Sabtu, 29 Mei 2010

Curhat Sang Penguasa Jalan Raya



Mestinya aku mau melaju sesuai dengan kecepatan standar,
aku tak perlu kebut-kebutan…
Toch aku bukan pembalap, dan aku sadar ini jalan raya…

Aku sebenarnya pun merasa bising dengan bunyi sireneku,
Rambu lalu lintas seyogyanya pun aku patuhi
Seperti layaknya pengguna jalan raya lainnya...

Sungguh aku tak ingin sombong, atau merasa gagah-gagahan...
Pak Polantas, aku sangat menghargai kerja kerasmu
Maaf bila sering seolah aku tak taat aturan main...

Tapi...
Aku harus bagaimana lagi
Tiap detik waktuku sangatlah berharga
Menyelamatkan nyawa seorang anak manusia
Karena seringkali demi mengejar pertolongan pertama ketempat yang tidak dekat....

Ada banyak moment ku lalui bersama orang-orang yang sedang berduka
Mereka begitu harap untuk segera tiba ke RS
Walau Sang Penentu bukanlah lajuku
Namun melaju dengan kecepatan maximum adalah bagian dari usaha....













Adakalanya aku harus mengantarkan jenazah kesebrang pulau
Rute atau petanyapun baru kupelajari
Jangan tanya tentang keluarga yang mendampingi
Karena tak selalu ada....
Kadang kiriman polisi, napi yang tewas di Rutan
Atau Keluarga yang memilih jalur udara, 
agar bisa mempersiapkan pemakaman

Jadi bila suatu saat, bertemu denganku
Jangan pernah anggap aku tak tahu diri
Menyingkirlah dengan suka rela, pliizzzss
Pak Polantas harap aku tetap dibantu
Lampu merah, bukan aku tak mempedulikanmu

Sekali lagi maaf....
Karena memang aku harus ngebut
Ini adalah bagian dari ”Jihad”ku...
Aku si AMBULANCE
Banyak yang menyebutku Sang Penguasa Jalan Raya
Dengan Sirine khas lambang supremasiku
Tak pernah bisa ditilang karena tak taat rambu lalulintas
Bukan karena punya ”setoran” pada Pak Polantas
Adapun untuk semua rekan AMBULANCE yang berada didaerah terpencil,
Jalan rusak atau jalan setapak lah medanmu
Bukan lampu merah atau peruit Pak Polantas yang kalian hadapi
Seringkali lubang , bebatu yang mengalahkan lajumu
Tak ada cerita ngebut dijalan hancur
Apalagi bila bertemu jembatan putus
Oooh...tak jadi penguasa jalan raya tak mengapa
Asal bisa menjalankan tugas dengan amanah
Mengantarkan si-sakit untuk mendapat pertolongan RS
Mengantarkan jenazah segera ke rumah duka yang ditunggu keluarga

Sebagai AMBULANCE
”Jihad”mu adalah memfungsikan diri sesuai tugas profesi
Dirimu harus siap merujuk kapanpun dan dimanapun
Mengantarkan Jenazah walau harus keujung persada
Laksanakan dengan ikhlas....
jangan pedulikan jalan yang rusak atau mesinmu yang tak cukup istirahat,
karena ini memang tugas kita...

Tapi jangan pernah toleran dengan tugas yang tak pada tempatnya
Ketika diajak ke Pasar untuk belanja sayur
Jalan-jalan keluarga ke Pantai
Atau bahkan ketempat maksiat...
Jangan beri kemudahan
Berdo’alah untuk mendadak rusak
Berjanjilah untuk tetap Istiqomah....

Karena sekali Pak Polantas tahu
Kita ke Pasar atau ke Pantai
Terlebih pengguna jalan lain tahu kondisi ini
Walau hanya segelintir saja
Aku khawatir kita tak lagi diberi jalan dengan sukarela
Mungkin memang masih ada yang terkecoh dengan sirene kita
Tapi sadarlah, saat itu kita sudah menjadi Penguasa Jalan Raya yang DZOLIM
Hanya meminta hak, tak tau tugas kewajiban...

Jadi Wahai Saudaraku sesama AMBULANCE
Dengarkanlah curhatku
Yang juga kutujukan untuk kalian
Semoga kita bisa Jadi Sang Penguasa Jalan Raya yang ADIL
Karena menjadi Penguasa Jalan Raya yang Dzolim atau Adil
Adalah sebuah pilihan
Semoga ADIL pilihan kita
Karena ADIL lebih dekat pada Taqwa bukan ?

