Mbak Helvy untuk ilmu dan semangat menulisnya. Walau aku hanya pertemu sesaat, bahkan tak sampai acara selesai tapi nasehatmu sangat menginspirasi.

Aku akan terus menulis. Menebar kebaikan dengan tulisan. Merekam jejak diri untuk sang penerus mimpi, semoga bermanfaat minimal untuk orang-orang terdekat. Karena kita pernah ada. Semoga abadi, mampu memberi warna  sekitar, menghusung cerah semesta. 

***
Syukur banget kemarin masih sempat kirim tulisan ini ke email ke ainaalazmi@gmail. Sebenernya kemarin dan semalam dah niatin nulis untuk Vania's May Giveaway, tapi ternyata ini lebih mepet terakhir tanggal 22 Mei jam 22, jadi tunggu ya Vania....mumpung masih dikasih tambahan waktu sampai 25 Mei :)