***
pernah ku ikutkan lomba "curhat jalan raya"
alhamdulillah belum menang
mungkin kalah dengan raja jembatan atau mobil pejabat

Mencintamu


Apa pantas aku mengaku mencinta                                      
….bila aku tak tahu galaumu
seringkali mungkin kita saling bercerita
tapi isinya dominan tentang luaran saja
....bila aku tak ada saat kau butuhkan
kerap kali serasa aku jadi penasehat dalam puncak pelikmu
tapi justru semua perluku, melepas kewajiban saja

Apa artiku mencinta
kalau hanya ’dekat’
bak awan dengan hujan,
seolah saling melengkapi, bersama ingin hadirkan pelangi
padahal berada untuk saling meniada
untuk apa kalau sanding kita bak dua lilin bercahaya
seperti saling menerangi, padahal kita ’kan habis termakan api
tak kan ada artinya...
Aku memang tak pernah sinarimu, karena aku bukan bintang
dan dirimu pun bukan bulan yang butuh diriku
bukan...dan selamanya tak ’kan pernah bisa
akupun selalu berusaha
untuk tak jadi pohon yang hanya bisa subur dengan haramu
menjadi kecoa lalat yang menebar penyakit di rumah hatimu
kuyakin tak sedramatis itu hadirku

Tapi apakah aku mencinta
bila karena alasan atau pembenaran
”bertandang hanya sesekali, agar terasa manisnya rindu”
apapula ini...
bisa jadi saatku tak datang butuhmu untuk kudengar
bebanmu sedang perlu dibagi
lelapmu harus digebah
lalu benarkah ketika...
setelahnya kudatang dengan runtun ’kuliah wa kultum’
mestinya begini, lain kali begitu
menyalahkan, bahasaku saling mengingatkan
lalu setelah ini ada penghindaran berbaur ketidak nyamanan
lagi kudatang bagai hakim membacakan vonis  

Achh...apakah benar aku mencinta
....bila hangatku justu tak saatnya
....bila hiburku tak tempatnya
aku datang saat kau butuh hening untuk kembali menata tatih
aku koreksi ketika kau butuh penguatan
Sungguh mencinta butuh saling menjaga
mencinta saling memberi energi baik
meski ada iklim kompetisi, semua atas nama berlomba dalam kebaikan
seharum Abu Bakar dan Umar bin Khattab
jangan ada aji mumpung walau berdalih simbiosis
selayak Abdurrahman bin Auf pada peristiwa hijrah

Saudaraku, aku mencintamu 
dulu, kini, selamanya
....ingatkanku selalu
aku pernah, banyak salah tepatnya
aku sama sepertimu, bukanlah malaikat 
maka kala khilaf lekat terjadi 
kuharap tersisa setulus maaf

Mencintamu...
berbingkai ikhlas
beratmosfer tafahum
semoga jalan menuju ridho-Nya

***


Untuk semua pejuang cinta yang tak kenal lelah, 
Harapan itu masih ada
~suatu sore, saat merindumu...
Mengenang saudara yang ’pernah’ dekat, bisakah kembali bersama...
  

  

Jumat, 28 Mei 2010

Lebih dari yang kuharap

Baru berlalu moment indah yang membuat bahagiaku membuncah haru…
Menjelang nanda tidur malam ini, jam menunjukkan pukul 20.10 WIB.


“Abi bacakan Fabel dong, Paus penyelamat ya !!” Akang nodong.

“Iya Bi, Yunda juga lagi pengen Fabel”  Yunda menguatkan.

“Sama Ummi ya Nak, Abi lagi caaapek nian”, jurus pamungkas memberi solusi,
guap dech teori harus melibatkan mereka dalam membuat pilihan.

Koor kompakpun beralih…

“Ummii…bacakan dong”
 
Hmm…iya dech, walau sebenernya ngantuk berat, jujur setelah merasakan dan akhirnya mengakui bahwa saat menjelang tidur adalah waktu yang baik untuk menyampaikan pesan, menanamkan nilai, membentuk karakter, membuat jiwa tangguh, akhlak nan mulia dst, terlebih dengan cerita, dongeng atau sejenisnya, kami (aku dan suami) membuat moment ini optimal. Kadang juga game atau tebak-tebakan,tapi khusus yang ini kami biasa melakukannya kalau besok libur, karena biasanya jam tidur jadi molor.

Akupun bersiap, mulai membaca….

“Paus Penyelamat”
(dari Fabel Islami tentang Ikan Paus yang diperintahkan Allah menelan Nabi Yunus, AS)

“ Laut Tengah sedang tenang, hamparan air biru berkilau
Ombak agak besar, tapi tidak lah badai, angin berhembus kuat
Perahu-perahu besar berlayar dengan baik
Langit biru terang, burung camar terbang rendah
Allah menciptakan alam dengan sangat indah”

Halaman pertama Fabel bergambar pun terlewati dengan sucses,
Kantuk mulai hingap menyergap...lama terdiam, mata merem melek

”Teruuus Mi...” Yunda menggugah kantukku.

Lanjut...

”Sekelompok ikan Paus sedang bermain,
kepala ikan-ikan paus itu tampak ke permukaan”

Diam....
”Mereka menghirup udara”

Stop...
Sekuat mungkin kuusir kantukku, walau suasana bercerita malam ini begitu parah,
Tetap tak tega membuat mereka kecewa, meski cerita ini sudah sering dibaca tapi tetap saja mereka masih menikmatinya, masih menunggu kelanjutannya.

”Kok berenti, berenti Mi”, Yunda protes garing.

Lanjut lagi...

“Tampak seekor anak paus, ia terlihat sedang mengejar Ibunya,
Keduanya tampak saling mencintai. Kepada Orangtua memeng harus mencintai.”

Halaman kedua terlampaui

“Anak dan induk paus terus berenang”.
Diam
”Dan saat itu Induk Paus melihat sebuah kapal mirng”
Diam lagi

”tergunjang seperti mau tenggelam”

Diam lamaa...
Akang menyentuhku tampa kata, aku tersadar mencoba bertahan

”Mungkin kelebihan muatan, kata Induk Paus pada anaknya......”

Glebuuk buku Fabel terjatuh dari peganganku, asli kaget,
tepat saat buku hendakku pungut tapi kalah cekatan,
karena Akang lebih dulu mengambil buku itu, menutupnya dan menaruhnya keatas bantal tidurnya, menghampiriku....dan menciumku, muach....
Subhanallah...SUBHANALLAH...gemuruh gelombang tasbih dihati...
Tak kuduga akan terjadi...mendapat perlakuan seindah ini, ciuman yang tampa diminta...

Seketika meluap kantukku,
tapi aku bertahan dengan mata masih terpejam
Menunggu...
”Bobolah Mi....” suara Akang beringsut.

Ekor mataku melirik Yunda, sudah tidur rupanya,
pantes tak terdengar suaranya.
Akang mengambil posisi tidur, memejamkan mata, sekejap pulas tertidur.

Aku bangun, menunda tidur, paling tidak sampai menuliskan ini,
karena kantuk pun tak lagi tersisa.
Andai tadi diawal ku tolak baca Fabelnya, aku memang bisa tidur lebih awal,
tapi tak ’kan ada moment indah seperti ini.

Dan aku ingin mengabadikan moment ini, bukan kerena ingin seluruh dunia tahu
Aku hanya ingin membuatku tak melupakannya
Saat bahagia begitu meluap, mendapat perlakuanmu Nak...
Melampaui dari sekedar yang kuharap, karena jujur,
tadi aku sempat berharap anak-anakku mengerti bahwa aku begitu mengantuk
aku juga sempat berharap merekalah yang minta baca Fabelnya di STOP dulu
Ternyata...
Sungguh lebih dari yang kuharapkan

Kemarin saat Abi baca ini, comment candanya riuh...

"Mestinya Abi yang dapat ciuman gini..."

"Tak apa, bisa lain waktu", timpalku menghibur.

Diskusipun berlanjut...
Yang jelas...bukan Abi yang langsung bilang bahwa bacanya dengan Ummi aja,
baiknya Abi sampaikan kondisi Abi, dan beri alternatif...
"kalu Ummi yang baca gimana Nak?"
Akan sama hasilnya, tapi prosesnya jauh berbeda, melibatkan anak-anak,
ada unsur meminta pendapat.

Q.S Ash-Shaffat : 102
"........Ibrahim berkata: Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu. 
Maka pikirkan bagaimana pendapatmu?............"

Ya, ya...selalu ada kata belajar disetiap kesempatan bersamamu Nak...
Belajar dari Ibrohim, belajar menjadi orangtua bijak bestari


Dan kini aku ingin, suatu saat tulisan ini kalian baca sendiri Nak...
dan saat itu ceritakan 'rasa'mu .... :)


***

kamis, 20 mei 2010
saat boikot facebook
sepekan diperam, biar berasa semarak harum wangi 

penuh bumbu "cinta" disana-sini
kalaulah getah, biarlah "gaharu", 

bermanfaat dan hargapun mahal

Permainan ala Pollyanna

Untuk Semua Keluarga di Semesta Raya, semoga selalu Tersenyum ^* 
Buku Pollyanna ini untukmu Nak...Hadiah Spesial pekan ini :) 
Perkaya hati dengan hikmah dari novel klasik ini 
Jadi tak ada yang salah bila Novel Pollyanna ini diminta untuk kubacakan kapan saja 
Seperti malam ini... tapi membacanya bak presentasi hasil penelitian 
tentu akan sangat menjenuhkan 
sungguh tak 'kan kulakukan 
Sesuai pilihan Akang, kali ini tentang Permainan SUKACITA 
Variasi yg harus ku perbanyak, tanpa alasan; 
"nanti ya Ummi baca dulu" 
tak perlu belajar lah, kan bukan mau dinilai 
yang penting pesan moralnya sampai contohnya dikarang sendiri aja, 
spontan, BISA kok, 
dan biasanya justru lebih mantap 
dan berhasil mengesankan... 
Aduhai betapa memang diri mu lekat dengan ide cerdas Nak... ...
dengan kantuk yang mulai hinggap, 
suaramu masih jelas kutangkap 
"Kita buat permainan juga yuk Mi...biar seruu !!
Tapi permainannya beda, permainannya...permainan KASIH SAYANG" 
Tak sempat diskusi apa dan bagaimana aturan mainnya,
lelapmu menyusul Yunda yang hanya sempat menoleh lalu lirih gumamkan do'a tidur 
Dan kini aku sedang mereka-reka permainan KASIH SAYANG 
seperti apa yang pas sesuai kau inginkan Nak... 
***
 
Permainan Sukacita ala Pollyanna
mengajarkan betapa kita harus selalu 'SUKA' 
walau berada dalam siatuasi yang tidak menyenangkan 
tetap bahagia meski sulit
hingga marah, kesal, 
tapi bagaimana lagi, apapun kondisinya tetap 'SUKA' 
karena segera sadar sebagai peserta permainan 
Tak ada pilihan, meski SUKA 
bukan berati harus tanpa tangis toch menangis itu sehat kan ?? 
Hanya beda "rasa", SUKA dengan mudah atau SUKA yang harus diperjuangkan 
semakin sulit semakin seruu, 
dan tentu semakin menyenangkan SUKA...SUKA...dan hanya SUKA 
MUDAH ya tampaknya... 
Sudah lama kita tahu tentang selalu SUKA akan lebih membahagiakan 
bahkan banyak telah sucses mengamalkan t
api memasukkannya ke dalam PERMAINAN ???
selama ini aku belum padahal permainan lekat dengan dunia anak-anak 
Bahkan permainan Petak Umpet yang sesekali digelar 
banyak sekali gunanya untuk tumbuh kembang anak-anak kita 
Apalagi permainan setipe "SUKACITA" yang bisa kita lakukan sepanjang waktu 
Dan ini yang akan kulakukan dengan permainan "KASIH SAYANG" ala Akang 
yakin lebih menyenangkan bila banyak keluarga yang ikut 
atau merekayasa permainan serupa 
bisa 'kaya' dengan berbagi; tips-tips, curhat-curhatan dst 
Semoga...
***
21 Mei 2010
Sesaat setelah membaca Novel Klasik hadiah dari Penerbit Orange
Pollyana karya Eleanor H. Porter.


Kamis, 27 Mei 2010

Semua Indah pada Masanya

Episode Sebagai Perantau
)* Sebuah Memoar

Tidak setiap melewati jalan Inderalaya-Kayu Agung aku teringat masa-masa itu, masa ketika kost di Inderalaya sebagai perantau. Mendengar kata perantau, apa yg ada dibenak kita? Mandiri? Ehmm, tentunya…Penuh cerita? So, pasti lah..Tapi bukan perantaupun bisa mandiri dan menoreh banyak cerita. Satu hal yang lekat pada diri perantau adalah prihatin.
Setuju? Dan itulah yang memenuhi segenap memoriku hari ini, ketika melewati kantor Telkom Inderalaya di jalan lintas Kayu Agung-Palembang.

Tahun 1996, ternyata sudah hampir 14 tahun berlalu, Inderalaya masih kota kecamatan *sekarang sudah jadi kota kabupaten, Ogan Ilir namanya dan Inderalaya adalah Ibukota Kabupatennya. Sebuah Kabupaten di Sumatra Selatan tempat Helmi Yahya ikut pencalonan Bupati di PILKADA periode lalu (Presenter kondang yg suka keluar masuk TV itu, kenalkan? Kalau aku sich tahu,tapi nggak kenal kok, diakan nggak tahu aku, hehe...)
Zaman itu belum ada Hp-hpan, adanya Wartel, itupun masih sangat terbatas. Padahal sebagai perantau kami jelas sangat membutuhkan sarana yang bisa kami gunakan untuk berkomunikasi dengan orangtua juga keluarga lainnya, entah itu hanya sekedar memberi dan menanyakan khabar atau bahkan laporan keuangan bulan lalu, lengkap dengan rencana anggaran bulan ini untuk pertimbangan pengiriman dana, via transfer atau wesel. Semoga tidak dianggap komunikasi perantau ini UUD ya..*ujung-ujungnya duit, hikkksszzs

Balik ke kantor Telkom Inderalaya, kami sering mengunjunginya *cak nak ke rumah dulur bae (bahasa palembang, yang artinya seperti mau berkunjung kerumah saudara saja) maksudnya mendatanginya sambil lari pagi, mengejar tenggang waktu diskon Telkomsel yang berlaku sampai jam 06.00 WIB. Kami biasanya keluar rumah jam 05.15 atau bahkan sesaat setelah sholat subuh, tujuannya agar bisa menikmati diskon tarif itu tadi,
karena tak jarang sudah banyak juga kawan-kawan sesama perantau yang antri dari berbagai penjuru dunia ee..Inderalaya. 

Kini akan kukatakan darimana kami berjalan sepagi itu, ya dari kost kami tentunya, di Kompleks Serumpun Indah. Melewati jalan-jalan setapak, kebun dan pekarangan rumah warga, kami berderap memburu limit waktu diskon. Yang tahu Inderalaya pasti mesem-mesem, hemmm…jauh juga. Bagi yang tak tahu dan belum bisa membayangkan adalah sekitar 3 Km, pulang pergi. Tapi jangan samakan dengan Inderalaya yang sekarang ya…yang sudah jauh lebih ramai. Kalau ada yang bertanya mengapa mesti kost di Serumpun, bukankah banyak kost-kostan yang lebih dekat dengan Kampus UNSRI? Betul. Lebih elite dan dipinggir jalan, tak seperti Serumpun yang harus masuk ke dalam dan melewati rimbun kebun-kebun rambutan.
Mungkin semua punya pertimbangan beda-beda, tapi buatku disamping banyak alasan lain juga, prihatin adalah sebagai salah satu alasannya,sewanya kan jauh lebih murah.

Adalah kami anak-anak Serumpun Indah yang sering jalan pagi-pagi ke kantor Telkom itu :
DES ’95, asal Belinyu, Bangka. Mb Dy, begitu biasanya kami memanggilnya. Murah senyum dan bijaksana.
Sayangnya sudah lama aku putus kontak,  diantara sekian banyak nama yang nanti disebutkan, beliau inilah yang ingin sekali kujumpai. Ada yang bisa bisa bantu, kalau ada yang tahu nomor hpnya. Miss U Mb Dy.

RD ’95.Teteh, asli Sukabumi, Jawa Barat. Apa ya cerita terbarunya calon SpPD ini :) Zaki dan Zalfa nama anak-anaknya, menikah dengan kakak tingkat yang sekarang SpM. Maaf Teh…aku minta izin khusus padamu, karena menurutku Teteh orangnya pemalu :) Ntar keberatan kupublikasikan,serasa mau masuk berita apaan ya Teh. Ketemu dan kontak-kontakan lumayan lancar, apalagi era fb sekarang. Sama-sama di Palembang juga, malah dah 2x maen ke rumahnya, masih di Kenten kan Teh? Masih rajin masak kah? :))

WH ’95, wong Jowo tapi dari Metro, Lampung. Bersamamu betapa sering aku pulang kemalaman dari Palembang, karena satu urusan yang baru selesai menjelang maghrib, kerap kali.Melewati jalan setapak disepanjang kebun rambutan dengan penerangan yang payah adalah satu cerita juang yang maniizs untuk dikenang. Sering kita diskusi berlama-lama untuk bahas banyak topik hangat dan seru. Dirimu begitu lekat dengan kesabaran. Masih teringat ceritamu tentang proses ta’…(sensor.com) dulu, meski begitu getir sampai beberapa babak, dikau menerimanya dengan penuh kesyukuran. Rencana Allah memang indah untukmu.
Sekarang PNS di Tulang Bawang, Lampung. Si Sulung yang ragap dan cekatan ini, sedang meniti karir untuk jadi Kadiskes katanya, Aamin. Menikah dengan guru SMU asal Pangkalan Balai, yang sekarang mengajar di SMU Tulang Bawang, Akh. IWY FKIP’95 sama2 dari UNSRI. Akad nikahnya di Metro, aku berkesempatan hadir bareng Cak, walau agak telat. Sekarang punya 3 mujahidah. Sudah pernah minep dirumahku, Pakjo, waktu menghadiri PIT PAPDI beberapa waktu lalu. Afwan ya belum sempat kunjungan balik..Mb Wit begitu kami akrab memanggilnya.

Kami berempat ( Mb Dy, Teteh, Mb Wit plus aku) pernah seatap di Serumpun Indah. Pernah punya kebun singkong bareng di belakang kost.

Aku, Teteh, Mbak Dy dan Mbak Wit di kebun Singkong kami dulu, saat panen.
Khusus bareng Mb Dy dan Teteh, kami melanjutkan lagi kost bareng di depan RSMH pada masa-masa coass. Walau kebersamaan yang sudah sedikit beda karena masa ini kami sibuk sendiri-sendiri, ada yang sampai nggak bisa pulang berminggu-minggu karena lagi jaga di OBGIN, bergantian anter mengater cucian dan baju bersih,  Ied Fitri-Adha sering di RS, jadwal jaga. Sungguh terasa indahnya sebagai perantau kalau sudah dengar kumandang takbir tapi kita jauh dari orangtua dan keluarga ( jadi inget cuplikan nasyid…gema takbir di Hari Raya, kuteringat kampung halaman, keluarga, sanak saudara…)
Hilang sudah suasana namem singkong seperti di Serumpun dulu, acara masak bareng jadi langka, yang juga hilang adalah jalan pagi bareng menuju Telkom untuk interlokal :)
Karena di Kost kami yg di depan RSMH kala itu banyak Wartel yang dekat makanya nggak perlu antri. Kami bahkan punya telfon rumah paralel dengan wong pucuk, inget nggak siapa mereka.Yuk Sus and sisters, maaf bila dering telfon untuk wong bawah sering mengganggu ketentraman yo Yuk...Siapo nian yang paling sering dapat telfon malam-malam ni, rang ring bae,hiks..
Wow berarti kost mewah dong, 2 lantaikan bukan jaminan, siapa yang pernah mampir ke kost kami tentu mengerti maksudnya, rumah semipermanen, apapun kami sangat lah bersyukur, yang penting biaya sewa tetap lebih miring.

Ke Serumpun Indah lagi, tetangga terdekat kami, 3 dara, dan mereka adalah:

DD ’95, gadis Minang ini berasal dari Batam. Sulung yang supel ini ramah dan sangat periang.Oleh-olehnya kalu pulang mudik dari Batam selalu jadi favoritku * na ketaun dech :(  Uni, apa khabar? Walau la lamoo nian dak ketemu tapi berkat fb komunikasi kami nyambung lagi. Apa ya cerita tergressnya pengantin baru ini?
Maaf ya Uniku, kami skeluarga gak bisa hadiri undangan akad dan resepsinya di Batam, bisa liat foto-fotonya aja dah seneng, salam kenal untuk Uda Heri dari kami sekeluarga. Kapan2 kalu maen ke Palembang mampir ya…

ES ’95, dari Lahat. Mb Vie kami memanggilnya, rapi dan nyeni, sangat dewasa mungkin bawaan anak sulang.
Kalu nyantumin nama2 di diktat warisannya Vie, dengan tulisan tangan yang kereen abizz. Mb Vie apo kbr? Miss U Mb, semoga dikau masih ingat kami karena aku juga hilang kontak dengan beliau.

YM ’ 95, dari Bandar Lampung asal suku Muara Dua, saudara yang tegar dan tegas ini kami panggil Cak,
PNS di Bangka, menikah dengan orang Timah Bangka * aku dan Mb Wit datang ke Bandar Lampung saat Walimatul Ursymu, sekarang tugas belajar di RSMH, calon SpPD euy…seniornya The Ros  * pizzzs Cak galak ndak Teh?  (Senior Jr di Penyakit Dalam) Sekarang tinggal di Persatuan II, arah PTC. Faiz dan Aisyah, permata hati yang secara fisik mirip banget Bundanya :) Abang Faiz masuk SD ya Cak tahun ini? Aku sering lewat rumah Ngah *tante, adek Ibunya Cak Yen,di Pakjo, tetanggaku, sesekali pernah juga ketemu Ngah.
Oke deh Cak, kapan-kapan kita janjian ketemuan lagi ya kayak waktu pulang dari PIT PAPDI Horison 2 tahun lalu, kalu pas yang di Novotel, dikau lagi sibuk sebagai panitia, jadi ndak sempat banyak cerita.
Khabar terbaru tanggal 10 Mei kemarin SC anak ke-3. Belum sempet nengok Cak...semoga jadi anak Sholeh ya !

Uni, Cak dan Mbak Vie. Tiga dara yang kompax.
Tetangga dekat lainnya, tinggal di Kost samping rumah 3 Dara:
FZ ’96, kawan seangkatan, arek-arek Suroboyo yang pernah melewati masa kecil di Manokwari. Sulung dari 3 bersaudara. Fey, panggilan populermu. Kalu di diktat2 sering kau tulis inisial Satria, hanya orang2 yg mengenalmu kurasa yg tahu singkatannya, Syakhsiyah Putri Maryam :) Salah satu pelopornya UKM Teater UNSRI ,Wakgenknya grup Nasyid Mentari (Menuju Ridho Illahi) yang punya segudang pengalaman mentas skaligus penulis naskah dan sutradara. Btw, sekarang bakatmu masih bisa tersalurkan Sist? Multitalent julukan yg pas untukmu. Kezuhudanmu sering membuatku malu. Bersuamikan seorang dokter sealmamater, FH’95.
Taukah dikau beliau menelfonku untuk mendapat info tambahan versiku saat kalian “diproses”, wajar menurutku, karena kebersamaan kita sebagai tetangga di Serumpun berlanjut dengan kost serumah di Mutiara Indah pada tahun berikutnya. Tahun berikutnya lagi aku masih di Mutiara bareng adek-adek tingkat tapi geser beberapa rumah. Selanjutnya bersama Teteh, Mb Dy, Dedek ESF, Dini cs kalian menjadi penghuni Wisma Ukhuwah di Serai Indah *istilahku karena sering dipake ngumpul. Fey sekeluarga sekarang tinggal di Bogor bersama suami dg 2 Jundinya, Faqih dan Fathi. Kami sekeluarga pernah berkesempatan sanjau, minep semalam, dikau sedang hamil Fathi, tinggal menunggu hari, tapi antusiasmu menjamu kami membuatku terharu.
Buatku suami istri ini adalah saudara seperjuangan yang membanggakan. Keduanya skarang PNS di Departemen Pertanian, betul? Apa khabar terbarumu Sist, Kak Faqih jadi masuk Sekolah Alam? Fathi dah bisa apa?

Aku dan Fey bareng adik-adik tingkat didepan Mushola FK Inderalaya.

***

Orang berilmu dan beradab tdk akan diam di kampung halaman
tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
berlelah lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
jika mengalir mjdi jernih, jika tdk, kan keruh menggenang.

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
tentu manusia bosan pdnya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sblm digali dari tambang
kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.

Imam Syafi'i dalam Negeri 5 Menara



***

Masih tentang Serumpun Indah.

Tersebutlah sepasang suami istri yang tinggal di pojokan kompleknya, di dekat simpang jalan setapak menuju Kantor Telkom, mereka yang sering kami curhati macam-macam tentang DK. Rapat ini itu tentang dakwah kampus, menyusun strategi terbaik rajin kami lakukan dirumah mereka, Markas Komando, istilah yang tepat untuk rumah tersebut karena banyak kebijakan yang dilahirkan di sana. Mb Ek (dosen FKIP UNSRI) dan suami, yang akrab kami sapa Babe. Saat tulisan ini kubuat, hampir 2 bulan yang lalu aku berkesempatan datang ke kediaman suami istri yang tetap bersahaja ini, walau tak lagi di Serumpun Indah. Namun itu bukan soal, dimanapun rumah mereka tak akan membuatku sedih, tapi jujur nuansa kesedihan begitu menyatu saatku bertemu mereka dirumahnya (kini depan UNSRI) karena....Ya karena itu moment duka, ta’ziyah, atas meninggalnya Maryam, si Sulung. Maryam adalah gadis kecil yang kelahirannya membuat semua bahagia, dengan namanya yang simple, hanya satu kata tapi justru mampu memberi kesan dalam sosok mujahidah sejati, nama wanita ahli Syurga. Dalam beberapa kesempatan saat masih di Indralaya kita tentu pernah mengajaknya bermain, mengendongnya atau sekedar menikmati senyum indahnya. Dan Maryam sudah menepati janjinya, kembali pada Sang Pemilik. Maryam sayang, dikau anak Shalihah...disuka penduduk bumi, dirindui penduduk langit. Semoga lapang dan terang alam kuburnya. Semoga Allah izin kan kita bertetangga di Syurga-Nya kelak.

Tetangga di Serumpun yang walau jauh beda Blok tapi suka ngumpul bareng:
FY '95. Entah kenapa Urang awak yg satu ini tidak kami sapa Uni, Mak Yt kami menyapanya.
Asal kota Prabumulih, paling dekat. Begitu mandiri dan bijaksana. Dewasa, banyak yang menyangkanya anak sulung, padahal bungsu lho..Menikah dengan Akh. AC, Sarjana Tekhnik UNSRI ini juga berasal dari Prabumulih, memang dipersiapkan untuk berkimprah di Prabu Ibu 4 orang anak ini sekarang aktif dan berjaya di HPA, Herbalis handal. Sekarang punya klinik HPA, Tibun Nabawi.
Sucses ya Mak…Kapan ke Malaysia lg?

Aku, Lia dan Mak Yanti didepan kost-an sebrang jalan RSMH.

KIS '95 begitu biasa kau tulis inisialmu. Sulung dari 3 bersaudara. Punya banyak Tante di Palembang, karena memang Papanya asli sini. Ada satu waktu dikau sering sekali bolak-balik Palembang-Indralaya, ternyata menunggui Tante yang sedang sakit dan akhirnya dipanggil pulang oleh Sang Pencipta, Leukemia. Begitulah dirimu, sangat ‘care’ dan sangat bisa diandalkan. Tipe belajarmu unik, sebentar tapi bisa dapat banyak, benar-benar excellent. Mb Ni, Nia begitu kebanyakan teman memanggilmu. Aku memanggilmu Lia, ikutan tante di Lunjuk. Ada pada suatu ketika kemampuan akademikmu juga didikasikan untuk menopang akademik saudara yang lain. Meski disana-sini ujian datang, ketegaranmu membuktikan bahwa niat baikmu tak terkotori. Sekarang tinggal dan PNS di Bogor. Setahun lalu kita diperkenankan Allah bertemu, saat itulah aku tahu Allah mempertemukanmu dengan leleki sesuai do’amu, akh. KRN, sosok yang sangat dewasa dan punya cita-cita tak biasa. Allah memberimu sosok pendamping terbaik untukmu. Mas Fathi dan Salsa,anak-anakmu,kapan ya bisa maen bareng lagi, renang dan kasih makan rusa-rusa :) Menangis bahagia saat bertemumu kala itu, anak-anak kitapun langsung bisa akrab, seolah tau kedekatan kedua Umminya :)

EM ’97, asal Sum-Bar, asli Minang. Adik tingkat yang juga vokalis Nasyid Mentari, tokoh UKM Teather bareng Fey. Va menikah dengan dokter asal Aceh. Menetap di Aceh. Tsunami kala itu membuatku ketar ketir mencari khabarmu dinda... Alhamdulillah kalian sekelurga selamat, kini bersama anak dan suami tinggal di Malang, PPDS ambil THT, setia menampingi suami yang juga lagi ambil SpB. Woow....sepasang suami istri Dokter Spesialis, aset dakwah dimassa depan. Keep Istiqomah!!! Kapan Faiz punya adik ya? Ku do’akan segera sesuai harapmu saat chatt beberapa minggu yang lalu.

Yang ini bukan Warga serumpun,tapi kami sering "bersama"

ESF anak MIFA '97, awal interaksi tepatnya lupa. Yang kuingat kami memanggilnya De2k, mulai dekat ketika dikau jadi teman serumahnya Fey, Teteh dan Mb Dy di Serai Indah. Selanjutnya kebersamaan kita sering bergulir di Kampus. Teringat saat-saat semangat pengen ikut acara FSLDK tapi gak punya undangan, saat itu UNSRI barulah di Fase I, DK-nya masih di BO per Fakultas, masih ngurusi dapur dewek-dewek.
Kita tetap berazzam untuk saling berkoordinasi, dan lahir lah wadah Konsorsium Muslimah UNSRI, perwakilan akhwat tiap fakultas. Tak ada AD/ART yang jelas kita hanya punya komitmen untuk saling koordinasi, sharing atau apalah tepatnya. * Siapa ya Koordinatornya dulu. Waktupun bergulir, perubahan adalah keniscayaan, dan kitapun mulai merambah BEM. Gubernur perdana yang berhasil kita dudukkan adalah Gubernur FK. Makin seru ketika akhirnya kita diamanahkan untuk ikut Pilpres UNSRI. Inget Dek? Rapat-rapat Tim Sucses yang begitu minim akhwat, ada kita disana dek...Kenangan yang membekas sangat, malam-malam dijemput serombongan ikhwan serasa diculik, dan itu bunyinya rapat genting. Seiring moment itu UNSRI rampung berbenah, kita punya wadah ditingkat Universitas, NADWAH namanya. Pertemuan-pertemuan FSLDK bukan masalah untuk dihadiri, UNSRI bahkan sudah pernah jadi tuan rumah acara-acaranya. Dikau melanjutkan perjuangan di Konsorsium Muslimah saat kutinggalkan ber-coass, dirimu lah yang sempat kenyang berkecimpung mengelola cikal bakal NADWAH. Kost kami didepan RSMH masih kerap kau hampiri untuk sekedar ”ngobrol sehat” tentang perkembangan Kampus Indralaya. Syukurku saat mendengar tak terkira banyak kemajuan DK di UNSRI tercinta.  Kini ESF tinggal di Jakarta, bersuamikan jendral bintang lima ee…*sengajo ngetes selera humor, dokter yang adik tingkatku’97, dr. TM (sekarang sedang PPDS Akupunktur di UI ) dengan 2 anak, Fityan dan Kifah.

Dan kini, sejak Pilpres UNSRI pertama tahun 2000-an, telah lewat 10 tahun * lebih kurang dari masa itu, adakah yang kalian dengar tentang Pilpres UNSRI atau PilGub Fakultasnya? Belakangan beritanya sungguh membuatku miris. Bentrok, bahkan sampai pengamanan tingkat aparat. Sumberku jelas dek, suamiku yang diminta mendampingi, mengadvokasi kejadian demi kejadian kericuhan ini. Ach....beda zaman memang beda tantangan. 

Tapi bila kita pandai memaknainya, kan kita dapat sepakat bahwaSemua Indah pada Masanya”

***

Jujur, tak setiap Rabithah hadir membayang
Tapi kali ini, sengaja kutujukan untuk kalian,
Ya Allah...
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin.


Untuk semua Perantau Tangguh sepanjang Zaman semoga selalu mendapat Barokah
Sesungguhnya kita hanya ”perantau” di dunia ini,
akhiratlah kampung halaman yang sesungguhnya

Mengenang para sahabat yang pernah dekat
Walau jarang berkirim surat, semoga semua sehat
Sehat semua, ya ruh, akal, fisik dan juga kantong :)
Sahabat bila suatu saat teringat akan diriku,
mohon maafkan semua salahku dan do’akan aku.
Betapa ingin kau tahu, dihatiku,
selamanya kalian sahabat dalam kebaikan,
aku mencintai kalian semua hanya karena Allah saja ....
sampai kapanpun, sampai Allah temukan kita di Syurga-Nya. Aamiin

~ Pernah kumuat dicatatan fb, hampir semua nama yang kusebutkan dalam tulisan ini datang berkunjung, silaturrahim di dunia maya. Dan selanjutnya judul posting inilah yang menginspirasiku untuk menamai blogku ini ~

Aku Ingin...

Mengurai selaksa rasa
mengapa jejasnya terasa ngilu
meski kusadari perpisahan itu selalu ada
terlalu tiba-tiba, membuatku tergugu, haru

Sungguh, aku mengenalmu lewat jiwa
bukan sebatas pandangan
meski dengan segenap kekuranganku
semua kebersamaan indah saat bersamamu
akan menjadi waktu yang berharga dalam hidupku
kenangan manis berbunga, tak layu
    *seperti rumpun yang subur di pekarangan rumah kita :) 









Aku tak tau seperti apa aku ditempatkan dihatimu
hanya yang kutau, meski terbalut keterbatasanku
aku menulis namamu dihatiku
tak kan pernah terhapus

Ku ingin kau tau...

Dikau sahabat, saudara, juga guru yang mencerahkan
'kan terus begitu
sampai Allah kabulkan do'a, senandung munajat
'tuk temukan kita di Syurga-Nya
Aamiin

*****

ba'da maghrib, 23 april 2010
sesaat mendengar berita kepindahan, sebentuk kenangan





warisan tanaman, 
saat aroma perpisahan semakin dekat